Kesulitan Daring, Siswi SMP Negeri di Brebes Tinggalkan Sekolah dan Jadi ART

Konten Media Partner
6 Agustus 2020 16:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Beberapa siswi mengenakan masker ke sekolah.
zoom-in-whitePerbesar
Beberapa siswi mengenakan masker ke sekolah.
ADVERTISEMENT
BREBES – Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dengan sistem daring tidak bisa diikuti oleh semua anak. Apalagi bila tidak memiliki sarana untuk kegiatan belajar secara online. Seperti yang dialami seorang siswi SMP Negeri 2 Jatibarang Kabupaten Brebes. Ia meninggalkan bangku sekolah. Bahkan terpaksa merantau ke Jakarta menjadi Asisten Rumah Tangga (ART). Siswi kelas 9 itu tak memiliki smartphone android dan keterbatasan ekonomi orang tuanya saat pandemi COVID-19.
ADVERTISEMENT
Kepala Sekolah SMP N 2 Jatibarang, Moh Idi Fitriyadi membenarkan hal tersebut. Pihaknya mendapat informasi dari kerabatnya, anak itu merantau ke Jakarta menjadi Asisten Rumah Tangga (ART).
“Memang ada keterbatasan ekonomi dari keluarga anak itu. Kami sudah datangi rumah dan berkomunikasi dengan keluarganya. Termasuk pihak desa untuk membujuk anak itu pulang dan kembali sekolah," kata Idi Fitriyadi, Kamis (6/8/2020).
Ia menyebut, tak hanya satu siswa saja yang tak mengikuti pembelajaran sistem daring. Namun ada beberapa lainnya dengan alasan yang sama. Kesulitan dalam hal kepemilikan perangkat smartphone android.
"Ada beberapa siswa yang tidak mengumpulkan tugas. Tapi kita memaklumi dengan segala keterbatasannya," jelas dia.
Setelah sempat menjalankan sistem online dalam kegiatan belajar mengajar (KBM), tak lama berselang, pihak sekolah mendapat desakan dari para orang tua agar segera menggelar pembelajaran tatap muka (PTM). Bahkan, sebagian besar para orang tua juga membuat surat pernyataan memberikan izin atau memperbolehkan kepada putra-putrinya untuk mengikuti PTM di sekolah.
ADVERTISEMENT
"Sudah tiga pekan ini, kita gelar PTM di sekolah. Tentu saja memberlakukan protokol kesehatan dengan ketat. Dengan membagi setiap kelas menjadi beberapa sesi. Dan juga wajib diantar dan dijemput ke sekolah, boleh menggunakan sepeda sendiri. Karena agar setelah selesai PTM langsung pulang ke rumah," ungkapnya.
Namun demikian, mereka siswa tak mengenakan seragam sekolah saat mengikuti kegiatan PTM di sekolah. Mereka memakai pakaian rapi dan sopan saat mengikuti PTM tersebut.
Di sisi lain, sejumlah orang tua siswa mendesak sekolah agar menggelar PTM. Sugiarteni (45) warga Desa Klampis menuturkan, anaknya tidak bisa mengikuti proses belajar jarak jauh melalui daring. Jadi pihaknya dan orang tua lain meminta agar sekolah membuka PTM.
ADVERTISEMENT
"Saya salah satu yang minta tatap muka. Proses belajar di rumah, anak saya kesulitan karena banyak hal yang kurang bisa dipahami. Malah sempat anak minta supaya ada kelas privat, tapi saya tidak punya uang untuk bayar pengajar," kata Sugiarteni.
Hal senada dikatakan Khofifah (40), orang tua siswa lainnya. Ia menyebut, jika saat ini memang lagi pandemi COVID-19, tetapi pihaknya ingin anaknya pintar. Pembelajaran jarak jauh sulit diikuti. Selain itu, ketika di rumah anak-anak lebih cenderung banyak bermain dan main game melalui HP androidnya.
"Alasannya buat belajar, eh ternyata lagi main game. Saya ingin anak saya ini pintar. Kalau pelaksanaannya dengan protokol kesehatan saya yakin tidak ada masalah. Makanya, kami minta agar sekolah membuka PTM ini," kata Khofifah. (*)
ADVERTISEMENT