Cerita Pesugihan Baju Bekas Orang Meninggal: Jangan Beli di Toko Itu!

Konten dari Pengguna
15 Juli 2020 19:08 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pesugihan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi toko awul-awul. Foto: kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi toko awul-awul. Foto: kumparan
ADVERTISEMENT
Dari jauh, toko itu terlihat amat ramai didatangi pembeli. Aku dan kawanku, Aji, telah kelelahan lantaran menjajakan barang dagangan kami seharian hampir tanpa berhenti. Dan siang itu, kami berteduh dari teriknya matahari, mampir membeli es cendol di pinggir jalan.
ADVERTISEMENT
"Itu toko apa, sih?" tanyaku pada Aji. Ia terlihat sedang amat khusyuk meminum es cendol.
"Toko pakaian. Awul-awul namanya. Kamu mau ke sana?" Tanyanya singkat.
Menanggapi banyolan itu, dilatarbelakangi oleh rasa penasaran pula, aku putuskan untuk dengan iseng mengajak Aji pergi ke sana, melihat-lihat. Kami lalu tergesa-gesa menghabiskan es.
Sesampainya di toko itu, astaga, baru pertama kalinya aku melihat tumpukan pakaian bekas yang dijual secara tak menyenangkan. Tapi, setelah kulihat betul-betul dengan rinci masing-masing pakaian itu, ternyata, beberapa merek yang dijual di sana ku ketahui sebagai pakaian mahal. Ada beberapa merek yang ku baca pernah dipakai oleh artis A, menjadi koleksi kesukaan penyanyi B, dan lain sebagainya.
"Toko ini memang menjual pakaian-pakaian bekas. Tapi, semuanya hampir telah dipakai oleh orang-orang yang sudah meninggal. Keluarga mereka yang memberinya ke sini, lalu dijual," kata Aji.
ADVERTISEMENT
Mendengar kalimat Aji itu, badanku entah mengapa bisa merinding di siang bolong. Pantas saja, pikirku, dengan kualitas dan merek-merek pakaian sebaik itu, tampak amat aneh jika si penjual membanderol dagangannya semurah itu. Ternyata benar. Pakaian-pakaian itu ialah bekas orang meninggal. Karena tak tega membuangnya, ahli waris dan keluarga mereka memberikan semua pakaian itu ke sini.
Akan tetapi, sialan, meski telah mengetahui fakta itu dari mulut Aji sendiri, melihat merek-merek pakaian berkelas yang dibanderol dengan harga semurah itu, aku tetap tergiur untuk membeli. Maka, dari sebagian keuntungan berjualan yang aku dapat dengan Aji di hari itu, ku beli satu celana jeans dan dua kaus sekaligus. Ketiganya masih ada dalam keadaan sangat baik. Bisnis yang dijalankan oleh toko itu memang tampak amat meyakinkan.
ADVERTISEMENT
*
Pertama kalinya mempunyai pakaian mahal, aku pun keranjingan. Ketika aku pulang dari toko awul-awul itu dan sampai di rumah Aji, melihat beberapa pakaian yang baru saja aku beli, Aji pun lantas iri.
"Kamu enggak pengin coba?" tanyaku padanya.
Mendengar penawaranku, dengan amat bergegas, Aji lantas seperti tak punya malu menyabet jeans dan dua kaus yang pada saat itu berada di genggaman tanganku. Ia berniat mencobanya.
Namun, sesaat setelah ia mencoba pakaian itu, hal yang amat aneh terjadi.
Amat terkejut, hanya sepersekian detik setelah salah satu kaus yang ku beli menempel di tubuh Aji, dengan mata kepalaku sendiri, kulihat raut wajah Aji bersijingkat berubah. Tak hanya soal ekspresi, wajahnya tampak seperti sedang dimasuki oleh makhluk gaib. Ia melihat tajam ke arahku, membuat tubuhku tak berkutik dan bergerak barang sedikit pun. Ku pikir, ia sedang kerasukan.
ADVERTISEMENT
Melihat kejadian itu, aku lantas berteriak sekencang-kencangnya meminta bantuan. Tak butuh lama setelah aku berteriak-teriak, orang-orang lantas berdatangan.
Melihat Aji yang sedang kesurupan membuatku amat kelimpungan, salah seorang dari mereka yang berpakaian layaknya seorang ustaz mendekat ke arah Aji. Ku dengar, ia lalu membisikkan beberapa ayat suci ke telinga Aji. Iblis yang ada di dalam diri Aji lantas berteriak-teriak.
Sesaat setelah kejadian agak tenang, sang ustaz lantas bertanya mengenai apa yang terjadi.
"Kenapa temanmu bisa sampai seperti tadi?" Tanyanya padaku. Menjawabnya, ku ceritakan semua kejadian yang ku alami seharian dengan Aji, mulai ketika aku dan dia sedang membeli es cendol di pinggir jalan siang tadi.
"Toko itu memang dikenal wingit. Jangan sekali-sekali membeli pakaian di sana lagi," jelas sang ustaz.
ADVERTISEMENT
Dari cerita sang ustaz, ku ketahui bahwa oleh orang-orang, toko awul-awul tersebut tak hanya sesederhana menjual pakaian bekas.
Lantaran seluruh pakaian yang dijual di sana ialah bekas dari orang-orang yang telah meninggal, sang pemilik toko menggunakan kesempatan itu untuk memakai pesugihan.
Ilustrasi kuburan, tempat orang biasa mencari pesugihan. Foto: kumparan
Konon, setiap malam Jumat kliwon, ia akan mendatangi kuburan-kuburan orang-orang yang baju bekasnya dijual di toko awul-awul itu. Di sana, sang pemilik bakal melakukan sebuah ritual pesugihan yang tujuannya adalah meminta-minta kekayaan.
Mendengar cerita tersebut, aku merasa merinding sekujur tubuh. Tanpa pikir panjang, meski baru kali itu aku mempunyai pakaian bermerek, kuambil celana jeans dan dua kaus yang tadi baru ku beli. Tanpa ragu, aku lalu membakar ketiga-tiganya.
ADVERTISEMENT
Tulisan ini hanya rekayasa. Kesamaan nama dan tempat hanyalah kebetulan belaka.