Sekali Lagi tentang Memaafkan

Waode Nurmuhaemin
Doktor Manajemen Pendidikan , Penulis Artikel dan Buku Pendidikan
Konten dari Pengguna
13 Februari 2023 8:48 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Waode Nurmuhaemin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber : Shutterstock Foto
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : Shutterstock Foto
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Upacara Senin pagi lagi tempat saya berdinas diselimuti duka. Teman saya sesama ASN meninggal kemarin pagi. Tanpa pamitan, tanpa sakit. Hari jumat lalu, saya masih bertegur sapa di tempat absen sore.
ADVERTISEMENT
Masih penuh canda dan tawa. Semua terharu, semua berduka. Kepergian siapa pun itu akan meninggalkan rongga di dunia. Tidak ada yang dapat menggantikan karena semua manusia punya peran sendiri dalam mewarnai dunia.
Pesan pimpinan kami begitu menyentuh"Maafkanlah siapa pun itu setiap hari" kesalahan rekan dan teman jangan dimasukkan ke dalam hati yang pada akhirnya menjadi dendam.
Perlu kearifan dan hati seluas samudra agar bisa menjadi manusia ikhlas yang berhati bersih. Dalam interaksi kita dengan siapapun gesekan kecil , besar, maupun sangat besar kerap terjadi. Saling melukai adalah ciri khas komunikasi antar manusia. Makanya Allah memuji orang-orang pemaaf dan yang mau meminta maaf.
Pemakaman Pondok Ranggon di Jakarta. Foto: Willy Kurniawan/REUTERS
Ketika teman kita berpulang, barulah timbul banyak penyesalan-penyesalan Seandainya dulu begini dan begitu. Sehingga perlu kiranya kita berazam untuk menjadi tidak sekadar orang baik namun juga pemaaf.
ADVERTISEMENT
Kalaupun ada seseorang yang sangat melukai kita dan kita sudah tidak bisa lagi komunikasi dengan orang tersebut, maka hendaknya kita memaafkan semua salah-salahnya.
Mungkin kesalahan kita ke orang tersebut juga sangat besar, sehingga semua orang perlu arif untuk memaafkan orang lain. Tidak perlu menjalin pertemanan di dunia nyata atau maya kalau memang sudah tidak lagi nyaman dan seirama.
Sebab kita hanya menjalani hidup yang sudah digariskan oleh Allah. Tidak ada manusia yang tidak bersalah. "Semua bani Adam bersalah, dan sebaik-baiknnya yang bersalah adalah dia yang menyadari kesalahannya dan bertaubah" kadang-kadang, karena lingkungan orang baik bisa jadi jahat.
Ilustrasi perempuan marah-marah. Foto: wavebreakmedia/Shutterstock
Semua bisa di-framing di zaman canggih seperti sekarang ini. Kebenaran begitu bias. Orang baik kadang-kadang menjadi barbar ketika kebaikannya dijadikan lelucon. Sehingga manusia memang dibekali rasa marah dan rasa iba.
ADVERTISEMENT
Ada yang marah mungkin berlebihan dan setelah itu habis, tidak disimpan di hati. Namun, ada juga yang marah diam-diam dan disimpan sampai mati.
Tidak masalah, karakter manusia beda-beda. Manusia dengan segala problemnya dan kalau ada yang masih menyempatkan diri menolong orang lain zaman sekarang adalah barang langka, sehingga melupakan kebaikan orang serta mengingat hanya yang buruk-buruk mungkin juga kurang bijak. Kita semua punya saldo kebaikan dan juga keburukan.
Sekali lagi, tentang memaafkan mungkin sangat berat bagi kita. namun itu adalah terpuji disisi Allah. Tidak ada yang luput dari kesalahan. Siapapun itu. Sehingga perlu untuk kita ketika mengenal siapapun di awal-awal untuk tidak menutupi segala karakter kita, sebab manusia bukan dukun yang bisa membaca hati kita.
Ilustrasi minta maaf. Foto: aijiro/Shutterstock
Jelaskan saja dengan gamblang batasan dan aturan-aturan kalau orang mau jadi teman kita. Saya tidak suka ini dan itu, saya tidak suka di chat banyak-banyak.
ADVERTISEMENT
Saya tidak suka komunikasi dengan orang tipe ini dan itu. Perlihatkan saja semua, sehingga tidak perlu marah, terluka, atau apa pun juga. Orang juga akan paham kalau kita misalnya bukan tipe dia untuk dijadikan teman atau apa pun itu.
Ketertutupan akan banyak hal yang membuat dunia ini ribut penuh dengan cekcok. Saya pernah tinggal di Amerika. Mereka menjelaskan dengan gamblang, bahwa orang Amerika tidak suka ditanya gaji, pekerjaan, dan lain-lain. Sehingga orang tau batasan yang tidak boleh dilanggar.
Semua orang seharusnya secara tegas memperlihatkan batasan-batasan yang menjadi ketentuan pribadinya. Semua pasti mengerti. Dunia yang makin sibuk, menjadikan kita tidak banyak yang mau buang-buang waktu untuk orang lain.
Ilustrasi mengatur waktu. Foto: Shutter stock
Menemukan orang yang mau meluangkan waktu banyak untuk kepentingan kita hampir tidak ada zaman sekarang ini. Sehingga kalau ada yang terus-terusan meminta waktu kita untuk sekadar chat-chat an sebaiknya ditegur secara langsung diawal-awal kenal.
ADVERTISEMENT
Dan kita juga tidak perlu mengesankan diri sebagai orang yang suka model pertemanan seperti itu. Seperti yang saya katakan di atas "terbukalah dengan kepribadian kita" jelaskan baik-baik bahwa kita begini dan begitu. Saya rasa, tidak banyak orang yang juga mau buang waktu untuk orang lain.
Dengan keterbukaan semua akan menjadi baik dan menyenangkan. Potensi kesalahpahaman bisa diminimalisasi. Sehingga mungkin dunia akan lebih adem tanpa banyak-banyak konflik. Memaafkan itu memang bukan sifat manusia, mendendam iya.
Tapi siapa pun itu Allah memuji mereka yang pemaaf. Seperti teman saya yang berpulang kemarin, sekurang-kurangnya dia lega meninggalkan dunia tanpa banyak dendam orang padanya.
Ilustrasi minta maaf. Foto: SrideeStudio/Shutterstock
Hidup pun kembali berjalan, rapat, perjalanan dinas dan lain-lain. Semua tidak ada yang abadi, mungkin kebaikan akan tetap dikenang.
ADVERTISEMENT
Mungkin, karena standar kebaikan tidak selalu sama. Mungkin kita bisa jadi orang yang jahat dan baik atau kedua-duanya dalam waktu bersamaan. Kitalah yang memilih, yang jelas untuk saya, saya memilih memaafkan siapa pun itu.
Memaafkan tidak akan mengembalikan masa lalu, namun setidaknya merapikan masa depan. Sekurang-kurangnya kerak-kerak dendam di hati kita hilang berganti dengan kejernihan.