Cerita Ruwatan Toko Bangunan yang Ternyata Punya Banyak Peliharaan Pesugihan

Konten dari Pengguna
14 Oktober 2020 18:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pesugihan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi toko bangunan (Foto: Kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi toko bangunan (Foto: Kumparan)
ADVERTISEMENT
“Nduk, bilang ke Bunda kalau ayah mau pergi ya,” kata ayah dari bawah tangga.
ADVERTISEMENT
“Baik, yah,” balasku yang sedang duduk di tangga menuju lantai dua.
Aku sedang berada di rumah Mama, teman karib ibuku yang suka “menolong” orang. Dia dikenal banyak orang sebagai orang pintar yang bisa membantu apapun yang berkaitan dengan hal gaib. Mau itu berobat, dilapangkan rejekinya, hingga hal yang jahat sekalipun.
Makanya, di rumah Mama banyak sekali benda-benda keramat, salah satunya lukisan Nyi Roro Kidul. Bahkan, di kamar Mama yang sering digunakan untuk “konsultasi”, ada dupa, kembang tujuh rupa, dan payung manten yang diletakkan di kedua sisi pintu masuk kamar.
Sebenarnya, aku masih agak takut ketika bermain ke rumah Mama. Namun, karena dia terlampau baik dan menyayangiku seperti anaknya sendiri, aku lama-lama suka bermain di rumahnya. Salah satunya, ketika aku dibolehkan memanggilnya Mama.
ADVERTISEMENT
“Nduk, ayah sudah berangkat?” tanya Mama melongok dari pintu kamar.
“Sudah, Ma. Barusan banget,” kataku.
“Oke,” katanya sambil menunjukkan jari “OK”-nya.
Tak lama setelah itu, aku mendengar suara gemerisik dari arah dapur.
“Sarah, ayah pergi dulu ya, bilangin ke Mama,” kata ayah dari arah dapur.
Aku kaget setengah mati. Bukannya ayah sudah pamit kepadaku tadi ya? Aku melihat sendiri kok dia keluar dari pintu? Aku tiba-tiba merinding dan bergegas menuju kamar Mama. Katanya, penghuni rumah Mama yang itu memang suka iseng.
Semenjak sering bermain dengan Mama, kejadian seperti itu kerap pula aku alami. Yang paling gila adalah ketika aku mengikuti Mama yang mau “ngeruwat” sebuah toko bangunan. Kata Mama, itu adalah usaha untuk membersihkan roh-roh jahat yang ada di toko.
ADVERTISEMENT
Ritual tersebut tidak hanya dijalankan oleh Mama seorang. Ia ternyata membawa beberapa murid dan mediator untuk mengetahui roh jahat yang ada di sana. Sedangkan aku, hanyalah seorang gadis penakut yang tidak melakukan apa-apa di sana.
---
Sampai di toko tersebut, Mama langsung membuka untuk melihat isi toko tersebut. Dari luar, toko tersebut terlihat sangat besar karena memiliki tiga tingkat. Di lantai satu, tidak ada barang satupun. Di dalamnya hanya terlihat debu-debu bekas penjualan dari pemilik lama.
Saat memasuki toko di lantai pertama itu, aku sudah merasa hawa aneh. Suasananya sangat sunyi dan remang-remang. Tak lama setelah itu, salah satu mediator yang dibawa Mama merasakan hal aneh.
“Mbak Yu, aku lemes, mual, pengen muntah,” katanya.
ADVERTISEMENT
Belum sampai Mama menghampiri mediator itu, ia tiba-tiba tertawa keras. Kata Mama, kalau begitu ia sudah kesurupan. Lalu, Mama menyuruh murid-muridnya untuk memegangi mediator itu agar Mama bisa leluasa menanyainya.
Selesai ditanyai beberapa hal, Mama akhirnya menyuruh roh itu untuk pergi dari sini agar tidak mengganggu pemilik toko yang baru. Mama memercikkan air yang sudah diberinya rapalan mantra untuk mengusir roh itu dari tubuh mediator sekaligus tempat ini.
Tak lama kemudian, mediator itu sadar kembali. Perjalanan dilanjutkan menuju lantai dua. Di tengah perjalanan, Mama berbisik kepadaku untuk berhati-hati karena di tempat ini banyak sekali roh jahat. Aku mengangguk.
Setelah itu, sesampainya di lantai dua, kami menemukan sebuah tempat aneh di balkon. Mama menemukan sebuah altar sesajen berisi dupa dan kembang-kembangan. Kata Mama, pemilik lama melakukan pesugihan di tokonya sendiri agar laris.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya, pemilik lama toko ini sudah meninggal secara tak wajar. Kata Mama, pemilik itu jadi tumbal pesugihan yang dilakukan sendiri karena sudah tidak kuat menjalani syarat yang ada. Karena itulah, toko ini dijual murah oleh keluarganya yang akhirnya dibeli oleh pemilik baru.
Namun, Mama menyadari kalau kekuatan roh jahat yang menjadi sumber kekayaan pemilik lama tidak serta merta meninggalkan tempat ini. Makanya, tempat ini harus dibersihkan terlebih dahulu.
“Miauw, miauw,” tiba-tiba mediator yang kesurupan tadi mengeong seperti kucing. Ternyata, ia kesurupan
siluman kucing. Kata Mama, pemilik lama ternyata memelihara seekor kucing yang tidak kelihatan.
Ilustrasi siluman kucing (Foto: Kaskus)
Pantas saja, pemilik baru sering mendengar suara kucing yang tak ada wujudnya. Lalu, Mama memercikkan air dan merapal mantra lagi untuk mengeluarkan roh itu dari mediator. Setelah ia sadar, kami melanjutkan perjalanan ke lantai terakhir toko ini. Lantai 3.
ADVERTISEMENT
Di lantai ini, Mama melihat sebuah kekejaman yang tak bisa aku lihat. Mama menemukan satu-satunya ruangan di lantai itu yang gelap dan bau tak sedap.
“Astaga, lihat ini,” kata Mama sambil menyuruh murid-muridnya untuk ikut menengok.
Aku yang ikutan menengok ternyata tak bisa melihat apa-apa di situ selain kegelapan dan bau apek ruangan. Namun, kata Mama, aku tidak perlu melihat karena ruangan itu menyimpan rahasia yang sangat pedih.
Katanya, di situ banyak monyet-monyet yang digantung dan dipotong tangannya. Darah mereka mengucur yang menjadikan ruangan itu bau amis. Padahal, mereka membantu mencarikan kekayaan pemilik lama. Tapi, pemilik lama menumbalkan mereka juga untuk menambah kekayaan.
Akhirnya, karena kasihan, Mama memindahkan mereka ke tempat yang lebih layak. Setelah itu, kami turun ke lantai satu. Mama meletakkan semacam jimat di tengah ruangan lantai satu untuk memastikan roh itu tidak kembali lagi ke tempat ini.
ADVERTISEMENT
Tulisan ini hanya rekayasa. Kesamaan nama dan tempat kejadian hanyalah kebetulan belaka.