Cerita Pesugihan Tuyul: Perempuan yang Menyilangkan Tangan di Belakang Punggung

Konten dari Pengguna
28 Maret 2020 21:57 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pesugihan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
lustrasi tuyul. Foto: Kumparan
zoom-in-whitePerbesar
lustrasi tuyul. Foto: Kumparan
ADVERTISEMENT
Lastri menghela napas dengan kekecewaan, baru saja ia menghitung hasil penjualan kain miliknya yang tidak sampai Rp 100.000. Hal ini sudah ia alami untuk kesian kalinya. Setiap hari ia hanya berpikir bagaimana cara bisa membayar tagihan mulai dari listrik, kontrakan hingga modal untuk membeli kain yang lain. Uangnya selama seminggu bahkan habis hanya untuk makan sehari-hari dan ongkos ketiga anaknya.
ADVERTISEMENT
2 bulan berturut-turut usaha Lastri mengalami penurunan hingga ia memutuskan untuk tidak mengambil bahan di pabrik kain. Ya, semua itu tentu saja terjadi karena pelanggan tempat jahitnya berkurang bahkan bisa saja sehari tidak ada pembeli yang datang.
Seorang yang tidak sempat sekolah dan hanya hidup seorang diri tanpa suami agaknya semakin menyulitkan hidup Lastri. Malam itu saat sedang merapikan barang-barang bekas berupa koran milik anaknya, tiba-tiba di halaman depan koran tersebut ada penjelasan tentang cara instan agar cepat kaya dengan memelihara tuyul. Alamat hingga apa saja persyaratan yang harus dibawa dijabarkan secara rinci.
Awalnya Lastri tidak tertarik dengan hal klenik, namun saat itu ia seperti sudah tidak menemukan jalan lain untuk membayar utang dan tagihan cicilan. Lantas setelah melihat tulisan di koran tersebut ia meyakinkan untuk datang ke alamat yang tertera.
ADVERTISEMENT
Keesokan hari ia sampai di depan gerbang rumah yang tertera di koran, beberapa kali ia menggerakan tangan sambil menggulung kertas koran untuk mengurangi kegelisahannya. Rumah orang ini cukup luas dan seperti rumah pada umumnya hanya saja lokasi jauh dari hiruk pikuk keramaian hingga di kelilingi dengan beragam pepohonan tinggi.
Saat itu persyaratan yang diajukan oleh nenek yang dipanggil mbah ini cukup mudah, yaitu menyediakan sebuah ruangan yang terpisah dengan rumah dan kalau bisa berada di belakang, hal ini ditujukan untuk tempat tinggal si tuyul pesugihan.
Saat itu Lastri menyanggupi persyaratan yang diberikan, ia juga dipantang untuk meletakkan jarum dekat ruangan itu karena merupakan halangan bagi si tuyul untuk mencari uang.
ADVERTISEMENT
Kemudian mbah tersebut mengeluarkan botol bening yang berbahan kaca dengan tutup kain warna hitam. Nantinya Lastri hanya perlu membuka tutup kain jika malam sudah tiba.
“Jika pantangan kamu langgar, maka risiko yang kamu dapat akan lebih besar,” ujar si mbah mengingatkan.
Setelah perjanjiannya dengan si mbah, Lastri bergegas pulang dan membawa si botol dengan hati-hati. Sesekali ia memperhatikan isi di dalam botol tersebut. Anehnya, ia tidak melihat sesuatu yang berwujud atau makhluk yang sering diceritakan sebagai tuyul itu.
Sebuah hal yang tidak terduga terjadi sesaat setelah ia melakukan pesugihan tuyul. Malam itu Lastri bermimpi aneh, pasalnya di dalam mimpi tersebut ia sedang menyusui seorang makhluk berkepala botak dengan celana kusam warna putih serta mata berwarna merah. Ia meyakini jika itu bukan hanya mimpi tapi seperti kejadian yang sebenarnya. Ketika bangun pun badan Lastri dibuat pegal dan sakit-sakit. Lastri hanya berpikir mungkin ini salah satu risiko yang harus ia terima.
ADVERTISEMENT
Di hari ke-7 kepemilikan tuyul, Lastri sudah bisa melihat wujud asli makhluk gaib itu. Umumnya tuyul sama seperti anak kecil yang suka berlari tidak bisa diam hingga merengek saat ia kelaparan.
Untuk menjalankan aksi pengambilan uang, setiap sore hari Lastri selalu keliling kampung untuk mengincar rumah mana yang akan dijadikan target, menariknya tuyul tersebut dibawa dengan cara tangan kedua lastri disilangkan ke belakang punggung. Nantinya Lastri akan menunjukan ke tuyul rumah mana yang harus ia ambil.
Hari demi hari ia jalani dengan mengharapkan bantuan tuyul tersebut. Lembar demi lembar uang didapatkan hingga membuat Lastri menjadi salah satu orang kaya di desa. Kini rumahnya diperbesar hingga usaha kain yang dahulu gabung dengan rumah, sekarang sudah mempunyai toko sendiri.
ADVERTISEMENT
Namun, di mata warga setiap kekayaan yang Lastri dapatkan dianggap tidak wajar, apalagi kini Lastri dinilai sombong dan penyendiri tidak mau berbaur dengan warga. Pernah suatu ketika saat pertama kali Lastri mengadakan syukuran di rumahnya. Pak Ustad yang mengisi acara malah memberikan wejangan dengan tema rezeki yang halal dan selalu meyakinkan jangan sekali-kali bersekutu dengan setan.
Dari sana warga tambah percaya jika Lastri mendapat semua kekayaan dengan ilmu hitam, ditambah lagi ketika salah satu tetangga tidak diizinkan untuk masuk ke dalam ruangan di belakang rumah Lastri dengan alasan ruangan itu banyak debu.
Mereka juga meyakini banyaknya keluhan di kampung sebelah terkait uang yang hilang dan sosok anak kecil yang sering dilihat berlari ke arah rumah Lastri menjadi penyebabnya.
ADVERTISEMENT
Hingga suatu hari ada kejadian yang membuat Lastri malu setengah mati, saat itu seorang warga di kampung sebelah berhasil menangkap tuyul yang sudah membuat resah. Mereka pun mencoba untuk meletakkan tuyul tersebut di atas lilin yang menyala.
Tak lama sejak keadian itu, tiba-tiba saja Lastri datang memohon maaf dan berkata jika tubuhnya panas semua seperti terbakar. Dari sana warga mengetahui jika Lastri dalang di balik pencurian uang tersebut.
Tulisan ini merupakan reka ulang dari kisah yang berkembang di masyarakat. Kesamaan nama dan tempat kejadian hanya kebetulan belaka.