Tukang Cukur pun Nyantri

Konten Media Partner
21 Oktober 2018 21:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tukang Cukur pun Nyantri
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Aceng mengenakan peci, koko dan sarung saat mencukur pelanggannya. (foto: bentar)
ADVERTISEMENT
ADA yang berbeda di kios cukur di pinggir jalan raya Harjawinangun Kecamatan Balapulang Kab. Tegal. Pemuda yang memangkas rambut konsumen terlihat rapi. Ia memakai baju koko, kopyah hitam dan mengenakan sarung.
“Hari ini kan Hari Santri Nasional. Ya saya menghormati hari santri ini. Saya sengaja berpakain rapi ala santri,” ujar Ceng Hada atau yang dipanggil Aceng, kepada panturapost.com kemarin.
Aceng berasal dari Tasik. Ia menekuni jasa cukur rambut di kios pinggir jalan itu sudah hampir dua tahun. Sebelumnya Aceng menjadi penjual barang-barang rumah tangga. Di ruang kecil itu, Aceng mengontrak untuk usaha cukur rambut.
“Banyak anak pondok, ustad, bahkan bapak haji yang potong rambjt di sini. Mungkin hasil potongan rambutnya bangus dan murah,” kata dia.
ADVERTISEMENT
Aceng juga sering dipanggil untuk memotong rambut di Pondok Pesantren. Di antaranya Pondok Pesantren Ahmad Dahlan Desa Harjawinangun, Pondok Darul Mujahada Prupuk, dan Sekolah MTs Alhmuawanah Desa Harjawinangun.
“Kadang 2 sampai 3 sekali, saya dipanggil buat memotong rambut para santri atau muridnya,” ungkap dia.
Tiap hari ia buka pangkas rambut mulai jam 08.00. Pada pukul 12.00 tutup untuk ishoma (istirahat, sholat dan makan),. Buka kembali pukul 12.30. Pada pukul 15.15, tutup lagi untuk shalat ashar. Dan buka kembali hingga maghrib. Setelah shalat maghrib, buka sampei pukul 20.00 WIB. “Karena hari ini hari santri, saya buka sampe pukul 21.00,” cetusnya.
Dia merasa bangga bisa merayakan hari santri biar pun hanya seorang pemangkas rambut. (*)
ADVERTISEMENT
Reporter : Bentar
Editor : Muhammad Abduh