Kisah Warga Tegal Produksi Bola Berstandar Nasional secara Tradisional

Konten Media Partner
14 Juli 2019 19:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kisah Warga Tegal Produksi Bola Berstandar Nasional secara Tradisional
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
TEGAL - Mungkin banyak yang berpikir jika bola sepak berlabel Standar Nasional Indonesia (SNI) diproduksi oleh perusahaan besar. Bola itu biasanya dimainkan di kampung-kampung maupun di stadion.
ADVERTISEMENT
Di Kabupaten Tegal, ada produk bola sepak yang dibuat oleh seorang desa. Namanya Roja'i, asal Desa Sokasari, Kecamatan Buminawa, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Sejak 2000, dia tak pernah berhenti membuat bola sepak.
Bagaimana kisahnya?
 Pria 42 tahun itu mulai mengenal bola sejak bekerja di perusahaan di Jakarta yang memproduksi bola sepak. Seiring dengan berjalannya waktu, perusahan tersebut bangkrut pada akhir medio 1990-an. Akhirnya Roja'i memutuskan pulang kampung. Sejak saat itu pula Roja'i memberanikan diri membuat bola sepak sendiri di desa. 
Dengan pengalaman yang di dapat dari berkerja di perusahan di Jakarta, Roja'i membuat bola dengan alat seadanya. Awalnya bola sepak yang dibuatnya dijual ke masyarakat lokal. Karena di desa-desa banyak yang suka dengan sepak bola. 
ADVERTISEMENT
 Perlahan-lahan produk bola sepaknya pun ke luar kota. Di antaranya Banyuwangi, Surabaya, Jakarta, Purnalingga, Pekalongan, hingga Makassar, Sulawesi Selatan. Bahkan sekarang banyak klub-klub bola dan sekolah yang memesan bola kepadanya.
 Hingga kini, Roja'i masih menggunakan peralatan tradisional saat produksi. Seperti pisau, mesin potong manual, mesin press manual, dan mesin jahit (bikinan sendiri).
Sementara untuk bahan produksi bola sepak, Roja'i membeli dari Tanggerang dan Bogor. Seperti bahan benang, lem, kain polyester polos, hingga kulit sintetis.
Roja'i mulai mendaftarkan produknya agar sesuai standar nasional pada 2014. Namun, baru mendapat lisensi SNI empat tahun kemudian pada 2018.
Agar sesuai SNI, kata dia, bola sepak harus lolos dari uju pantulan, kekuatan bola, dan peresapan air terhadap bola. Jadi kalau bola sepak dimainkan di musim hujan, bisa tetap bertahan. "Semua kualitas dan kebulatan harus lolos uji SNI," ujarnya.
Ini proses penjahitan bola sepak dengan alat manual.
Kini, dalam satu bulan Roja'i bisa membuat bola sepak sebanyak 700 buah. Produk bola milik Roja'i diberi merek PROTeg yang merupakan akronim dari Produk Tegal.  
ADVERTISEMENT
Roja'i mematok satu bola sepak di jual di kisaran Rp 150 ribu hingga 250 ribu. Tergantung kualitas dan ukuran. "Itu sudah sesuai SNI. Kalau ukuran 5 Rp 250 ribu per bola. Sedangkan ukuran 4 buat harganya 150 ribu per bola," ungkap dia.
Dia merasa senang dan bahagia, karena usahanya selama 15 tahun sudah berlebel SNI. Sehingga sudah bisa bersaing dengan bola sepak produksi perusahaan besar. "Saya berharap, minimal sekolah-sekolah di Tegal menggunakan produk asli Tegal," pungkasnya.
 Reporter: Bentar
Editor: Irsyam Faiz