Nurlaelatul, Emak-emak Tegal yang Peduli Sampah Plastik

Konten Media Partner
2 Maret 2019 21:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Nurlaelatul Aqifah, ibu rumah tangga di Tegal yang peduli sampah plastik. (Foto: Bentar)
zoom-in-whitePerbesar
Nurlaelatul Aqifah, ibu rumah tangga di Tegal yang peduli sampah plastik. (Foto: Bentar)
ADVERTISEMENT
Saat ini, sampah plastik menjadi sorotan publik lantaran memberikan dampak yang berbahaya bagi lingkungan. Sejumlah pihak mengampanyekan bahaya sampah tersebut dan mengajak masyarakat untuk mengurangi penggunaan plastik.
ADVERTISEMENT
Nurlaelatul Aqifah, seorang ibu rumah tangga dari Kelurahan Kraton, Kota Tegal, punya cara sendiri untuk mengurangi sampah plastik. Dia memilih untuk mendaur ulang barang bekas berbahan plastik untuk menjadi barang yang berguna.
“Awalnya saya melihat masalah sampah ini sudah menghawatirkan. Apalagi sampah plastik. Dari situ saya mencoba mendaur ulang menjadi sampah yang ekonomis. Dengan begitu setidaknya saya membantu mengurangi sampah yang saat ini,” kata dia, kepada PanturaPost, Sabtu (2/3).
Nur mulai aktif mendaur ulang sampah plastik pada 2012. Waktu itu dia membentuk kelompok usaha bersama (KUBE). Tapi Hanya berjalan satu tahun.
“Karena tidak jalan saya akhirnya berjalan sendiri. Mengelola sampah sampai hari ini, dalam menginovasi daur ulang sampah. Alhamdulilah suami dan anak-anak selalu mendukung.”
ADVERTISEMENT
Nurlaetul belajar secara otodidak. Selain memanfaatkan sampah berbahan plastik seperti kantong kresek, bungkus kemasan, dia juga mengolah sampah organik seperti koran sampai pelepah pisang.
Tas kecil yang dibuat dari bekas bungkus deterjen. (Foto: Bentar)
Lewat Bank Sampah Mawar Biru yang dia dirikan pada Mei 2016 dia membuat sejumlah produk berbahan plastik. Seperti tas dengan bahan dari plastik kresek, sepatu dari plastik kresek, topi, tempat telepon seluler, tas kecil, tempat pensil.
Selain itu juga ada bingkai poto dari koran, tempat tisu, tempat minum aqua gelas, gaun dari sampah, tempat duduk dari botol plastik, meja dari botol plastik, dan masih banyak koleksi lainya.
“Hasil karya itu kami jual dengan harganya beragam. Dari harga Rp 10.000 sampai 225.000,” ungkapnya.
Nur juga membentuk komunitas Runtah Tegal Laka Laka atau disingkat RUTELA pada bulan Desember 2017. Nama runtah sendiri bahasa jawa Tegal yang berarti sampah. Aktivitas komunitas RUTELA juga tak lepas dari daur ulang sampah menjadi barang yang berharga.
ADVERTISEMENT
Kursi di rumah Nurlaelatul yang terbuat dari botol plastik. (Foto: Bentar)
Nurlaetul memang dikenal peduli dengan sampah. Terlihat dari konsep rumahnya yang banyak berjejer hasil karya inovasi yang dari bahan daur ulang. Serperti tempat duduk dan meja yang terbuat dari sampah plastik. Di depan rumahnya juga ada tanaman yang ditanam di botol bekas berbahan platik.
Bahkan, pada 2018 lalu, Nurlaetul hajatan mantu, konsep acaranya pun cukup menarik. Semua serba dari sampah plastik. Dari gaun pengatin, sepatu, tempat duduk, dekorasi taman, dan souvenirnya semua dari sampah plastik.
Atas usahanya itu, Nurlaelatur pernah memenangkan lomba krenova tingkat Provinsi Jawa Tengah pada 2018, dengan inovasi tas dan sepatu dari sampah plastik kresek.
Reporter: Bentar
Editor: Irsyam Faiz