Tutup Konferensi, Menag Ajak Ulama Sufi Sedunia Berdakwah di Medsos

Konten Media Partner
10 April 2019 16:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin saat hadir dalam Konferensi Ulama Sufi Internasional yang berlangsung di Pekalongan. (foto: Fajar Eko Nugroho)
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin saat hadir dalam Konferensi Ulama Sufi Internasional yang berlangsung di Pekalongan. (foto: Fajar Eko Nugroho)
ADVERTISEMENT
PEKALONGAN - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Rabu (10/4) ini menutup Konferensi Ulama Sufi Internasional yang berlangsung di Pekalongan. Menag mengajak ulama sufi untuk ikut mewarnai dakwah di media sosial.
ADVERTISEMENT
"Hari ini, saya mengajak kepada kita semua untuk dapat terus membumikan dakwah Islam dengan pendekatan sufistik yang cerdas dan cermat. Mari kita isi media sosial kita dengan hal-hal yang positif dan penuh hikmah," ucap Menag di Pekalongan, Rabu 10 April 2019.
Konferensi Ulama Sufi Internasional atau Multaqa Sufi Al-Alamy ini berlangsung sejak 8 April 2019. Multaqa diprakarsai oleh Jam’iyyah Ahlit Thariqah Al-Mu'tabarah An-Nahdliyah (JATMAN). Konferensi ini diikuti 87 ulama sufi dari 36 negara dan dihadiri sekira 3.500 peserta dari kalangan ulama ahli tarikat Indonesia.
"Mari kita isi dunia dakwah kita dengan ngaji rasa. Mari kita banjiri dunia dakwah kita di media sosial dengan uswah hasanah, tidak sekadar mau’izhah hasanah. Mari kita menjadi bumi yang menopang semua orang, menjadi mendung yang menaungi semua insan dan air hujan yang menyuburkan alam," kata dia.
ADVERTISEMENT
Menteri yang juga alumni Pesantren Darussalam Gontor ini lalu menyitir salah satu pesan Imam Junaid al-Baghdadi: "Kaum sufi itu seperti bumi, yang diinjak oleh orang saleh maupun pendosa; juga seperti mendung, yang memayungi segala yang ada; seperti air hujan, yang mengaliri segala sesuatu.”
Menag menilai para sufi lekat dengan kreatifitas dalam dakwah. Bahkan, kreatifitas itu menjadi sesuatu yang distingtif. Mereka menggunakan Halaqah Dzikir (majlis zikir), Khalwat-khalwat Alquran, dan Zawiyah sufiyah yang dikembangkan sesuai kondisi zamannya.
Kreatifitas yang sama diperlukan dalam merespon tantangan dakwah era milenial dengan segala perangkat digital dan media sosial. Karenanya, dibutuhkan upaya serius dari kaum sufi untuk menggarap aksi dakwah yang dapat mengangkat harkat dan martabat umat Islam, terutama di media sosial.
ADVERTISEMENT
"Generasi digital juga harus memahami dan mengingat pengalaman sejarah bahwa Islam masuk ke negeri ini dengan cara damai, antara lain melalui tangan para sufi. Generasi milenial harus tahu bahwa para ulama sufi menyebarkan Islam dengan akhlak yang mulia, sehingga dakwah Islam menjadi lebih efektif dan damai," jelasnya.
Menag mengucapkan selamat atas suksesnya penyelenggaraan Konferensi Ulama Sufi Internasional ini. Menag mengajak semua pihak untuk meneruskan dakwah damai baginda Rasulullah SAW, sehingga keramahan dan kedamaian Islam tersebar di NKRI dan segenap penjuru bumi.
"Mari kita jadikan situasi umat kekinian yang sedang gundah gelisah ini sebagai momentum untuk merevitalisasi kembali gerakan tarekat dan tasawuf. Mari kita berdoa semoga di tahun politik ini, bangsa kita, Indonesia, dijaga dan diselamatkan dari perpecahan, terus menjaga perdamaian, serta merawat semangat persatuan dan kesatuan untuk mewujudkan bangsa yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Diharapkan program Kerja dan Rekomendasi 4 Komisi, yakni Komisi Ulama Luar Negeri, Tasawuf, Ekonomi dan Fikih yang dihasilkan konferensi internasional ini dapat dilaksanakan dengan baik. "Saya sungguh amat berbahagia perhatian atas pentingnya acara ini telah ditunjukkan dengan kehadiran sekitar 3500 peserta dari kalangan ulama ahli Indonesia, serta dari 87 ulama yang berasal dari 36 negara," ungkapnya.
Sedangkan bagi masyarakat muslim Indonesia tidak syak (ragu-ragu) lagi bahwa para sufi memiliki peran sangat signifikan dalam tumbuh kembangnya dakwah islamiyah wathaniyah dan insaniyah di negeri pertiwi, yakni keislaman dan kemanusiaan berhasil dilebur menjadi satu kemasan yang indah dan mempesona.
"Keislaman, kebangsaan dan kemanusiaan yang diulurkan dalam rumah besar negara kesatuan republik Indonesia yang menekankan peran tasawuf dalam membersihkan hati demi menciptakan suasana sejuk dalam berbangsa," pungkasnya. (*)
ADVERTISEMENT
Reporter : Fajar Eko Nugroho
Editor : Muhammad Abduh