Melalui Program Naik Kelas Pertamina, UMKM Ini Bantu Kurangi Angka Pengangguran

Pertamina
Official Account PT Pertamina (Persero)
Konten dari Pengguna
14 Desember 2020 14:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pertamina tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Slamet Widodo, pemilik Shely Handycraf UMKM mitra binaan Pertamina. Foto: Pertamina
zoom-in-whitePerbesar
Slamet Widodo, pemilik Shely Handycraf UMKM mitra binaan Pertamina. Foto: Pertamina
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pendampingan dan pembinaan secara intensif kepada UMKM binaan senantiasa dilakukan PT Pertamina (Persero) melalui Program Kemitraan. Roadmap dan program pembinaan UMKM diberikan secara bertahap. Dimulai dari Go Modern, Go Digital, Go Online, hingga akhirnya bisa naik kelas dan menembus pasar internasional menjadi UMKM Go Global.
ADVERTISEMENT
Langkah ini sudah diterapkan oleh salah satu UMKM mitra binaan Pertamina, Slamet Widodo. Dia berhasil mengubah limbah kayu menjadi produk kerajinan dengan nilai jual yang tinggi. Sejak 1997, sebagai perajin, Widodo sudah menghasilkan ratusan lebih barang kerajinan berbagai model, mulai dari mobil ontran, sepeda motor, becak, sampai alat rumah tangga.
Usaha yang berbasis di Desa Brangkal, Kecamatan Karanganom, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah ini dibangun Widodo dengan kerja keras. Dia juga dibantu Shely, putri pertamanya.
Slamet Widodo, pemilik Shely Handycraf UMKM mitra binaan Pertamina. Foto: Pertamina
"Saya memulai usaha dengan modal tabungan Rp 5 juta. Saya belanjakan semua untuk membeli peralatan ukir komplet di Yogyakarta. Secara otodidak, saya belajar membuat kerajinan miniatur dibantu 2-3 pekerja yang masih saudara di kampung," kata Widodo.
ADVERTISEMENT
Kini, Widodo punya 22 pekerja tetap, ditambah 25 tenaga tidak tetap. Semua pekerja adalah warga sekitar rumahnya. Sehingga dapat menyediakan lapangan pekerjaan dan mengurangi angka pengangguran di desanya.
"Kalau pesanan lagi ramai, kami menambah tenaga tidak tetap sampai 40 orang. Mereka bekerja setelah mendapat pelatihan informal. Pesanan meningkat saat hari libur sekolah, menjelang Lebaran, dan akhir tahun," ujarnya.
Produk Shely handycraf milik Slamet Widodo. Foto: Pertamina
Produksi kerajinan miniatur yang ia produksi sudah di atas 700 biji. Produk sebanyak itu diselesaikan dalam setengah bulan. Keunggulan produk Shely Handycraf, selain halus dan detail, harganya pun kompetitif.
Harga miniatur mobil klasik berkisar Rp 16 – 50 ribu per biji sesuai ukuran. Adapun harga miniatur motor Harley Davidson berkisar Rp 9–20 ribu per biji. Dengan harga jual itu, Widodo setidaknya mampu mengantongi omzet perbulan hingga Rp 100 juta.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya, bapak empat anak ini mengaku tak memiliki latar belakang pendidikan seni. Setelah tamat sekolah dan sempat menjadi supir angkor, Widodo memilih menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Arab Saudi. Hanya bertahan enam tahun, dia kembali ke Desa Brangkal. Widodo lalu mulai menekuni kerajinan ukir, terutama membuat benda-benda miniatur.
“Keputusan saya untuk pulang dan berwirausaha sangat tepat. Selain bisa meningkatkan ekonomi pribadi juga bisa membantu orang lain,” ujarnya.
Produk Shely handycraf milik Slamet Widodo. Foto: Pertamina
Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman mengapresiasi upaya yang dilakukan Widodo dalam berwirausaha. Ini sebagai implementasi Goal 8 Sustainable Development Goals (SDGs). Diharapkan dapat membantu masyarakat mendapat pekerjaan yang layak dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
”Pertamina akan mendukung UMKM agar terus dapat menyediakan lapangan pekerjaan bagi orang lain. Sehingga turut membantu pemulihan ekonomi dari dampak pandemi,” tutup Fajriyah.
ADVERTISEMENT