Cerita Tentang Kampung Pecinan yang Hilang di Losari, Brebes

Konten Media Partner
25 Januari 2020 20:58 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Klenteng Hok Tek Cheng Sin di Kecamatan Losari .
zoom-in-whitePerbesar
Klenteng Hok Tek Cheng Sin di Kecamatan Losari .
ADVERTISEMENT
BREBES - Setiap perayaan Imlek, menarik juga untuk mengulik sejarah kaum Tionghoa yang berada di suatu wilayah. Biasanya, kampung peranakan atau pecinan ditandai dengan adanya bangunan klenteng yang merupakan tempat peribadatan bagi mereka.
ADVERTISEMENT
Di Brebes, selain Klenteng yang berada di sebelah timur Sungai Pemali di Kecamatan Brebes bernama Hok Tek Bio, ada juga Klenteng Hok Tek Cheng Sin di Kecamatan Losari. Tepatnya di sebelah timur Sungai Cisanggarung. Lokasinya di pinggir pantura meski agak masuk ke dalam sekitar 100 meter.
Seiring berputarnya waktu, kampung pecinan di sana mulai berkurang pemukimnya. Bahkan bisa dikatakan hilang. Hal ini terbukti dari mulai hilangnya bangunan atau toko-toko milik peranakan Tionghoa. Meski demikian, masih terdapat Klenteng sebagai tempat peribadatan sekaligus menunjukan eksistensi etnis tersebut.
Sejarawan Brebes, Wijanarto mengungkapkan, etnis Tionghoa memang tersebar di hampir semua pesisir Jawa. Mereka menempati tempat strategis seperti di pinggir sungai, untuk memudahkan transportasi. Persebaran tersebut dampak dari pembantaian keturunan Cina sewaktu di Batavia.
ADVERTISEMENT
"Di Brebes ada dua Klenteng, ini sebagai bukti eksistensi mereka," kata Wijan.
Namun demikian, keturunan mereka hingga sekarang sudah mulai merambah ke daerah lain. Hal ini seiring diterimanya kaum Tionghoa di masyarakat. Kondisi ini menyebabkan hilangnya kampung pecinan di sekitar Klenteng.
"Di Losari ada banyak bangunan rumah toko di sepanjang pantura milik kaum Tionghoa yang kini sudah tidak ada, karena proses akulturasi. Klentengnya masih berdiri dan sekarang bergabung dengan Pasar Losari, pasca-relokasi pasar dari pinggir pantura dan masuk agak ke dalam," jelas Wijan.
Bukti eksistensi kaum Tionghoa juga banyak terdapat makam atau Bong Cina di sekitar kampung pecinan. Di Brebes sendiri ada 5 Bong Cina. Di antaranya berada di Losari, Tanjung, Klampok, Brebes dan Jatibarang.
ADVERTISEMENT
Wijan menerangkan, meski dekat dengan Cirebon, namun Klenteng Hok Tek Cheng Sin justru sama dengan Hok Tek Bio di Kecamatan Brebes. Di dalam keduanya itu terdapat altar Dewa Bumi.
"Kalau di Cirebon itu Dewa Laut. Padahal kita juga di pesisir, tapi dewanya Dewa Bumi karena menganut sistem agraris," terang Wijan.
Pada bangunan Klenteng Hok Tek Cheng Sin, terdapat prasasti dari kayu dan tiang besar yang terbuat dari kayu jati. Ada juga tempat perabuan. Klenteng itu tertulis tahun 1899.
Proses akulturasi juga tidak hanya terhadap masyarakat saja, namun juga terkait dengan agama. Dimana selain Klenteng, juga terdapat Vihara atau tempat peribadatan umat Budha.
"Di situ ada Vihara juga. Diresmikan saat masa pemerintahan Bupati Brebes Tajudin Noor Ali," ungkap Wijan.
ADVERTISEMENT
Daerah-daerah penyangga pecinan di Brebes juga ada di Kecamatan Tanjung. Di Tanjung, kaum Tionghoa membuka industri rumahan seperti kecap dan rokok. Industri ini sempat jaya pada masanya. Bahkan, kecap dengan merek dagang 777 ini dinikmati hampir seluruh wilayah Brebes.
"Selain telur asin, Kecap juga kita adopsi dari mereka. Ada juga soun, mie putih bening yang biasanya buat campuran bakso," kata Wijan. (*)