Naik Pesawat bersama Keluarga Majikan, Khotijah Jadi Korban Lion Air

Konten Media Partner
30 Oktober 2018 19:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Naik Pesawat bersama Keluarga Majikan, Khotijah Jadi Korban Lion Air
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Taswad dan Kasri bersama dua anak kandung Khotijah. (foto: bentar)
ADVERTISEMENT
TEGAL – Jatuhnya pesawat Lion Air JT-610 rute Jakarta-Pangkal Pinang di perairan Karawang, Senin (29/10), juga membawa duka mendalam bagi pasangan Taswad (66) dan Kasri (61), warga Desa Kreman Dukuh Wanagopa RT 05 RW 03 Kecamatan Warureja Kabupaten Tegal. Putri bungsunya, yang bernama Khotijah (26), menjadi korban pesawat naas itu.
Saat panturapost.com mendatangi rumah Taswad, Selasa (30), suasana rumah yang sederhana itu terlihat sepi. Tak berapa lama, Taswad dan Kasri serta kakak Khotijah, Toipah, menemui panturapost.com. Ada juga dua anak yang merupakan anak kandung Khotijah.
Kesedihan nampak di raut wajah mereka. Air mata tidak terbendung ketika panturapost.com mulai bertanya tentang Khotijah. “Adek saya ke Jakarta itu sekitar dua minggu yang lalu,” tutur Toipah dengan mata berkaca-kaca.
ADVERTISEMENT
Toipah menceritakan, Khotijah merupakan anak keenam dari enam bersaudara. Ia pergi ke Jakarta dan menjadi pembantu di sebuah perumahan di Paramount Serpong. “Sudah dua tahun adek saya ga dinafkahi sama suaminya. Anaknya pun ga pernah ditengok. Akhirnya adek saya ke Jakarta. Ingin kerja untuk nafkahi dua anaknya,” tutur Toipah.
Selama dua minggu di Jakarta, lanjut Toipah, tidak ada kabar jelas dimana Khotijah bekerja. Namun akhirnya Khotijah memberi kabar kepada ibunya, Kasri.
Pada hari Jumat, sebelum peristiwa Lion Air, Khotijah juga memberi kabar kalau mau ke Bangka Belitung naik pesawat. “Adek telepon, bilang katanya mau ke Bangka Belitung. Mau beresin rumah bosnya di Bangka Belitung. Kalau empat hari ga apa-apa. Tapi kalau sebulan, saya ga mengijinkan,” kata Toipah.
ADVERTISEMENT
Khotijah yang hanya lulusan SD pernah lama bekerja di Jakarta sebagai pembantu. Setelah menikah dan punya anak, Khotijah kembali hidup di desa untuk mengurus anak. Pernikahannya dikaruniai dua anak. Anak pertama sudah berusia 3 tahun dan anak kedua 2 tahun. Sayangnya biduk rumah tangga tidak berjalan mulus. Bahkan suami Khotijah pergi dan tidak ada kabarnya.
“Denger-denger suaminya sudah menikah lagi. Makanya Khotijah ke Jakarta mau cari uang buat modal cerai di bulan Desember. Kebetulan bulan Desember, jadwalnya sidang perceraian,” ungkap Toipah.
Kepergian Khotijah ke Jakarta untuk bekerja kembali sebenarnya sudah ditahan orang tuanya. Mengingat anak Khotijah masih kecil. “Nok jangan ke Jakarta dulu, ini anak kamu gimana masih kecil,” ujar Toipah menirukan ucapan orang tuanya kepada Khotijah yang suka memanggilnya “Nok”.
ADVERTISEMENT
Toipah dan orang tuanya tak menyangka, Khotijah termasuk penumpang pesawat Lion Air JT610 yang jatuh di perairan Karawang. “Adek saya yang di Jakarta telepon. Kasih kabar kalau Khotijah mengalami kecelakaan pesawat Lion Air.”
Saat itu keluarga langsung gemeteran, lemas dan menangis. Toipah masih teringat Khotijah ceria dan senang sebelum berangkat ke Jakarta. “Kata adek saya, Khotijah ke Pangkal Pinang dengan bosnya. Mau ke Bangka Belitung untuk beresin rumah bosnya. Saat ibu bos membawa bayi dan anak angkatnya.”
Sebelumnya Khotijah sempat telephon memberi kabar mau ke Bangka Belitung empat hari. “Ia titip anak. Pas saya mau bilang ke Khotijah, telepon langsung mati.”
Saat ini Toipah sudah mengirim data tentang Khotijah untuk keperluan cek DNA. “Saya ga percaya kalau adek saya mengalami itu. Saya berharap apapun yang terjadi, jenazah ade saya, utuh maupun ga utuh, mohon dibawa pulang ke keluarga. Kami ingin melihatnya,” kata dia.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya ia dan orang tua Khotijah diminta ke Jakarta. Tapi bapaknya sedang sakit. “Sakit bapak, sudah lama dan saya ngga mempunyai uang buat ke sana. Di sini keluarga berdoa dan berharap ada keajaiban,” ujarnya. (*)
Reporter : Bentar
Editor : Muhammad Abduh