Elitis Klaster Perkantoran vs Transmisi Lokal Covid-19

Persakmi
Perhimpunan Sarjana dan Profesional Kesehatan Masyarakat Indonesia
Konten dari Pengguna
2 Agustus 2020 19:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Persakmi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Oleh : Prof Ridwan Amiruddin
Penampakan Covid-19 novel corona virus (sumber : okezone)
Model klaster dalam penularan covid-19 mulai mengalami peningkatan terutama di kota besar yang menjadi pusat bisnis dan termasuk wilayah epicentrum. Kondisi ini dialami DKI Jakarta pekan ini. sekitar 60 perkantoran dinyatakan terpapar Covid-19 dengan jumlah kasus yang cukup besar.
ADVERTISEMENT
Telaah epidemiologi penularannya di dasarkan pada pola interaksi yang intens di antara karyawan. Secara umum perkantoran mewajibkan karyawan bekerja sekitar 8 jam sehari dengan konsep kerja yang masih konvensional tanpa pengaturan jarak meja kerja antar karyawan.
Pembagian model beban kerja belum diatur sedemikian rupa sehingga high contact antar karyawan dan konsumen masih tinggi. Belum lagi tingkat kedisiplinan dalam penerapan protokol kesehatan yang masih rendah dan bersifat eksternal force. Belum muncul sebagai sebuah kesadaran pribadi untuk melindungi diri dan orang lain dari penularan covid-19.
Sebagai wilayah epicentrum dengan ciri utama laju insidensi covid-19 yang tinggi, angka fatalitas kasus yang tinggi serta positif rate yang tinggi pula. Hal itu mengindikasikan bahwa sahnya transmisi Covid-19 sudah berada pada level komunitas. Covid-19 sudah beredar luas di tengah masyarakat.
ADVERTISEMENT
Estimasi peredaran covid-19 pada kelompok umum sekitar 40% tanpa gejala. Terdapat empat orang sudah terpapar covid-19 setiap 10 orang. Tentu angka ini sudah menunjukan bahwa penyakit tersebut tumbuh subur di tengah komunitas.
Sekiranya kita menggunakan hukum perceive model tentang cara merespon ancaman untuk bertindak. Maka idealnya dengan paparan informasi covid yang bersifat konfergensi berbagai media secara massif, maka setiap orang akan terbangun kesadaran individualnya untuk bertindak secara kolektif mengontrol perkembangan covid-19 mulai dari diri sendiri, keluarga dan meluas ke level masyarakat.
Tindakan itu tentu harus berdasarkan pada pemahaman yang benar tentang cara pencegahan dan penanganan kasus covid-19. Sehingga usaha yang di berikan sebagai respons atas pemahaman yang benar akan memberikan dampak yang nyata.
ADVERTISEMENT
Kembali kepada klaster perkantoran yang cenderung bersifat elitis. Hal ini menisbatkan pada kelompok strata sosial tertentu yang relatif sebagai kelompok terdidik, terakses informasi dengan baik, kaum muda.
Mereka adalah kelompok dengan literasi Covid-19 yang cukup, kemudian menjadi kelompok terkonfirmasi positif. Tentu menggambarkan bahwa daya tular covid-19 tidak memilih strata tertentu, termasuk strata elit.
Covid-19 adalah makhluk yang cerdik, bertumbuh dan belajar untuk tetap survive. Ia memanfaatkan kelengahan setiap orang. Atas hal tersebut, menjadi ancaman besar bagi bangsa ini. Kasus baru terkonfirnasi akan bertumbuh dan terlaporkan setiap hari yang cenderung konsisten meningkat secara gradual.
Pada saat negara lain mampu mendeklare dirinya keluar sebagai pemenang terhadap episode pertama Covid-19, kita masih bersitegang dengan berbagai berita hoaks. miskoordinasi, kurangnya teladan dari otoritas dan ketidakpatuhan warga.
ADVERTISEMENT
Mencernati hal tersebut serta melihat data trend covid-19 untuk wilayah Sulawesi Selatan, dalam sepekan terakhir ini. Mengindikasikan progress pengendalian yang on the track. Meskipun jumlah kasus baru terkonfirmasi positif, masih di kisaran seratusan. paling tidak beberapa indikator bergerak ke index yang membaik.
Angka kesembuhan yang semakin meningkat (62%), Angka kematian stabil di 3%, Positif rate semakin menurun dari 15% ke sekitar 7-10%. Begitu juga angka reproduksi kasus sudah sepekan terakhir di bawah angka satu. Per 2 Agustus angka Reproduksi efektifnya sudah sebesar 0.85. Ini menempatkan Sulawesi Selatan sebagai lima wilayah dengan reproduksi terendah.
Akan tetapi, hal yang paling perlu diwaspadai adalah tingginya laju insidensi covid-19 ini, khususnya di wilayah epicentrum, termasuk Makassar. Besaran laju insidens tersebut menggambarkan dinamika covid-19 di populasi masih bergejolak. Hanya butuh sedikit pemicu, maka covid ini dapat meledak setiap saat di beberapa wilayah.
ADVERTISEMENT
Pemicu yang dimaksudksn diantaranya kerumunan yang tidak mengindahkan protokol kesehatan. Sebagai contoh hasil test sektor informal di Makassar menunjukkan 30% terkonfirmasi reaktif.
Apa yang harus dilakukan untuk mengantisipasi hal tersebut?
1. Tim task force Penyelidikan Epidemiologi (PE) harus tetap siaga dan dipersiapkan dengan baik. Diujung tombak layanan (FKTP) untuk siap melakukan tracing dari case index hingga level tersier penularan.
2. Pemastian testing secara cepat dan akurat dengan PCR, perlu mendapat perhatian serius. Untuk Sulsel masih ditemukan 90% specimen terperiksa melebihi empat hari. Sehingga sering menimbulkan gejolak sosial dengan status pasien meninggal dengan protokol Covid-19, ternyata hasil test yang keluar kemudian dinyatakan negatif.
3. Edukasi intensif untuk meningkatkan kesadaran kolektif individu agar berperan secara bersama sama dengan tindakan yang benar menerapkan protokol kesehatan di semua tatanan. Edukasi diharapkan dapat menyentuh semua kelompok masyarakat, bukan hanya kelompok elit tapi sampai pada kelompok marginal. Karena sehat adalah milik dan hak setiap warga negara yang harus di tunaikan.
ADVERTISEMENT
Prof Ridwan Amiruddin Ketua Umum PP Persakmi Ketua Tim Pakar Pengendalian Covid-19 Sulawesi Selatan