Gelombang Tinggi, Nelayan Tradisional di Tegal Tak Berani Melaut

Konten Media Partner
26 Desember 2018 19:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi gelombang tinggi (Foto: Ahmad Subaidi/Antara)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi gelombang tinggi (Foto: Ahmad Subaidi/Antara)
ADVERTISEMENT
TEGAL – Gelombang tinggi yang terjadi di Laut Jawa dalam beberapa hari terakhir ini membuat nelayan kecil di Kota Tegal tak berani melaut. Mereka memilih menyandarkan kapalnya di dermaga sambil menunggu cuaca kembali normal.
ADVERTISEMENT
Menurut Ketua Kelompok Usaha Bersama (KUB) Nelayan di Tegalsari, Kota Tegal, Dasan, ada puluhan kapal nelayan tradisional yang tidak berangkat berlayar. Para nelayan tak berani melaut karena khawatir dengan keselamatan mereka lantaran gelombang laut yang tinggi. “Ada 42 unit lapal Ukuran 0-5 GT yang tidak melaut,” kata Dasan, Rabu (26/12).
Akibatnya banyak dari mereka yang menganggur dan tidak bisa memenuhi kebutuhan untuk keluarga. “Itu satu kapal ada 3-4 orang. Di sini ada sekitar 100 kepala keluarga yang berprofesi sebagai nelayan tradisional,” terang Dasan.
Salah seorang anak buah kapal (ABK) di Tegalsari, Slamet (45 tahun), mengaku pendapatannya saat ini terhenti sementara. Dia tidak punya keahlian lain untuk bekerja selain menjadi nelayan. “Saya juga butuh uang untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan sekolah anak-anak,” ujar dia.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, sejumlah nelayan di Kelurahan Murareja, Kota Tegal justru memilih tetap melaut. Mereka yang mencari ikan-ikan kecil laut pinggiran mengaku belum merasakan gelombang yang tinggi.
“Kami biasanya cari ikan antara 15-20 mil dari bibir pantai. Sementara ini masih aman. Ini anak buah saya berangkat melaut. Anak saya juga baru pulang,” kata pemilik kapal yang juga ketua Nelayan Muarareja, Suhari.
Ketua Dewan Pimpinan Cabang Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI), Riswanto, mengimbau kepada para pemilik kapal dan para nelayan untuk tetap waspada. Termasuk pemilik kapal dengan ukuran kecil maupun besar.
“Diharap menjaga kewaspadaan terhadap potensi cuaca yang tidak bersahabat serta gelombang tinggi yang akan berpotensi terjadinya sesuatu hal yang tidak kita kehendaki,” katanya.
ADVERTISEMENT
Riswanto mengaku telah berkeliling menemui nelayan-nelayan kecil di Tegalsari. Katanya, banyak nelayan yang memilih menyandarkan kapalnya di dermaga. "Saya nanti juga mau ke Muarareja untuk menemui nelayan di sana," katanya.
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merilis tinggi gelombang Laut Jawa dalam tiga hari ke depan akan mengalami kenaikan. Untuk itu, BMKG mengimbau kepada masyarakat dan nelayan di Tegal dan sekitarnya untuk waspada.
BMKG menginformasikan gelombang laut pada 26-29 Desember 2018 akan naik. Tingginya bisa mencapai 1,25 meter hingga 2,5 meter. Selain di Laut Jawa, gelombang tinggi itu akan terjadi perairan selatan Kalimantan.
Reporter/Editor: Muhammad Irsyam Faiz