Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Standar Ganda FIFA dan Momentum Benahi Sepak Bola Indonesia
30 Maret 2023 21:46 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Waode Nurmuhaemin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Pasca Indonesia dibatalkan menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20, banyak orang Indonesia berduka. Kesempatan bermain di level piala dunia hilang. Indonesia mendapatkan kesempatan memang bukan karena prestasi namun sebagai tuan rumah. Tentu saja kita harus menerima keputusan FIFA, federasi bola internasional. Namun, mari sedikit membuka mata agar kita tidak terlalu larut dalam kesedihan.
ADVERTISEMENT
Saya pribadi justru bangga. Mengapa demikian? Dengan ini, FiFA kembali membuka tabir, kalau secara fakta FIFA sudah menerapkan standar ganda di banyak hal. Mari kita menoleh ke piala dunia yang baru saja dihelat di Qatar. Rusia tidak boleh ikut akibat invasinya ke Ukraina. Mengapa kepada Rusia yang baru menginvasi Ukraina, FIFA langsung menerapkan hukuman? Padahal Israel sudah menginvasi Palestina sejak tahun 1948.
Artinya sudah 75 tahun Israel melakukan penjajahan dan tidak pernah mendapat sanksi. Dengan sewenang-wenang mereka membunuh orang Palestina kapan pun mereka mau, tanpa alasan dan tanpa rasa belas kasihan. Dalam bidang olah raga, mereka memakai stadion Palestina untuk bertanding tanpa izin, menembaki lapangan bola Palestina bahkan meneror pemain-pemain Palestina.
ADVERTISEMENT
Apa bedanya Rusia dan Israel? Apa beda Palestina dan Ukraina? Sehingga kalau melihat standar ganda yang diterapkan FIFA, justru kita harus bangga bahwa kita adalah bangsa yang konsisten menolak berdiri bersama-sama pelanggar HAM sepanjang masa.
Kalau banyak orang Indonesia yang ngomong jangan campur adukan politik dengan olah raga, apakah sikap pilih kasih yang dipertontonkan FIFA bukan mencampur adukan politik dengan olah raga? Kalau memang tidak mencampurkan politik dengan olah raga seharusnya Rusia tidak perlu di hukum untuk tidak bermain di piala dunia Qatar 2022.
Sejak lama Founding Father kita, Ir Sukarno sudah menetapkan bangsa Indonesia tidak akan pernah membuka hubungan diplomatik dengan Israel sebelum Palestina merdeka. Bukankah ini sudah sesuai dengan UUD 1945? Bahwa segala penjajahan di muka bumi harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikeadilan dan perikemanusiaan.
ADVERTISEMENT
Juga piagam PBB yang melarang penjajahan terhadap negara merdeka dan hak asasi manusia adalah manusia memiliki hak asasi manusia bebas sejak lahir. Bentuk-bentuk arogansi yang diperlihatkan Israel kepada dunia di mana PBB, Amerika, Eropa, ditambahi lagi FIFA bagaikan singa ompong di hadapan negara penjajah tersebut. Entah mengapa mereka menutup mata terhadap pembantaian rakyat Palestina yang juga manusia yang memiliki darah merah seperti orang-orang Ukraina. Sehingga Indonesia mengajarkan kepada dunia, bahwa Indonesia tidak sudi menjadi tuan rumah bagi pelanggar HAM berat.
Rapikan mafia liga-liga yang selama ini membuat kacau dunia sepak bola Indonesia. Buat perilaku suporter kita jadi santun dan berkelas. Semangat pemain-pemain kita masih perlu dirapikan. Tidak usah terlalu larut dalam duka Piala Dunia U-20. Perlihatkan dulu bahwa kita bisa menalukkan sepak bola ASEAN, ASIA, barulah dunia. Sudah seperti itu harusnya visi dan misi disusun. Lihatlah Jepang mereka menargetkan seratus tahun baru akan juara dunia.
ADVERTISEMENT
Harusnya kita juga realistis, benahi dulu masalah-masalah persepakbolaan di tanah air, benahi dulu yang di dalam, tangguh di dalam, baru bisa tangguh diluar. Kalau sepak bola Indonesia sudah bersinar dalam negeri, tidak ada lagi hujan batu ketika pertandingan digelar, tidak ada saling keroyok di luar lapangan oleh suporter-suporter sumbu pendek, nama sepak bola Indonesia perlahan-lahan akan terangkat sebagai negara dengan suporter santun dan pemain berskill tinggi.
Selama ini, FIFA kerap menjatuhkan sanksi kepada PSSI atas segala karut marut dunia sepakbola dalam negeri. Tidak banyak laporan prestasi sepak bola Indonesia yang masuk ke FIFA. Sehingga dengan kepengurusan PSSI yang baru yang begitu menjanjikan, sudah saatnya sepak bola Indonesia bangkit dan jadi macan di Asia Tenggara untuk langkah awal.
ADVERTISEMENT
Tidak perlu lagi saling serang karena standar ganda FIFA, jangan kotori ramadhan dan puasa kita untuk menghujat dan menyerang mereka yang punya pendirian yang berbeda dengan kita. Bagaimana pun, yang salah tetap salah dan yang benar tetap benar. Semua ini bisa jadi hikmah agar kita bisa membuka mata melihat semua masalah dari segala sisi, bahwa FIFA juga ternyata tidak bisa berlaku adil.
Move on and be the best.