Perjuangan Guru Honorer yang Digaji di Bawah Rp 500 Ribu per Bulan

Konten Media Partner
26 November 2018 16:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Perjuangan Guru Honorer yang Digaji di Bawah Rp 500 Ribu per Bulan
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Berbagai ucapan selamat disampaikan pada Hari Guru Nasional, 25 November, untuk menunjukkan penghargaan terhadap guru. Guru memang profesi mulia. Namun, perjuangan untuk menjadi guru yang berstatus sebagai pegawai honorer tidaklah ringan.
ADVERTISEMENT
Mereka yang masih menjadi guru honorer harus bekerja keras untuk hidup layak. Sebab, honor yang didapat dari sekolah masih jauh dari cukup.
Seperti yang dilakoni Eko Waluyo Teguh (35), guru honorer SMP Negeri 5 Satu Atap Bumijawa, yang berada di Dukah Sawangan Kilometer 15, Desa Sigedong, Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal.
Pria kelahiran Desa Sigedong itu setiap pagi harus naik turun menuju sekolah. Dari rumah naik motor dan menempuh perjalanan 5 kilometer. Eko mengajar di SMP itu sejak tahun 2009. “Alhamdulillah dengan gaji di bawah Rp 500.000. Saya ngajar seni budaya untuk kelas VII, VIII dan IX,” ujar Lulusan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta itu kepada panturapost.com saat disambangi rumahnya, Minggu (25/11).
ADVERTISEMENT
Di sela-sela membuat seni Kaligrafi, guru kelahiran 4 Februari 1983 itu menceritakan awal mula dirinya bisa menjadi guru honorer. Setelah lulus dari ISI pada tahun 2009, Eko pulang kampung ke Dukuh Kopipotong, RT 03/RW 05, Desa Batumirah, Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal.
“Saya pulang kampung bertemu guru SD saya yang sudah menjadi kepala SMP Negeri 5 Satu Atap Bumijawa,” tutur dia.
Dari perjumpaan itu, Eko mendapat informasi bila di SMP itu belum ada guru seni budaya. Ia akhirnya mengabdikan diri untuk mengajar seni budaya. Selain untuk mengembangkan bakatnya dalam bidang itu, juga untuk berbagi ilmu kepada generasi muda di dunia pendidikan. “Saya mengajar dari jam 07.00 pagi sampai 13.00 siang,” tutur dia.
ADVERTISEMENT
Di SMP Negeri 5 Satu Atap Bumijawa, Eko mengajarkan berbagai seni, salah satunya adalah seni rupa dengan praktek menggambar, membuat patung dari bahan sabu mandi, dan membatik. Pada pelajaran seni musik, ada praktek menyanyi dan lain sebagainya. “Menjadi guru seni harus serba bisa,” ujar Eko.
Sepulang mengajar, Eko mengerjakan Seni Kayu Kaligrafi. Dari siang sampai malam, berkarya di sebuah ruangan yang sederhana. Hasil karyanya ada yang dibeli oleh Bupati Tegal, Enthus Susmono. “Karya seni ini saya jual lewat online. WA (WhatsApp). Yang sering pesan, masih lingkungan Brebes dan Tegal. Untuk harga kaligrafi dari Rp 50.000 sampai Rp. 3.000.000.”
Tidak hanya itu, untuk menambah penghasilan, Eko setiap minggu mengantarkan gas ke desa tetangga. “Sebagai sopir. Tugasnya nganterin gas aja. Buat tambahan penghasilan,” ujar bapak dua anak itu.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, kalau hanya mengandalkan pendapatan dari gaji guru honorer, tentu saja tidak mungkin mampu mencukupi kebutuhan hidup. “Kita tak akan bisa menikah, mengurus anak dengan baik, bahkan membeli beras sekalipun.”
Oleh karena itu, Eko berpesan, kalau sudah memutuskan untuk menjadi guru (honorer), tetaplah mencari penghasilan dengan usaha lain. Sebab, tidak ada jaminan bisa jadi PNS. “Bergegaslah untuk berusaha! Karena kamu bukan hanya diwajibkan mendidik dan mengajar anak-anak bangsa, namun kamu pun harus menghidupi dirimu dan juga keluargamu,” pesan Eko. (*)
Reporter: Bentar
Editor: Muhammad Abduh