Saat Napi Teroris Komplotan Penusuk Wiranto Kibarkan Bendera Merah Putih

Konten Media Partner
18 Oktober 2021 14:44 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Salah seorang narapidana teroris Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Slawi menjadi petugas pengibar sangsaka merah putih saat upacara Peringatan Kesadaran Nasional di lapangan Lapas setempat, Senin (18/10/2021).
zoom-in-whitePerbesar
Salah seorang narapidana teroris Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Slawi menjadi petugas pengibar sangsaka merah putih saat upacara Peringatan Kesadaran Nasional di lapangan Lapas setempat, Senin (18/10/2021).
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
TEGAL -  Salah seorang narapidana teroris Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Slawi menjadi petugas pengibar sangsaka merah putih. Momen itu dilakukan saat upacara Peringatan Kesadaran Nasional di lapangan Lapas setempat, Senin (18/10/2021).
ADVERTISEMENT
"Saya senang sekali dipercaya menjadi petugas pengibar bendera merah putih. Ini pertama kali saya jadi petugas," kata, Ahmad Taufiqurahman, napiter yang terjerat kasus penyerangan dan penusukan Mantan Kemenkumham, Wiranto.
Sebelum mengikuti upacara, ia mengaku berlatih menjadi petugas upacara selama sepekan dan dilatih oleh petugas Lapas. Meski awalnya ada rasa tidak percaya diri, ia pun berhasil melaksanakan tugasnya dengan baik menjadi pegibar sangsaka merah putih.
"Ya awalnya gerogi sih, karena selama sekolah juga gak pernah ikut upacara," ungkapnya.
Dalam kesempatan itu, Ahmad Taufiqurahman juga mengungkapkan penyesalannya karena terlibat kasus terorisme. Dengan kesadarannya ia pun menyatakan kembali ke NKRI.
"Ya saya sekarang NKRI, dan saya sangat berterima kasih karena sudah dipercaya menjadi petugas upacara," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Kepala Lapas Kelas IIB Slawi, Kabupaten Tegal Mardi Santoso, mengatakan peringatan Hari Kesadaran Nasional diperingati setiap tanggal 17. Tujuannya untuk membangun memperkokoh rasa kecintaan para warga binaan kepada bangsa dan negara.
"Para napi ini kan dari berbagai kelompok, etnis, daerah dan agama. Jadi kita ingin menyamakan bahwa mereka itu satu, satu tanah air Indonesia," jelasnya. (*)