Cerita Pesugihan yang Dapat Ditangkal dengan Daun Kelor

Konten dari Pengguna
25 Juni 2020 18:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pesugihan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi warteg. Foto: ANTARA FOTO/Reno Esnir
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi warteg. Foto: ANTARA FOTO/Reno Esnir
ADVERTISEMENT
Sularsih tak pernah menyangka warung kecil miliknya kena guna-guna. Warungnya sepi pembeli selama sebulan terkahir. Biasanya warteg itu laris manis dibeli para karyawan dan buruh lainnya saat istirahat tiba. Tetapi tidak sebulan terkahir. Tak ada satupun yang mampir ke warungnya. Padahal jelas-jelas ia membuka semua pintu dan jendela seperti biasanya. Ia baru mengetahui wartegnya kena guna-guna setelah diberitahu tetangga.
ADVERTISEMENT
“Kok ndak pernah jualan lagi bu sekarang?” tanya Bu Ipeh ,tetangganya, ketika berpapasan di jalan
“Saya buka terus loh bu, malah lagi sepi ini bu warungnya” tuturnya
Keduanya bingung. Tetangganya menyatakan bahwa ia tak pernah melihat warteg Sularsih buka. Pun sebaliknya, Sularsih ngotot wartengnya buka seperti biasa.
“Bu maaf. Bu Sularsih punya musuh kah bu? Kelihatannya warung Ibu sengaja ditutup. Sepertinya ada yang tidak suka dengan ibu” tutur Bu Ipeh hati-hati
“sengaja di tutup bagaimana maksudnya?” Sularsih yang tidak percaya klenik pun kebingungan
…anu bu… ditutup.. pakai dukun itu lho bu..Biasanya itu pesugihan untuk menguras harta lawan bu” jelas Bu Ipeh.
Sontak Sularsih kaget bukan kepalang. Ia sama sekali tidak berfikir wartengnya sengaja dijahili orang. Kurang kerjaan sekali orang itu. Pikirannya kemudian melayang kembali ke tiga bulan lalu. Saat itu ia tengah cekcok dengan seorang pelanggan warungnya.
ADVERTISEMENT
Pria itu memang belum pernah beli di warungnya. Harusnya lelaki dengan tampilan seperti itu juga tak makan di warung pinggir jalan. Terlebih bercampur bersama pekerja berkerah biru. Meski begitu, ia tampak terbiasa makan di pinggir jalan. Lelaki itu tak celingak-celinguk, ia langsung memesan makanan yang ia inginkan. Tak berbeda dari pengunjung warteg lainnya. Hanya tampilan necis serta jam tangan bagusnya yang membedakan.
Cekcoknya terjadi saat lelaki itu ingin membayar. Ia memesan nasi, terong balado, jamur krispi, telur goreng, dan es teh. Harga makanan yang ia pesan hanya Rp23.000. Angka yang sangat sedikit bila dibandingkan dengan tampilannya. Tetapi anehnya, pria itu keberatan membayar. Laki-laki itu menganggap warteg Sularsih mahal. Ia berkata di warteg lainnya, ia hanya menghabiskan Rp20.000.
ADVERTISEMENT
Sayur kelor. Foto : Kumparan
Mulanya Sularsih menganggap omongannya bercanda. Tetapi ternyata laki-laki itu justru tak mau membayar dan menghina masakannya. Sularsih tak terima masakannya dibilang tidak enak dan mahal. Menurutnya itu sudah harga standar. Rasanya pun enak, buktinya banyak karyawan yang makan di tempatnya. Lagian buat apa pria dengan tampilan necis makan di warteg.
Amarahnya ia tahan, Sularsih bersabar. Percakapan di antara keduanya sudah mendapatkan perhatian. Ia mengikhlaskan bila lelaki itu tak mau bayar. Sembari beramal, pikirnya. Ditinggalnya lelaki itu untuk melayani pembeli yang lain. Tetapi laki-laki itu justru mencari perhatian.
“Kalian ini bodoh sekali” tuturnya dengan lantang sembari melihat setiap orang yang ada di warteg itu.
“Warteg ini sudah tidak enak, mahal lagi. Tapi kalian masih makan di sini. Kalian itu dipelet sama ibu ini. Mending kalian gak usah ke sini lagi” teriaknya sembari berjalan keluar.
ADVERTISEMENT
Hening
Tak ada yang berkata satu patah pun. Lemas Sularsih dibuatnya. Mengapa tega sekali seseorang yang kaya menjatuhkan usahanya dengan fitnah. Sularsih memang tak memiliki harta berlimpah seperti orang itu. Ia hanya berusaha memberikan anaknya makan dan sekolah yang layak. Tetapi malah dijegal orang berduit. Sungguh kejam dunia ini baginya.
**
“kalau musuh saya gak punya bu, tapi ada sih orang yang gak suka sama saya” tuturnya.
Sularsih menceritakan kejadian itu pada Bu Ipeh. Bu Ipeh yang mendengarnya juga kaget. Bagaimana tega orang asing mematikan usaha kecil ini. Apalagi Sularsih dikenal taat beribadah. Warungnya ditutup dukun saja ia tak tahu. Tak mungkin menggunakan pesugihan pelet.
Bu Ipeh kemudian memberi saran sesuai dengan pengetahuannya. Ia menyarankan Sularsih untuk menambahkan menu sayur kelor. Ia tak mengerti banyak tentang klenik sih, tetapi masih lebih mending lah daripada Sularsih yang tak tahu sama sekali.
ADVERTISEMENT
Bu Ipeh menjelaskan bahwa di kampungnya, ia banyak mendengar daun kelor mampu mengusir jompa-jampi. Percaya tak percaya Sularsih nurut saja. Ia tahu tetangganya itu berniat membantu. Jadi tak akan membohonginya.
**
Esok paginya, Sularsih mencoba memasak sayur kelor. Ia tak berharap apa pun. Menurutnya semua sudah diatur Yang Maha Kuasa. Ia deg-degan mendekati jam istirahat karyawan. Akankah saran Bu Ipeh berhasil, Sularsih tak tahu.
Hanya satu jam menunggu, para karyawan langganannya berdatangan. Mereka tampak sumringah melihat koki favoritnya. Tapi tampang mereka masih kalah dengan binar wajah Sularsih yang bahagia. Mereka pun penasaran mengapa warungnya tutup lama sekali. Membuat mereka kerepotan mencari tempat makan siang.
“Iya, hehe saya kemarin pulang kampung” tuturnya dengan senyuman.
ADVERTISEMENT
Tulisan ini merupakan rekayasa. Kesamaan nama dan tempat kejadian hanya kebetulan belaka.