Bima Arya Banggakan Potret Kebersamaan Guan Tjo dan Pak Oo di Festival HAM 2021
Konten dari Pengguna
19 November 2021 16:32 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Pemerintah Kota Bogor tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dalam Festival Hak Asasi Manusia (HAM) yang berlangsung di Kota Semarang, 16-19 November 2021, Wali Kota Bogor Bima Arya menceritakan contoh kebersamaan dalam keberagaman yang sederhana di Kota Hujan.
ADVERTISEMENT
Menurut Bima, toleransi bukan hanya tercermin dari rumah ibadah yang berdampingan, kerukunan antar pemuka agama. Tapi juga bisa tergambar melalui kuliner.
"Mas Hendi (sapaan Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi) kemarin menampilkan foto Soto Semarang yang merupakan contoh yang paling sederhana dari keberagaman. Kuah sotonya dari India, so'un dari Tiongkok, perkedelnya dari Eropa dan Tempe dari Jawa," ungkap Bima Arya.
Bima mengatakan, contoh sederhana sebuah keberagaman juga banyak terjadi di kota-kota lainya. Tak terkecuali di Kota Bogor. Di kota hujan ini, Bima Arya mengaku selalu bangga dengan cerita persahabatan antara etnis Tionghoa Guan Tjo dengan pribumi Pak Oo di Jalan Suryakencana, Bogor Tengah.
"Guan Tjo berjualan nasi goreng pete dan Pak Oo jualan sate sapi. Mereka ada dari tahun 60-an sampai sekarang terus berdampingan, tidak terpisah dari generasi ke generasi, sampai anak cucunya,” ujar Bima Arya.
ADVERTISEMENT
“Mereka tidak pernah mau dipisahkan walaupun dikasih ruko yang mewah, yang satu di tempat yang lain. Terdengar sederhana tapi inilah tradisi luar biasa, investasi sosial dari para leluhur kita di masa lalu. Kita punya modal itu," tambahnya.
Sebelumnya, dalam momen yang sama Bima Arya yang juga Ketua Asosiasi Wali Kota se-Indonesia (APEKSI) Bima Arya mengungkapkan menguatnya konflik sosial, agama dan politik di sejumlah negara di dunia membuat mereka terpecah belah. Tak sedikit pula peradaban kota maju di yang dibangun dengan teknologi canggih hancur dalam waktu yang tidak terlalu lama.
"Sejarah dunia memberikan kita banyak sekali pelajaran. Banyak peradaban kota yang maju, yang hebat, yang dibangun cukup lama dengan teknologi yang canggih dengan keterampilan yang jauh melebihi rata-rata, tetapi kemudian hancur dalam waktu yang tidak terlalu lama. Karena konflik sosial, konflik agama, konflik politik," ungkap Bima Arya.
Saat menyampaikan ini, Bima Arya sembari memperlihatkan gambaran konflik di Aleppo, Suriah dan konflik akibat hak individu yang hilang di Ukraina, Eropa Timur.
ADVERTISEMENT
Ia melanjutkan, teknologi yang canggih, infrastruktur yang dahsyat bisa hancur sekejap karena konflik. Jadi, menurut Bima, membangun kota bukan hanya membangun lembaganya, bukan hanya perangkat politiknya, bukan hanya infrastrukturnya. Tetapi membangun kota adalah membangun manusianya yang menghormati sesama manusia.