Museum Situs Semedo Kabupaten Tegal Direncanakan Beroperasi pada 2021

Konten Media Partner
8 Agustus 2020 22:22 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Museum Situs Semedo di Kecamatan Kedung Banteng, Kabupaten Tegal. (Foto: Lanang Setiawan)
zoom-in-whitePerbesar
Museum Situs Semedo di Kecamatan Kedung Banteng, Kabupaten Tegal. (Foto: Lanang Setiawan)
ADVERTISEMENT
SLAWI - Museum Situs Semedo di Kecamatan Kedung Banteng, Kabupaten Tegal yang dibangun sejak tahun 2015 lalu akan beroperasi tahun 2021 mendatang. Penggarapan fisik telah selesai dan sebagian koleksi yang dihimpun dari para pegiat fosil warga sekitar sudah selesai dipindahkan untuk dilakukan penataan.
ADVERTISEMENT
Bupati Tegal, Umu Azizah mengatakan rencana pengelolaan museum oleh Ditjen Kebudayaan Kemendikbud juga difungsikan sebagai pusat penelitian dan informasi tentang manusia purba serta tempat rekresi.
"Kami akan segera melakukan kajian mendalam bersama sejumlah organisasi perangkat daerah (OPD) terkait pengelolaan kawasan Situs Semedo agar keberadaan museum di dalamnya sebagai bagian dari pelestarian cagar budaya berfungsi efektif," katanya dalam siaran pers yang diterima PanturaPost, Sabtu (8/8/2020).
Upaya melestarikan kawasan cagar budaya Situs Semedo ini, lanjut Umi, tentunya tidak hanya sebatas berhenti pada penyediaan lahan untuk bangunan museum. Namun, juga pada penataan lingkungan permukiman, reboisasi lahan hutan di sekitar lokasi museum hingga pemberdayaan masyarakat. Hal ini, tentunya memerlukan koordinasi antar OPD agar terbangun sinkronisasi program kegiatan di klaster pengembangan Semedo.
ADVERTISEMENT
Senada dikatakan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian dan Pengembangan (Bappeda dan Litbang) Kabupaten Tegal, Bambang Kusnandar Aribawa. Menurutnya, pihaknya siap mendukung kebijakan Bupati Tegal.
“Pada prinsipnya kami siap bersinergi dengan jajaran Kemendikbud, terutama dalam hal pengembangan kawasan cagar budaya di luar lokasi museum yang menjadi kewenangan Pemkab Tegal,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Subdirektorat Registrasi Nasional Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Ditjen Kebudayaan Kemendikbud, Muhammad Natsir Ridwan Muslim mengatakan, sejak tahun 2018 dan 2019 lalu sudah terkumpul sekitar tiga ribu koleksi fosil yang siap mengisi koleksi museum.
“Fosil-fosil tersebut saat ini sedang dalam proses penataan. Dan melihat prospek pengelolaan ke depannya nanti, tentu perlu ada peran pemerintah daerah, terutama penyiapan lingkungan di sekitar lokasi museum, termasuk mempromosikannya sebagai destinasi wisata edukasi,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Fungsional profesor riset sekaligus pakar manusia purba Indonesia Harry Widiyanto mengatakan, keberadaan situs purbakala Semedo menjadi khasanah hadirnya fauna-fauna yang tertua sekaligus terlengkap di Pulau Jawa. Usia fosil fauna yang ditemukan ditemukan di situs Semedo bahkan melebihi yang ada di Sangiran.
"Semedo merupakan bagian paling barat dari jajaran pegunungan Serayu Utara sekaligus perbatasan jajaran pegunungan Bogor di Jawa Barat. Daerah ini kemudian terdorong ke atas oleh gerakan geosinklinal Pulau Jawa bagian utara yang telah melewati kala plestosen bawah sekitar 1,8 juta tahun lalu yang kemudian tertutup endapan vulkanik," jelasnya.
Di situs yang membentang sejauh 3,5 kilometer tersebut, banyak ditemukan fosil binatang darat dan makhluk yang hidupnya ada di dalam laut. Ini menandakan, daerah Semedo dan sekitarnya pada jutaan tahun silam adalah lautan, belum menjadi daratan.
ADVERTISEMENT
“Tidak hanya itu, sekitar tahun 2007 juga ditemukan alat-alat batu yang menandakan adanya kehidupan manusia purba pada zaman dahulu. Tengkoraknya ditemukan oleh pak Dakri di tahun 2011. Artinya ini semakin jelas, bahwa keberadaan Museum Situs Semedo akan menjadi jembatan ilmu pengetahuan kami dengan masyarakat,” pungkasnya. (*)