Serangan Brutal Israel, Genosida di Abad 21

Waode Nurmuhaemin
Doktor Manajemen Pendidikan , Penulis Artikel dan Buku Pendidikan
Konten dari Pengguna
29 Oktober 2023 13:44 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Waode Nurmuhaemin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Warga Palestina berkumpul di lokasi serangan Israel terhadap rumah-rumah, di Khan Younis di Jalur Gaza selatan, Kamis (26/10/2023). Foto: Mohammed Salem/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Warga Palestina berkumpul di lokasi serangan Israel terhadap rumah-rumah, di Khan Younis di Jalur Gaza selatan, Kamis (26/10/2023). Foto: Mohammed Salem/REUTERS
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Telah berlangsung pembantaian dan pembunuhan massal di abad abad 21 yang dilakukan oleh Israel dan dibantu oleh negara-negara yang konon katanya pembela hak asasi manusia. Inilah serangan terparah sejak konflik yang kembali pecah selama 22 hari terakhir di Jalur Gaza.
ADVERTISEMENT
Teriakan-teriakan terdengar memilukan. Palestina, negara yang warganya yang dibantai itu, diputus jalur komunikasinya, air bersih, dan listrik. Makanan tidak boleh masuk, juga bantuan kemanusiaan tidak boleh masuk.
Tentu saja tujuan Israel memutus komunikasi, agar dunia tidak tau betapa brutal, kejam, dan mengerikannya pembantaian serta serangan yang mereka lakukan.
Bahkan, serangan pun ditarget ke rumah-rumah sakit, rumah penduduk, sekolah, hingga tempat dokter dan jurnalis di mana mereka tidak akan bisa melawan. Tak pelak ribuan korban jiwa berjatuhan.
Kata-kata menguatkan terdengar dari masjid-masjid sahut-sahutan agar mereka tidak merasa sendirian karena Allah ada beserta mereka. Dan kalaupun wafat, mereka akan menjadi syuhada di atas tanah kelahiran mereka dan juga tanah kelahiran para nabi, serta di dekat masjid yang menjadi titik sejarah diterimanya perintah salat lima waktu oleh Nabi Muhamad.
Api dan asap membubung di atas Kota Gaza selama serangan Israel pada 27 Oktober 2023, Foto: YOUSEF HASSOUNA/AFP
Serangan mematikan Israel itu dilakukan dengan berani di hadapan PBB dan dunia. Gempuran yang menjadikan Gaza bak neraka, Israel juga menggunakan bom fosfor yang dilarang oleh PBB digunakan dalam pertempuran.
ADVERTISEMENT
Gaza pun menjadi ladang pembantaian yang sempurna. Hingga saat ini, akumulasi korban mencapai 7 ribu orang lebih di mana jumlah setengahnya adalah anak-anak.
Tidak heran jika kemudian muncul berita-berita bahwa Kementerian Pendidikan Palestina mengumumkan bahwa tahun ajaran 2023/2024 resmi berakhir karena sebagian besar anak-anak sekolah InsyaAllah syahid di tangan negara tak berperikemanusiaan.
Banyak yang kemudian mencoba menggiring opini bahwa serangan-serangan Israel adalah bentuk balasan atas serangan Hamas di 7 Oktober lalu. Padahal Hamas menyerang juga untuk membela hak-hak mereka.
Warga Palestina dilarang salat di Masjid Al-Aqsa, tanah-tanah bersertifikat mereka dirampas. Saya sendiri pun jika di posisi mereka akan melawan semua kebiadaban itu. Jadi tidak usah menggiring opini seolah Hamas teroris dan Israel yang terzalimi. Mau diputar balik seperti apapun, Hamas pejuang dan Israel bersama sekutunya adalah teroris.
ADVERTISEMENT

Boikot, Itu yang Bisa Kita Lakukan

Asap mengepul setelah serangan Israel, di Kota Gaza, Rabu (11/10/2023). Foto: Saleh Salem/REUTERS
Melihat kebrutalan Israel yang sudah mengangkangi PBB walaupun sudah ada persetujuan gencatan senjata di dewan keamanan PBB. Dan mayoritas negara di dunia setuju.
Nampaknya sebagai warga dunia kita harus ikut berpartisipasi mengakhiri genosida terbesar abad ini dengan tangan kita sendiri. Saya melihat terjadi bantah membantah di Parlemen Israel. Mereka mengatakan, meskipun mereka akan meluluhlantakkan Palestina, namun ekonomi mereka menuju kebangkrutan produk-produk Israel diboikot warga dunia.
Ini yang bisa kita lakukan—selain tentu saja dengan memberikan bantuan kepada lembaga-lembaga kemanusian di sana dan doa-doa di setiap sujud kita. Beralih ke produk-produk dalam negeri. Toh fungsinya juga sama. Sabun, odol, shampo, hanya iklannya yang gencar yang membuat produk-produk itu menjadi bergengsi di mata kita.
ADVERTISEMENT
Dengan membeli produk-produk buatan Israel dan sekutunya, kita turut andil membantai dan meneteskan darah-darah orang Palestina. Sebab, uang kita akan dikirimkan kepada Israel yang kemudian membuat bom dan senjata untuk membantai orang-orang Palestina.
Kemudian banyak yang nyinyir kenapa masih memakai Google dkk. Kalau ada yang bisa menggantikan saat ini juga orang akan beralih. Facebook pun sudah mulai ditinggalkan. Mari memilih Telegram ketimbang WhatsApp. Kita juga bisa hidup tanpa medsos.
Asap mengepul setelah serangan Israel, di Kota Gaza, Rabu (11/10/2023). Foto: Mohammed Salem/REUTERS
Kalau ada pengganti Google, WhatsApp, dkk, tentu saja banyak yang sangat tidak berkeberatan ramai-ramai orang akan hijrah. Yang jelas, boikot warga dunia sudah mulai dirasakan perusahaan-perusahaan pendukung negara pembantai itu. McD dkk, gerai-gerainya sepi dan menuai kerugian yang sangat besar atas komitmennya mengalirkan bantuan ke negara penjajah itu.
ADVERTISEMENT
Dengan beralih ke produk-produk dalam negeri, kita akan menghidupkan ekonomi nasional dan menggairahkan UKM-UKM yang juga sulit bersaing dengan kapitalis-kapitalis global tersebut.
Israel adalah negara penjajah dan amnesia. Tahun 1948 mereka tiba dengan lusuh dan putus asa di Palestina serta meminta dikasihani sehabis Perang Dunia II. Mereka minta dikasihani dan diberi tumpangan sehabis dibantai dan dikejar-kejar Hitler yang sangat membenci mereka.
Palestina menerima dengan baik dan memberi tempat tinggal. Tapi ternyata kemudian mereka balik membantai, menjajah negara yang sudah menolong dan mengulurkan tangan.
Dan sejak saat itulah—dan sampai saat ini—Genoside atau pembersihan etnis berlangsung. Dunia internasional marah, namun semua tidak dianggap oleh Isreal. Maklum saja, yang berdiri mendukung Israel negara-negara kuat yang jadi polisi dunia. Tapi saya percaya suatu hari, Palestina akan merdeka.
ADVERTISEMENT
Kita semua menyaksikan pembunuhan massal abad 21 yang dilakukan oleh Israel. Dan, itu akan dicatat dengan tinta hitam oleh sejarah sampai kapan pun.