Penjelasan BMKG Soal Banjir Rob yang Melanda Pantura, Jawa Tengah

Konten Media Partner
24 Mei 2018 21:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Banjir Rob di Muarareja Kota Tegal. (Foto: BPBD Kota Tegal)
ADVERTISEMENT
BREBES - Banjir akibat rob atau air pasang yang menuju hingga pemukiman warga, di pesisir utara Jawa Tengah tahun ini adalah yang paling parah. Sebab, ketinggian air laut yang menerjang rumah warga lebih tinggi dibanding rob biasanya.
Prakirawan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Tegal, Hendy Andriyanto menyebutkan, rob yang melanda beberapa wilayah di pesisir pantura kali ini memang paling tinggi. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor. Di antaranya curah hujan di musim kemarau dan gelombang pasang air laut.
"Jadi analisa kami, rob naik dari biasanya, disebabkan terjadinya peningkatan curah hujan di daerah pantura di musim kemarau ini," tutur Hendy saat dikonfirmasi melalui ponselnya, Kamis, 24 Mei 2018.
Selain itu, Hendy menyebutkan, tingginya banjir akibat rob juga disebabkan karena dorongan gelombang laut yang tinggi. "Curah hujan saja bisa membuat muka air laut meninggi, ditambah gelombang laut yang tinggi dan kencang sehingga mendorong air laut lebih cepat masuk ke dalam daratan," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Di beberapa kota besar seperti Jakarta dan Semarang, banjir rob bisa terjadi karena faktor muka daratan yang semakin rendah. "Banjir rob bisa juga disebabkan karena adanya penurunan daratan, jadi rob yang sudah masuk pemukiman penduduk tidak secepatnya surut dan malah bertambah tinggi," tutur Rendy kembali.
Penyebab penurunan tanah, menurut Prakirawan BMKG itu bisa saja akibat pembangunan gedung-gedung dan pengambilan air tanah secara besar-besaran. "Kalau di Jakarta, setiap tahunnya ada penurunan 5-12 cm, sementara di Semarang 8 cm penurunan tiap tahunnya. Itu melalui kajian dan penelitian," paparnya.
Untuk di Pantura Brebes dan Tegal, pihaknya tidak bisa memasukkan penurunan tanah sebagai penyebab tingginya rob. "Pemerintah belum melakukan penelitian dan pengkajian, jadi datanya belum ada, sementara ya akibat gelombang pasang yang tinggi dan curah hujan saja," pungkas Hendy.
ADVERTISEMENT
Reporter: Yunar Rahmawan
Editor: Muhammad Irsyam Faiz