Cerita Rosa yang Gunakan Pengasihan untuk Dapat Pacar

Konten dari Pengguna
10 Juli 2020 18:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pesugihan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi kencan. Unsplash/Kate Kalvach
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kencan. Unsplash/Kate Kalvach
ADVERTISEMENT
Rosa kini duduk di semester akhir Fakultas Ilmu Politik di universitas terkemuka Indonesia. Usianya kini menginjak 23 tahun dan sudah didesak untuk lulus oleh kedua orang tuanya. Tapi ia tak mau, masih ingin menikmati menjadi mahasiswa menjadi alasan yang selalu ia katakan ke keluarga dan teman-temannya. Tapi jauh dalam lubuk hatinya, ada kejujuran yang tak ingin ia katakan. Rosa masih ingin cari pacar.
ADVERTISEMENT
Berada di lingkungan yang serba bling-bling dengan outfit dan make up ternama membuat Rosa kalah saing. Dirinya hanyalah seorang gadis dari desa kecil di Jawa Timur yang merantau ke Yogyakarta untuk kuliah. Berangkat dari keluarga sederhana, Rosa tak memiliki bakat dan modal untuk tampil memukau.
Permasalahannya dimulai, Rosa yang anak desa tidak memiliki wajah rupawan. Kulit sawo matangnya terlihat sangat kering. Bagian wajahnya juga banyak jerawat dengan bibir pecah-pecah yang tak terawat. Ditambah lagi berat badannya hampir mencapai 90 kg. Tampilan Rosa diperparah dengan pilihan pakaiannya yang tambah membuatnya buluk. Ia suka membeli baju bekas di toko loak. Tapi warna-warna yang ia pilih adalah warna lusuh yang membuatnya makin tak karuan.
ADVERTISEMENT
Belum lagi rasa minder yang ia miliki. Rosa minder dengan kawan-kawan kampusnya yang terlihat sangat cantik. Bukannya memperbaiki diri, Rosa justru merasa kalah sebelum bertanding. Ia memilih tak menggubriskan penampilannya sebagai bentuk protes pada dunia. Tapi cara itu tak berhasil. Akhirnya Rosa melajang selama 4 tahun berkuliah.
Ilustrasi gelang yang dipakai Rosa. Foto : Pinterest/BTJ Living LLC
Perkataan orang-orang yang menyatakan bahwa banyak yang bertemu jodohnya saat kuliah, telah membuat Rosa berharap besar. Terlebih dirinya juga menanti untuk memiliki pacar pertama. Semasa SMA, Rosa sama sekali belum pernah merasa mencinta lantaran bersekolah di sekolah agama di Jawa Timur.
Tapi penantiannya juga tak kunjung datang meski telah berkuliah 4 tahun lamanya. Ia justru merasa khawatir lantaran kawan-kawan angkatannya sudah mulai lulus. Berat badannya dan penampilannya juga tak kunjung membaik. Beban justru bertambah setelah orang tuanya menanyakan perihal pendamping wisuda.
ADVERTISEMENT
Beragam cara sudah Rosa lakukan. Mulai dari meminta kawannya untuk mencarikan teman, sampai memakai aplikasi kencan online. Semuanya tak berhasil. Rosa justru menemukan lelaki hidung belang.
Kegelisahannya ditangkap oleh ibu kantin. Rosa yang saban hari selalu makan di kedainya sudah ia anggap seperti anak sendiri. Sering kali, Bu Siti juga membiarkan anak itu untuk makan sesukanya tanpa membayar. Ia suka sekali melihat Rosa makan dengan lahapnya.
Tumben mbak, makannya cuma sedikit?” tanya Bu Siti sembari membereskan satu piring batagor, satu mangkok mi ayam, dan dua gelas es teh milik Rosa.
“Eh iya bu, ditanyain terus sama orang rumah tentang pendamping wisuda” katanya sembari menyelesaikan es dogernya.
Bu Siti tertawa dengan jawaban itu. Sudah sejak lama juga Rosa mengeluhkan tak memiliki tambatan hati. Ia pun merasa iba.
ADVERTISEMENT
“Kalo Mbak Rosa benar-benar pengin punya pacar, Ibu bisa bantu” tuturnya tenang.
…hah.. ibu punya anak buat dijodohin sama saya?” tanyanya kaget.
“Bukan begitu mbak, saya punya ajian yang bisa digunakan untuk menarik pria” katanya sambil malu-malu.
“… tapi, mbak Rosa tidak boleh makan daging. Daging apa pun itu, baik ikan, unggas, sampai daging kaki empat juga tidak boleh” tuturnya tegas.
Rosa mengangguk dengan penuh semangat.
Bu Siti kemudian memberikannya sebuah gelang yang harus ia pakai terus, terutama bila berada di dekat lelaki. Menurut Bu Siti, gelang itu terdiri dari batu gunung paling tua di Pulau Jawa yang memiliki kemampuan magis. Percaya tak percaya, Rosa pun menurut. Ia hanya peduli untuk mendapatkan pacar. Ia tak peduli bila dibilang melakukan hal yang salah, apalagi melakukan pengasihan.
ADVERTISEMENT
Tekadnya bulat, ia tak tak pernah melepas gelang itu sekalipun. Alhasil, sebulan kemudian Rosa mendapatkan pacar pertamanya. Sosok pria tampan itu adalah seseorang mahasiswa pasca sarjana di fakultasnya. Semua warga kampus geger dengan pasangan itu. Menurut mereka, si pria bisa mendapatkan perempuan yang lebih cantik dari Rosa.
Meski begitu keduanya terus mencinta. Mereka bak perangko dan surat yang tak pernah lekang bersama. Kemana Rosa pergi, sang pacar selalu menemani. Sampai suatu hal terjadi. Ketika keduanya ingin kencan ke pantai pinggir tebing, motor yang mereka gunakan oleng. Mereka berdua jatuh ke jalan yang penuh batu. Meski si pria selamat, tetapi kondisi Rosa sangat parah. Wajahnya bahkan tak bisa dikenali dan harus dilakukan beragam operasi.
ADVERTISEMENT
Si pria pun sadar terhadap tipu daya jimat Rosa. Seketika ia langsung memutuskan Rosa. Bak jatuh tertimpa tangga. Penderitaan Rosa pun bertumpuk-tumpuk.
Tulisan ini merupakan rekayasa. Kesamaan nama dan tempat kejadian hanya kebetulan belaka.