Di Hadapan Komisi III DPRD Kota Tegal, Pedagang di PAI Sampaikan Banyak Keluhan

Konten Media Partner
15 Oktober 2021 20:12 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah pedagang dan juru parkir di Objek Wisata PAI saat menyampaikan sejumlah keluhan kepada Komisi III DPRD Kota Tegal, Jumat (15/10/2021)
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah pedagang dan juru parkir di Objek Wisata PAI saat menyampaikan sejumlah keluhan kepada Komisi III DPRD Kota Tegal, Jumat (15/10/2021)
ADVERTISEMENT
TEGAL – Saat audiensi bersama Komisi III DPRD Kota Tegal, Jumat (15/10/2021), sejumlah pedagang di Objek Wisata Pantai Alam Indah (PAI) Kota Tegal mengeluhkan sejumlah fasilitas yang tidak representatif.
ADVERTISEMENT
Keluhan tersebut mulai dari pintu masuk sebelah timur yang tak kunjung dibuka, dermaga apung, hingga soal bangunan sewa yang ambruk namun tetap dimintai biaya sewa.
Salah satu pedagang, Hadi Santoso mengungkapkan, penutupan pintu sebelah timur justru akan menimbulkan kerumunan di pintu utama di sebelah barat.
"Selain soal penutupan pintu timur, kami juga mempertanyakan sewa bangunan di timur. Sejak 2010 lalu banyak bangunan yang ambruk, namun kami tetap ditarik sewa Rp 250.000 per bulan. Batas waktu sampai kapan?" kata Hadi.
Selain pedagang, juru parkir Huryanto juga mengeluhkan adanya imbas dari penutupan pintu gerbang PAI sebelah timur. Karena hal itu berdampak pada pendapatan harian para juru parkir yang menurun drastis.
"Padahal kami harus membayar retribusi setiap minggu kepada pengelola. Harapannya melalui forum ini, Pemkot bisa memberikan kebijakan yang lebih pro rakyat," kata Huryanto.
ADVERTISEMENT
Keluhan lain disampaikan Warmo, pedagang lainnya yang mempertanyakan mengapa dua blok dermaga apung ditempatkan di sisi PAI sebelah timur. Padahal, warung-warung milik pedagang berada di sebelah barat. Pihaknya khawatir nantinya berpotensi memunculkan pedagang-pedagang baru di sebelah Timur.
"Kami sebagai pedagang lama sama sekali tidak mendapatkan berkahnya dermaga apung. Kenapa tidak dibagi menjadi dua. Di sebelah barat satu, dan timur satu," kata Warmo. (*)