Kisah Udin, Warga Kabupaten Tegal yang Meraih Gelar Profesor

Konten Media Partner
11 Agustus 2020 21:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Moh. Khairudin, (kedua dari kanan) seusai menyampaikan pidato pengukuhan sebagai profesor di  Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), pada Sabtu (8/8/2020). (Foto: Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Moh. Khairudin, (kedua dari kanan) seusai menyampaikan pidato pengukuhan sebagai profesor di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), pada Sabtu (8/8/2020). (Foto: Istimewa)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
MELALUI perjuangan dan pengorbanan cukup panjang, Moh. Khairudin mampu mengubah nasib. Meski berasal dari keluarga miskin, pria asal Desa Balapulang Wetan, Kacamatan Balapulang, Kabupaten Tegal mampu menyandang gelar tertinggi dalam dunia akademik.
ADVERTISEMENT
Udin, panggilan akrab Khairudin, baru saja dikukuhkan menjadi Guru Besar di Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), pada Sabtu (8/8/2020) kemarin. Saat itu dia menyampaikan pidato pengukuhan berjudul Teknik Navigasi Autopilot Mobile Robot dengan Kecerdasan Buatan.
PanturaPost berkujung rumah keluarganya di Desa Balapulang Wetan, Selasa (11/8/2020). Rumah yang berada di dalam gang kecil itu terbilang sederhana. Kami ditemui oleh kakak Udin, Muhamad Said.
"Kami sebagai kakak dan keluarga senang sekali melihat adik berhasil mewujudkan cita-citanya," tutur Muhamad Said, mengawali perbincangan dengan PanturaPost.
Khairudin sendiri merupakan anak terakhir dari tujuh bersaudara. Dia lahir pada 12 April 1979 dari pasangan almarhum Samsidin dan Wari. Kakak-kakaknya hanya lulusan SD dan MTS karena pada saat itu terkendala biaya sekolah.
ADVERTISEMENT
Said bercerita, Udin sejak kecil sudah suka membaca buku. Saat masih sekolah di bangku SMP, dia sering belajar hingga ketiduran di meja. Sampai-sampai saat bangun, hidungnya kotor karena kena lampu minyak atau ceplik.
Udin sendiri mulai sekolah di SDN 05 Balapulang Wetan dan dilanjutkan di SMP N 1 Balapulang. Sedangkan untuk pendidikan menengah dilanjutkan di sebuah SMK di Purwokerto, Kabupaten Banyumas.
"Pada saat itu, Udin memilih sekolah SMK di Purwokerto karena banyak yang menganggap remeh ke kedua orang tua saya. Karena keluarga kami dulu hanya seorang penjual nasi bungkus dan petani biasa," ucapnya.
Menurut Said, Khairudin bercita-cita menjadi guru besar sejak masuk SMK. Pada saat itu saudaranya sempat membantu biaya sekolah ala kadarnya. Begitu lulus SMK, dia pun meneruskan kuliah di Jogja.
ADVERTISEMENT
Gelar sarjananya dia dapat di Jurusan Pendidikan Teknik Elektro Universitas Negri Yogyakarta (UNY). Kata Said, saat di Jogja, Khairudin hidup mandiri. Kakak-kakaknya sudah tidak bisa membantu biaya. Dia pun tinggal di masjid dan rela menjadi marbot di sana. Dia juga menjadi penjual tempe dan kerja lainnya.
Lulus S1, dia melanjutkan pendidikan S2 di Jurusan Teknik Elektro Sitem Kendali Institut  Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya. Lalu S2/S3 di Teknik Elektro Kendali Robotika dan Mekatronika University Techologi Malaysia.
Pada pertengahan Juli kemarin, Said mendapat telepon dari Udin. Dia memberitahu bahwa dia akan dikukuhkan menjadi guru besar dan mengundang keluarga datang ke Yogyakarta untuk syukuran.
"Saya disuruh datang ke Jogja untuk syukuran. Saya tanya syukuran apa, dia jawab syukuran dikukuhkanya menjadi guru besar atau profesor. Saya hanya bisa bilang, selamat yah Khairudin kamu bisa mencapai cita-cita atau impian kamu, saya sebagai kakak pasti datang ke sana," ungkap dia.
Muhammad Said, menunjukkan foto saat dia menghadiri pengukuhan guru besar Khairudin. (Foto: Bentar)
Menurutnya, ini adalah kali kedua dia mendampingi Udin di acara perolehan gelar akademik. Pertama saat dia menjadi sarjana dan yang kedua saat ini saat mejadi guru besar. "Kalau untuk kelulusan S2 di Surabaya dan S3 di Malasysia kami tidak datang karena biaya untuk menghadiri tidak ada."
ADVERTISEMENT
Sementara itu, salah satu teman satu kelasnya di SMP, Akhmad Hamzah, mengatakan, Udin, saat dikenal rajin. Dia selalu berprestasi. Saat ujian dia selalu dapat nilai paling tinggi.
"Tiap Lebaran, dia sering pulang ke Balapulang dan suka main ke rumah teman-temanya dan saudara. Dia orangnya tidak sombong dan selalu sederhana walapun dia sudah punya gelar seabrek," ungkapnya.
Mendengar kabar Khaerudin sudah menjadi Profesor Hamzah pun merasa bangga. Karena temen sekelas waktu SMP kini sudah sukses dalam dunia pendidikan.
"Kami berharap, walapun Khairudin sudah menjadi guru besar, dia tetep menjadi orang sederhana," katanya. (*)