Cerita Pesugihan Tukang Sedot WC Penghisap Harta Pelanggan

Konten dari Pengguna
30 Mei 2020 18:53 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pesugihan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ilustrasi sedot WC. Foto : sedotwcbandungputra.com
Berbekal wajahnya yang tampan dengan kumis tebal, Puryanto berhasil menggaet banyak pelanggan. Kedatangannya selalu dinantikan ibu-ibu di kompleks perumahan. Puryanto juga supel dalam bergaul. Ia suka bercanda dan pandai mengambil hati. Sekali menggunakan jasanya, pasti akan kembali lagi.
ADVERTISEMENT
Puryanto adalah tukang sedot WC yang populer di kawasan elit Jakarta. Ia masih melajang, namun telah terjepit oleh biaya hidup yang menghimpit. Pemasukannya selalu habis terkikis. Sewa rumah yang mahal, kiriman uang bulanan untuk kedua orang tuanya di desa, serta biaya sekolah adik-adiknya menjadi tanggungjawab yang ia emban. Kerja kerasnya yang penuh resiko sedari pagi subuh hingga jelang malam, seolah tanpa memberinya harapan untuk hidup berkecukupan.
Terdesak keadaan, Puryanto menggunakan cara halus untuk memuluskan usahanya. Ia pun pulang kampung untuk menemui tetua desa di kaki Gunung Merapi.
Mbah Kamaludin dikenal sebagai orang pintar. Di usianya yang sudah lebih 80 tahun, ia masih aktif menjalani ritual religius di puncak Gunung Merapi. Mbah Kamaludin sering menjadi tujuan bagi orang-orang yang ingin mendapatkan cinta dan kekayaan secara instan.
ADVERTISEMENT
Ilustrasi Kaki Gunung Merapi. Foto : Thomas Tixtaaz/ Unsplash
Berbekal pipa logam yang sudah diberi mantra-mantra pesugihan, Puryanto kembali ke Jakarta. Dipasangnya pipa itu pada ujung selang penyedot tinja. Puryanto pun mendatangi pelanggannya.
Tak hanya limbah WC yang didapat Puryanto setiap kali melakukan pekerjaannya. Ada hasil sampingan yang lebih menjanjikan. Secara ghaib, pipa itu juga menyedot harta pemilik rumah berupa uang simpanan dan perhiasan. Setiap malam Puryanto membuka bejana wadah harta hasil pesugihan pemberian dari Mbah Kamaludin. Saat itu pula matanya terbelalak dengan banyaknya uang dan perhiasan yang memenuhi bejana itu.
Puryanto pun semakin rajin bekerja. Ia lebih suka memilih pelanggan dari rumah-rumah mewah yang memiliki harta melimpah. Dengan begitu, isi bejanannya akan tumpah ruah.
ADVERTISEMENT
**
Tak sampai 2 tahun lamanya Puryanto kaya raya. Ia tak lagi pusing memikirkan uang kiriman untuk orang tuanya, juga biaya sekolah adik-adiknya. Rumah megah pun telah dimilikinya. Namun, baginya masih ada yang belum mampu diraih. Cintanya kepada Jeng Sri si kembang desa di kampungnya.
Jeng Sri sangat cantik tanpa aplikasi face app. Kulitnya yang sawo matang selalu glowing bersinar. Mata bulat dan lesung pipit yang selalu menghiasi senyum manisnya, membuat Puryanto selalu klepek-klepek dibuatnya. Pesona si manis gula merah ini telah membuat Puryanto berhalusinasi.
Sayangnya, Puryanto pernah ditolak mentah-mentah oleh Jeng Sri. Puryanto yang masih miskin waktu itu, tak mampu membuat Jeng Sri melirik.
**
Puryanto datang lagi ke Mbah Kamaludin. Hasratnya untuk mendapatkan Jeng Sri sebagai pendamping. Mbah Kamaludin yang tak banyak kata pun selalu bersedia membantu.
ADVERTISEMENT
“Malam nanti ikuti aku ke puncak Gunung Merapi. Kamu harus lakukan tirakat agar Jeng Sri terpikat,” ajak Mbah Kamaludin.
“Nggih Mbah, saya akan siapkan sesajinya berupa sate burung gagak, kembang setaman, kemenyan bakar dan kain lawe,” ujar Puryanto.
Di puncak gunung Merapi yang dingin, Puryanto didatangi sosok ghaib yang memberinya sebotol minyak wangi.
**
Puryanto bergaya modis layaknya anak chaebol di drama Korea. Ia tampil elegan dengan stelan jas mahal, rambutnya ditata rapi, dan sepatu yang berkilau. Ia sangat gagah meski tanpa lagi kumis tebal di wajahnya. Mengendarai mobil produk Korea teranyar, Puryanto menyambangi rumah Jeng Sri. Tak lupa dioleskan minyak wangi di keningnya. Jeng Sri pun terpikat. Keduanya menikah di KUA setempat.
ADVERTISEMENT
**
Harta dan cinta telah diraih semua. Puryanto dan Jeng Sri hidup bahagia di ibukota. Tak berapa lama lahirlah buah hati mereka. Namun betapa kagetnya, si jabang bayi penuh bercak hitam di sekujur tubuhnya. Rambut tebal tak hanya di kepala, namun juga memenuhi wajahnya. Puryanto baru menyadari, wajah bayinya mirip dengan sosok ghaib yang ia temui di puncak Gunung Merapi.
Di tengah kesedihannya, Puryanto tetap bekerja menyedot WC pelanggannya. Hati yang galau dihantui kesedihan atas kelahiran bayinya telah membuyarkan konsentrasi kerja. Suatu ketika Puryanto ragu, atas septiktank yang disedotnya. Ia ingin membuktikan kepada pemilik rumah bahwa tampungan tinja itu telah kosong dan bersih. Lampu senter yang selalu dibawanya tertinggal entah dimana. Puryanto pun menyalakan api di ujung galah kayu untuk menerangi ruang septiktank. Tak disangka, septiktank itu meledak hebat. Puryanto terpental, tubuhnya terhempas masuk ke dalam septiktank. Ia meninggal dunia dengan tubuh terbakar.
ADVERTISEMENT
Tulisan ini merupakan rekayasa dari kisah yang berkembang di masyarakat. Kesamaan nama dan tempat kejadian hanya kebetulan belaka.