Cerita Kyai Haji Syatori, Bupati Brebes yang Bikin Repot Belanda

Konten Media Partner
17 Agustus 2021 22:08 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kiai Haji Syatori  (Foto: Dok. Pemkab Brebes)
zoom-in-whitePerbesar
Kiai Haji Syatori (Foto: Dok. Pemkab Brebes)
ADVERTISEMENT
BREBES - Belanda terbukti kalah dari Jepang pada Perang Asia Timur Raya. Kekalahan ini mengharuskan Belanda meninggalkan Indonesia di tahun 1942. Indonesia dikuasai oleh Jepang hingga akhirnya merdeka pada 17 Agustus 1945.
ADVERTISEMENT
Meski sudah merdeka, Belanda masih ingin menguasai Indonesia, terutama daerah kaya perkebunan dan sumber daya alamnya. Belanda berkedok mendirikan pemerintahan Netherlands Indies Civil Administration (NICA) setelah Jepang kalah dalam Perang Dunia II. Padahal pada kenyataannya menggandeng Sekutu untuk menguasai Indonesia kembali.
Setelah mengingkari perjanjian Linggarjati, Belanda mengerahkan kekuatan militernya untuk menguasai wilayah strategis seperti Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Peristiwa ini kita kenal dengan nama Agresi Militer Belanda I yang dilaksanakan dari 21 Juli 1947 sampai 5 Agustus 1947. Banyak daerah yang mencegah kedatangan Belanda kembali. Termasuk di Kabupaten Brebes.
Usai Proklamasi Kemerdekaan RI, di sejumlah daerah mengalami revolusi, gejolak di mana-mana. Di Brebes, ada kelompok pemuda dan Nasionalis yang mendesak pemerintah agar segera mengumumkan Kemerdekaan Indonesia. Namun pihak pemerintah tak mau gegabah, mereka harus menunggu instruksi pusat.
ADVERTISEMENT
Saat itu Brebes dipimpin oleh Bupati Sarimin Reksodihardjo. Karena kelambanan bersikap itulah, kelompok muda Nasionalis mendesak Sarimin untuk mundur dari jabatannya dan memilih KH. Syatori sebagai Bupati Brebes pada tahun 1945.
Sejarawan Brebes, Wijanarto, menjelaskan Syatori merupakan Bupati Brebes ke-17 yang dipilih oleh rakyat dari 1945 hingga Agresi Militer Belanda I di tahun 1947. Bupati Syatori menggerakkan kekuatan rakyat untuk menolak dan menghalangi kedatangan Belanda.
“Syatori mengerahkan kekuatan bersama rakyat menolak kehadiran kembali Belanda. Salah satunya ialah menghalangi laju pergerakan militer Belanda dengan memerintahkan peledakan jembatan Pemali,” jelas Wijan.
Meski sudah dicegah dengan kekuatan rakyat, namun akhirnya Belanda berhasil masuk ke Brebes. Saat itu, Belanda membentuk Regeering Commisioners Binnelands Bestuur (Recomba) dengan tujuan untuk memulihkan pemerintahan pribumi.
ADVERTISEMENT
Syatori saat itu ditawari oleh Belanda untuk tetap menjadi Bupati. Tawaran tersebut ditolak dan Syatori lebih memilih memindahkan pusat pemerintahan ke daerah Wangandalem. Inilah yang membuat NICA geram dan dan berupaya mencari Syatori.
Namun dalam perlawanannya, Syatori diketahui tertangkap oleh patroli Belanda di Desa Krasak, Kecamatan Brebes. “Beliau di eksekusi hingga mayatnya ditemukan di Songgom pada tahun 1947,” tutur Wijan.
Sebagai Bupati Brebes versi RECOMBA, Belanda mengangkat Raden Awal, pria kelahiran Pekalongan 22 Maret 1898. Dia merupakan lulusan OSVIA (STPDN zaman Belanda). Raden Awal terakhir menjabat sebagai sekretaris I Kabupaten Brebes. (*)