Berkelana Mencari Berita dengan Motor Pelat R

Paulina Herasmaranindar
Reporter politik kumparan news
Konten dari Pengguna
25 November 2017 15:29 WIB
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Paulina Herasmaranindar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Setelah selesai proses Officer Development Program, saya dan teman-teman dikumpulkan dan dibagi dalam beberapa segmen berita. Ya kami membuka lembar baru, memasuki dunia kerja sesungguhnya. Kala itu jantungku berdegup cepat seperti genderang mau perang. --Dag dig dug der-- seperti itulah gambaran hatiku kala itu.rogram, saya dan teman-teman dikumpulkan dan dibagi dalam beberapa segmen berita. Ya kami membuka lembar baru, memasuki dunia kerja sesungguhnya. Kala itu jantungku berdegup cepat seperti genderang mau perang. --Dag dig dug der-- seperti itulah gambaran hatiku kala itu.
ADVERTISEMENT
Sebelum pembagian, direlung hati ini sudah mempunyai feeling segmen mana yang nantinya menjadi tempatku beranung.
Ternyataaa, benar saja. Dugaan ku tepat! Saat Mas Habibie selaku Koordinator Lapangan menyebut namaku dalam segmen news, sontak aku hanya bisa melepas tawa 'hahahaha', ini sebenarnya bukan tertawa bahagia ya, tapi lebih kepada 'bener kan dugaan gue'.
Mungkin benar apa yang di katakan orang-orang, 'ingat perkataan itu doa loh, kalau ngomong hai-hati', oke mungkin ini bisa di katakan perkataan yang menjadi kenyataan.
Kenyataan ini sudah nyata dan tidak dapat terelakkan lagi. Terlebih segmen news diangkatanku didominasi oleh kaum adam. Secara tidak langsung aku harus menyesuaikan diri dengan mereka. Beruntung mereka semua adalah pribadi yang baik dan menyenangkan. Sehingga aku tidak membutuhkan waktu lama untuk beradptasi dengan mereka, yang menjadi permasalahanku, aku harus bisa beradaptasi dengan medan perangku saat ini. Jakarta yang begitu luas, jalan penuh dengan putaran harus bisaku kuasai saat ini. Beruntung aku memiliki sahabat yang selalu menemaniku kemanapun aku pergi, si beat hitam berplat R yang kubawa khusus dari Kota Purwokerto.
ADVERTISEMENT
Mungkin asing di wilayah Jakarta melihat kendaraan plat R melintasi jalan. Tapi saat ini harus terbiasa ya, karena aku akan terus berkelana dengan motor itu.
Beat hitam plat R itu adalah temanku. Ia selalu setia menemaniku mulai dari liputan pertama kali hingga saat ini. Ia yang selalu mengantarkanku kemana pun aku pergi. Ia juga yang setia menemaniku dikala tersesat mencari alamat liputan.
Sampai suatu ketika aku jatuh bersamanya. Ya aku dan motor kesayanganku sempat mengalami kecelakaan saat melakukan liputan.
Saat itu, aku ditugaskan untuk memantau rumah Ketua DPR Setya Novanto. Ku putuskan untuk berangkat pagi hari dengan tujuan bisa mematau rumah Setnov lebih cepat.
Aku berangkat dari kosan sekitar pukul 07.00 WIB, perjalanan saat itu terasa lebih renggang dari hari biasanya. Betapa senangnya beatku dapat melaju sedikit lebih kencang. Aku mengikuti arahan google map saat itu.
ADVERTISEMENT
Ketika sampai di jalan daerah kemang, aku harus berbelok kanan mengikuti arahan dari map, langsung saja aku pasang sen motorku ke arah kanan.
Namun, kejadian tak terduga datang menimpaku, sebuah mobil avanza hitam melaju cukup kencang dan tidak melihat arah sen motorku.
Duaaaaarrr....! Motorku tertabrak dari belakang dengan cukup keras. Tubuhku tak kuasa menahan motor sehingga terjatuh dengan cukup keras.
Tak tahu apa yang ada dipikiranku kala itu, aku tidak ada niat untuk memarahi atau mendatangi mobil yang menabrakku itu. Dalam benakku hanya 'aku harus cepat tiba di rumah Setya Novanto' langsung saja tubuhku ku angkat dan langsung ku bedirikan motorku. Tak ada rasa sakit yang aku rasakan, tapi aku melukai motor beatku dengan luka lecet di tubuhnya. Maafkan aku kawan, tidak ada niatku untuk menyakitimu!Tak tahu apa yang ada dipikiranku kala itu, aku tidak ada niat untuk memarahi atau mendatangi mobil yang menabrakku itu. Dalam benakku hanya 'aku harus cepat tiba di rumah Setya Novanto' langsung saja tubuhku ku angkat dan langsung ku bedirikan motorku. Tak ada rasa sakit yang aku rasakan, tapi aku melukai motor beatku dengan luka lecet di tubuhnya. Maafkan aku kawan, tidak ada niatku untuk menyakitimu!
ADVERTISEMENT
Tapi dari kejadian yang itu, ada satu hal yang aku sadari. Masyarakat millenial saat ini kadar empati bagi sesamanya sangat kurang. Bagaimana tidak, saat aku terjatuh tidak ada yang mendekatiku untuk menolong, beberapa hanya melihat dari kejauhan, ada juga yang mengarahkan kameranya ke arahku. Ah, apakah saat ini lebih penting mengabadikan moment kesusahan orang daripada menolong? Aku tak bisa menjawabnya.
Selang beberapa menit setelah kecelakaan itu, tubuhku mulai merasa sakit di beberapa bagian. Tapi aku tak bisa mengeluh, karena tugasku sebagai wartawan mengharuskan aku untuk tetap kuat menahan rasa sakit itu.
Pagi hari saatku terbangun badan ini terasa berat dan ternyata sudah ada luka memar di beberapa bagian tubuh. Tapi tak masalah, aku jadikan pengalaman dan kenang-kenangan liputan selama menjadi wartawan di kumparan.
ADVERTISEMENT
Setelah kejadian itu, selama liputan aku memutuskan untuk menggunakan kendaraan umum. Selain untuk meredam trauma kejadian kemarin juga untuk mengistirahatkan beat hitamku dari padatnya jalan kota Jakarta.
Hari Rabu kemarin aku mendapat tugas liputan di Balai Kota, aku menggunakan KRL untuk sampai disana. Meskipun KRL dipagi hari memang terkenal sangat padat dan sesak tapi aku tetap memutuskan untuk menaikinya.
Saling dorong, himpit menghimpit terjadi di dalam KRL sampai tak ku sadari bahwa kesialan akan menimpaku.
Aku turun di Stasiun Godangdia tanpa merasa ada sesuatu yang salah. Sampai di Balai Kota, ternyata tasku disobek oleh seseorang yang berniat jahat padaku. Mungkin dia berfikir bahwa didalam tasku terdapat barang berharga sepeti HP atau dompet. Memang ada, tapi untungnya dewi fortuna masih berpihak padaku. Benar ya kata orang, Jakarta lebih kejam dari ibu tiri.
Mungkin kesialan ini menimpaku karena aku meninggalkan motor beatku dikosan, harusnya tidak kejadian kalau aku bersamanya. Mungkin karena aku mengkhianatinya, memutuskan untuk berkelana sendiri tanpa dirinya.Mungkin kesialan ini menimpaku karena aku meninggalkan motor beatku dikosan, harusnya tidak kejadian kalau aku bersamanya. Mungkin karena aku mengkhianatinya, memutuskan untuk berkelana sendiri tanpa dirinya.Mungkin kesialan ini menimpaku karena aku meninggalkan motor beatku dikosan, harusnya tidak kejadian kalau aku bersamanya. Mungkin karena aku mengkhianatinya, memutuskan untuk berkelana sendiri tanpa dirinya.Mungkin kesialan ini menimpaku karena aku meninggalkan motor beatku dikosan, harusnya tidak kejadian kalau aku bersamanya. Mungkin karena aku mengkhianatinya, memutuskan untuk berkelana sendiri tanpa dirinya.
ADVERTISEMENT
Tapi dua kejadian ini menyadarkanku betapa berat tugas menjadi seorang wartawan, kita terkadang mengorbankan diri sendiri demi mencari berita bagi orang banyak, mencari fakta dan pengetahuan bagi orang banyak. Mungkin sebagian orang masih memandang remeh pekerjaan sebagai wartawan. Pekerjaan yang dinilai mudah untuk dijalani, pekerjaan yang hanya cuma modal ngomong dan menulis. Tapi dibalik itu, harus ada proses yang dilalui wartawan untuk mendapatkan berita, meskipun hanya satu berita ya, tetapi ada perjuangan dibaliknya!
Saya bangga menjadi wartawan dan saya menikamati sekali setiap kejadian yang saya alami dalam setiap melakukan liputan.