BMKG Sebut Hujan Es Berpotensi Kecil Kembali Terjadi di Brebes

Konten Media Partner
9 April 2021 11:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gambar oleh Надежда Зима dari Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Gambar oleh Надежда Зима dari Pixabay
ADVERTISEMENT
TEGAL - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberi penjelasan tentang fenomena hujan es yang terjadi di wilayah Kecamatan Banjarharjo, Kabupaten Brebes, pada Kamis (8/4/2021) kemarin sore.
ADVERTISEMENT
Menurut Prakirawan BMKG Stasiun Meteorologi Tegal, Sri Nurlatifah, hujan es saat itu terjadi karena aktifnya monsun Australia hingga terbentuk monsoon trough di perairan selatan Jawa.
"Selain itu adanya konversi dari Madden Jullian Oscillation (MJO) dan Gelombang Equatorial Rossby (ER) di wilayah itu semakin mendukung terbentuknya Siklon Tropis Seroja," kata Sri, Jumat (9/4/2021)
Alhasil, kata Sri, hal itu memicu untuk terbentuknya awan awan konvektif di wilayah Jawa. Termasuk daerah Banjarharjo, Brebes.
"Karena adanya pemanasan yang kuat di wilayah Banjarharjo, juga mempengaruhi adanya penguapan yang besar dan atmosfer menjadi labil. Akibatnya terbentuklah awan awan konvektif yang menjulang tinggi hingga melewati freezing level (0⁰ C)," jelasnya.
Menurut Sri, potensi hujan es kembali terjadi di wilayah itu dalam waktu dekat sangat kecil terjadi. Meski demikian, fenomena alam tersebut merupakan lumrah meski masuk dalam kategori cuaca esktrem.
ADVERTISEMENT
"Jadi memang kondisi hujan lebat atau bahkan hujan es ini biasa terjadi pada masa transisi atau peralihan. Baik dari musim hujan ke musim kemarau ataupun sebaliknya," imbuhnya
Diberitakan sebelumnya, fenomena hujan es terjadi pada sejumlah desa di Kecamatan Banjarharjo, Kabupaten Brebes, Kamis (8/4/2021) sore, sekitar pukul 17.00 WIB. Hal itu sempat membuat sejumlah warga terkejut dengan turunnya hujan yang tak biasa.
Seorang warga, Fatah El Zaman yang melihat langsung fenomena hujan es di Kecamatan Banjarharjo mengatakan, hujan disertai angin kencang bercampur dengan es sebesar kelereng.
“Anginnya kenceng. Hujan air bercampur es juga menimbulkan suara cukup keras karena jatuh dari atas ke genting hingga ke tanah. Baru pertama kali ini saya lihat fenomena hujan es,” kata Fatah. (*)
ADVERTISEMENT