Balutan Kehangatan di Reuni 212

Paulina Herasmaranindar
Reporter politik kumparan news
Konten dari Pengguna
3 Desember 2017 0:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Paulina Herasmaranindar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Mengabadikan momen di Reuni 212. (Foto: Raga Imam/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Mengabadikan momen di Reuni 212. (Foto: Raga Imam/kumparan)
ADVERTISEMENT
Mendengar 212, apa yang ada di benakmu? Selain kita teringat dengan sosok Wiro Sableng dengan ciri khas angka 212 yang tertulis di dadanya, pasti kamu juga tidak akan lupa dengan aksi fenomenal 212 yang dihelat tahun 2016 lalu. Kita tahu awal Desember tahun lalu Jakarta digemparkan dengan aksi 212. Saat itu, massa datang dari berbagai penjuru Indonesia dan berkumpul di Monas.
ADVERTISEMENT
Kala itu, aku masih bermukim di kota kecil nan syahdu, Purwokerto. Aku hanya dapat melihat aksi tersebut dari layar kaca. Dalam termenung aku membayangkan bagaimana rasanya ketika berada di tengah-tengah mereka? Ah membayangkannya saja sudah cukup membuatku lelah, apalagi jika benar aku mengalaminya. Bagaimana tidak lelah, membayangkan terjun kelapangan bersama ribuan orang, rasanya, udara untuk bernafas pun terasa harus dibagi.
Tak terasa satu tahun sudah aksi itu dihelat. Alumni aksi 212 tahun lalu, mengadakan reuni 212 tepat di hari ini, Sabtu (2/12). Siapa juga yang menyangka bahwa aku, Heras, hari ini menjadi bagian dari reuni 212 yang juga berlokasi di Monas seperti tahun lalu. Ya, profesi sebagai wartawan mengantarkanku untuk meliput acara reuni ini. Aku mendapatkan tugas untuk memantau Stasiun Juanda, stasiun terdekat dari Monas.
ADVERTISEMENT
Dengan penuh semangat, kupasang alarm handphoneku pukul 04.30, menyetel getar dengan sangat keras. Aku tak ingin kasur membuaiku lebih jauh.
Kupejamkan mata dan tak terasa alarm pun berbunyi. Mataku terbangun, langsung kubasuh mukaku, menyikat gigi, dan ya tentu saja menyisir rambut. Hanya saja, membasahi tubuh ini dengan air sepertinya harus kulupakan, aku takut terlambat datang ke sana.
Seperti biasa, dengan motor beat hitam kesayanganku, aku berangkat menuju Stasiun Juanda. Jalanan yang begitu lengang membuatku memacu motor sedikit lebih kencang. Udara subuh Jakarta yang masih terasa sejuk, semakin membuat semangatku bergelora untuk segera sampai.
Hampir sampai di lokasi tujuan, aku mendapatkan sedikit masalah ketika beberapa akses jalan sudah ditutup. Kerumunan massa sudah terlihat. Disitu aku sempat panik, takut kehilangan momen penting.
ADVERTISEMENT
Langsung motor kuputar balik, aku bertanya kepada polisi-polisi yang berjaga di ruas jalan. Sampai akhirnya aku tiba di tujuan. Stasiun Juanda sekitar pukul 05.20 WIB, suasana sudah terlihat ramai. Sontak aku berlari menuju keramaian.
Antrean massa aksi reuni 212 di Stasiun Juanda. (Foto: Paulina Herasmaranindar/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Antrean massa aksi reuni 212 di Stasiun Juanda. (Foto: Paulina Herasmaranindar/kumparan)
Aku melihat lansia, orangtua, anak muda, bahkan balita berbondong-bondong menghadiri reuni 212 ini. Mereka rela berangkat dari subuh dengan menggunakan KRL. Raut wajah mereka tak menunjukkan sama sekali rasa kantuk, justru aura bahagia terpancar dari setiap wajah yang kupandang.
Setiap aku memotret momen di sana dan melihat hasilnya, ada satu hal yang terbesit "Oh ternyata bahagia itu sederhana ya", gumamku.
Terlepas dari apa tujuan dari reuni ini, tapi di balik itu tersimpan kisah yang lebih menarik untuk pribadiku. Melihat kebersamaan keluarga yang dirangkai dengan sederhana, melihat anak muda berkumpul berkualitas bersama teman-temannya, semangat kebersamaan yang begitu kental.
ADVERTISEMENT
Kesempatan yang akhir-akhir ini jarang aku miliki. Mengingat kesibukan orangtua dan kesibukan pribadi yang menjadi jarak. Terlebih saat ini jarak Purwokerto-Jakarta yang membentang cukup jauh membuatku semakin kehilangan momen-momen kebersamaan dengan mereka.
Reuni 212 ini menyadarkanku bahwa kebersamaan itu penting. Entah itu kebersamaan keluarga, sahabat, ataupun umat beragama. Dengan kebersamaan rasanya hidup kita akan lebih bermakna, kita tidak akan merasa sendiri, dan selalu merasa memiliki teman.
Reuni 212 ini, secara pribadi, menyadarkanku bahwa meluangkan waktu untuk berkumpul itu penting, merajut tali silahturahmi itu wajib.
"Luangkan waktu untuknya yang selalu ada untukmu". Rangkaian kata yang pas untuk menggambarkan kehangatan suasana reuni 212.