Kisah Susi Aryanti, Penyandang Difabel Juara Nasional Tari Batik

Konten Media Partner
5 Oktober 2018 19:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kisah Susi Aryanti, Penyandang Difabel Juara Nasional Tari Batik
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Susi Aryanti. (Foto: Bentar)
TEGAL - Susi Aryanti adalah sosok yang spesial. Ia tak terbelenggu keterbatasan. Namanya kini bahkan sudah masuk tingkat nasional sebagai penari batik tunagrahita dalam Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N).
ADVERTISEMENT
Festival tersebut di adakan di bangka belitung akhir Agustus lalu. Dalam kompetisi tersebut Susi Aryanti mewakili Jawa Tengah. Kendati pun secara fisik berbeda, Susi yang berusia 19 tahun itu sebenarnya sama seperti perempuan seusianya.
Kemajuan pesat Susi Aryanti dalam mengembangkan mental terjadi sejak usia dini itu tak lepas dari peran sang ibu, Juriyah, dan sang ayah Tasripin. Tasripin adalah seorang tukang becak di Kota Tegal dan sang ibu adalah sorang buruh sawah di kampung halamanya di Desa Banjaranyar, Kecamatan Balapulang.
Siswa kelas XI SMALB Manunggal Slawi ini dari kecil memang suka menari. Sekali pun memiliki kekurangan fisik, dengan pola latihan yang terkonsep, Susi bisa melaluinya. Dia berhasil tumbuh sebagai penari remaja yang disegani di kalangannya.
ADVERTISEMENT
Susi berhasil meraih berbagai medali dan penghargaan di dunia tari. Dia juga sering tampil dalam acara yang di adakan di Kabupaten Tegal. Sebelum berlaga di tingkat nasional, dia mengikuti FLS2N tingkat Eks-Karesidenan Pekalongan. Lalu, lolos ke tingkat Provinsi Jawa Tengah dengan meraih juara I.
Susi pun mengikuti lomba menari jenjang SMPLB/SMALB pada FLS2N anak berkebutuhan Khusus (ABK) pada Agustus lalu di Kepulauan Bangka Belitung. Saat itu, dia mewakili Jawa Tengah.
Dengan tekadnya kuat, dia mampu membawa prestasi dari lomba tersebut dan meraih juara III. Juara pertama dan kedua diraih Papua dan Bali. Prestasi itu tentu membikin sekolah bangga.
Menurut seorang guru SMALB Manunggal Slawi, Susiati, saat persiapan mengikuti FLS2N, Susi hanya belajar menari batik selama 2 pekan. “Susi cepat tanggap dalam ragam dan gerakan Tari Batik. Walau pun Susi hanya bisa menulis dan membaca dengan kalimat pendek,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Awalnya, ada beberapa orang yang kurang mendukungnya. Tapi, seiring perkenalan dan pendekatan, dia banyak mendapat suport dari saudara, guru, dan teman-temannya untuk terus berprestasi.
“Di SLB ini mempunyai tempat pelatihan Seni lukis yang sudah berjalan salama 3 tahun. Sudah banyak karya yang dihasilkan,” ungkap susiati.
Reporter: Bentar
Editor: Muhammad Irsyam Faiz