Errol Jonathans : Media Mainstream Saluran Solusi Kurangi Kecemasan Publik

Persakmi
Perhimpunan Sarjana dan Profesional Kesehatan Masyarakat Indonesia
Konten dari Pengguna
22 Juni 2020 12:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Persakmi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Errol Jonathans, CEO Media Suara Surabaya Menyampaikan Bahwa Media Massa Mainstream Boleh Dimanfaatkan Sebagai Saluran Solusi Kurangi Kecemasan Publik Melalui Berbagai Acara Interaktif
zoom-in-whitePerbesar
Errol Jonathans, CEO Media Suara Surabaya Menyampaikan Bahwa Media Massa Mainstream Boleh Dimanfaatkan Sebagai Saluran Solusi Kurangi Kecemasan Publik Melalui Berbagai Acara Interaktif
ADVERTISEMENT
Dari perspektif media, Errol Jonathans, CEO Media Suara Surabaya memberikan tanggapan atas hasil survei psikososial yang dilaksanakan oleh Persakmi dan IKA FKM Unair. Sejak tanggal 1 Maret sampai dengan 11 Mei 2020, kurang lebih 1467 pendengar radio SS yang terlibat bertanya, memberikan informasi dan beropini tentang Covid-19. Hasil survei psikososial tentang faktor kecemasan, banyak yang pararel dengan respon pendengar Radio SS. “Rata-rata mereka membutuhkan update data covid, bertanya dimana call center yang dapat dihubungi, tampat rujukan bila sakit covid, dimana tempat rapid dan uji swab sampai informasi apakah daerahnya ada kasus konfirmasi covid’, ujarnya.
ADVERTISEMENT
Tanggapan tersebut disampaikan menjadi pembahas diskusi zoom webinar yang digelar Perhimpunan Sarjana dan Profesional Kesehatan Masyarakat Indonesia bersama Ikatan Alumni Universitas Airlangga Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat. Diskusi webinar dengan tagline #KolaborAKSISEHATkanNegeRI, mengangkat topik "Survei Psikososial Masyarakat Indonesia di Masa Pandemi Covid-19” dilaksanakan pada hari Minggu, 21 Juni 2020 yang juga disiarkan secara langsung melalui chanel youtube IKA FKM Unair.
Terkait dengan kecemasan, pendengar radio SS juga ingin mengkonfirmasi banyaknya rumor dan hoaks yang beredar, artinya kebutuhan validasi informasi. “Mereka membutuhkan kejelasan informasi supaya tidak menimbulkan kepanikan”, katanya. Errol berpendapat faktor komunikasi dan informasi sangat penting, khususnya terkait strategi dan sistem komunikasi.
Ditengah situasi pandemi Covid-19, peranan media massa sangat besar, kalau selama ini masyarakat lebih aktif di media sosial, seakan-akan media mainstream belum berperan. “Media mainstream justru harus menjadi sentra informasi, sosialisasi dan edukasi tentang Covid-19”, urainya. Media mainstream dengan segala cara kerjanya, dapat sebagai tempat validasi informasi atas rumor dan hoaks yang beredar di masyarakat. Gugus tugas dapat lebih mengoptimalkan media massa mainstream sebagai saluran informasi. “Sayangnya media massa mainstream belum banyak dimanfaatkan dalam peranannya di masa pandemi Covid-19”, ujarnya.
ADVERTISEMENT
Errol lantas memberikan contoh, saat masa new normal dan adaptasi baru, kurang ada kejelasan apakah itu new normal? Fakta yang dikomunikasikan Gugus Tugas ke publik, nampak berbeda fakta yang dilapangan. “Sebagian besar pendengar Radio SS berpendapat, ketika PSBB berakhir, dan new normal dimulai, seakan-akan suasana normal telah kembali sebelum Covid-19”, urainya
Untuk itu strategi komunikasi sangat dibutuhkan, bagaimana agar persepsi tentang adaptasi baru atau new normal benar-benar dipahami masyarakat, sesuai dengan persepsi yang diinginkan pemerintah. “Media massa mainstream boleh dimanfaatkan sebagai saluran solusi dalam rangka penanganan mengurangi kecemasan publik, bisa dalam bentuk talk show dan interaktif lainnya”, jelasnya.
Errol menganjurkan kepada stakeholder yang terlibat dalam penanganan Covid-19, agar berkomunikasi lebih intens kepada media massa mainstream. “Media massa mainstream memiliki peranan dan kekuatan sebagai sumber informasi, edukasi, sosialisasi dan solusi terhadap problem Covid-19”, pungkasnya
ADVERTISEMENT