Kisah Janda yang Kehilangan Nyawa karena Memelihara Tuyul untuk Pesugihan

Konten dari Pengguna
18 Juli 2020 17:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pesugihan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi tuyul. Foto: kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tuyul. Foto: kumparan
ADVERTISEMENT
Sebagai perempuan, Karin betul-betul manusia yang payah. Bahkan, oleh keluarganya, perempuan yang baru berumur paruh baya itu dikenal kerap melakukan hal yang berbau kesyirikan.
ADVERTISEMENT
Saat sedang dalam masa terpuruk lantaran terancam bercerai dengan suaminya, kini Karin makin menjadi-jadi melakoni perbuatan tersebut. Ia merasa bebas. Hal itu membuat Karin amat jauh dengan keluarga, tak hanya dengan suaminya yang telah jelas-jelas menggugat cerai Karin melalui pertimbangan yang, entah mengapa, terasa amat matang dan tak mungkin dipikirkan lagi kedua kalinya.
Di balik semua urusan perceraian ini, masalah sebenarnya berawal dari Karin sendiri yang tak puas dengan penghasilan pas-pasan suaminya. Bahkan, meski sang suami berupaya lebih keras dan kreatif untuk menambah penghasilan, uang berapa pun yang didapat dari situ masih belum memuaskan gairah Karin yang meluap-luap dalam urusan harta: ia memang matre dan tak tahu apa itu bersyukur.
ADVERTISEMENT
“Kamu jualan bertahun-tahun juga enggak nambah apa-apa di kehidupanku, Mas!” Kata Karin pada suatu malam yang gerah, mengomentari usaha sederhana sang suami yang berjualan pakaian di pasar.
Dari hari ke hari, konflik pasangan suami istri yang berawal dari kesulitan ekonomi itu kian memuncak. Nafsu terhadap harta yang tak pernah surut membuat Karin kehilangan banyak hal yang dulu amat ia sayangi. Kini, karena hal itu, nasib pernikahannya dengan sang suami berada di ujung tanduk.
Pada suatu malam, ketika keduanya terlibat dalam perdebatan yang cukup sengit, sang suami tak lagi bisa menahan diri. Ia keceplosan mengatakan sesuatu yang menjadi awal nasib buruk bagi kehidupan rumah tangganya.
Kepada Karin, sang suami berkata kalau ia mau pisah saja. Mendengarnya, karena juga sudah terbakar amarah, Karin tak mengatakan apa pun yang menunjukkan penolakannya terhadap pernyataan sang suami, meski pernyataan itu hanyalah bentuk kekhilafan seseorang yang sedang naik pitam.
ADVERTISEMENT
“Kalau kamu enggak mau nerima aku yang pas-pasan ini, mending kita cerai!” Kata Sang Suami.
“Oh, kalo gitu maumu, silakan! Aku juga enggak sudi jadi istri miskin lelaki kayak kamu!” jawab Karin dengan nada tinggi.
*
Sesaat setelah mereka sudah resmi bercerai, keduanya menjadi amat asing bagi ukuran dua orang yang pernah berada dalam satu ranjang. Karin dan sang suami menjadi dua orang yang seperti tak pernah bertemu sebelumnya, bahkan saling membenci.
Di tengah keterpurukan itu, Karin sendiri berusaha mencari cara agar memuaskan hasratnya terhadap harta. Maka, lantaran tak sanggup lagi menerima keadaannya yang serba pas-pasan, perempuan itu mengambil jalan instan untuk menjadikan dirinya kaya raya: ia memelihara tuyul.
Ilustrasi uang pesugihan. Foto: kumparan
Setelah suaminya pergi dan rumah milik orang tuanya ditempati Karin sendiri, di gagang pintu rumah dan kusen jendela yang terbuat dari kayu, Karin memasang banyak kain kafan sebagai salah satu syarat ritual pesugihan ketika memelihara makhluk gaib itu.
ADVERTISEMENT
Lewat caranya yang jahat itu, benar saja, Karin menerima gelontoran uang gaib yang seperti tak ada habis-habisnya. Semua keluarganya, bahkan kedua orang tuanya sendiri, telah mengetahui laku jahat Karin itu. Di tengah kekayaan yang didapat oleh anak perempuan satu-satunya itu, mereka justru membiarkan Karin menjalani jalan hidup syiriknya sendirian.
Tapi, ketika hari kian berlalu, meski telah menjadi perempuan kaya raya, Karin harus menerima tanggung jawab yang tak mudah lantaran memelihara tuyul untuk memperoleh uang: setiap malam Jumat kliwon, ia harus menyusuinya.
Urusan itu tentu tak sesederhana menyusui seorang anak yang masih balita. Konon, ketika menyusui tuyul, seorang perempuan tak hanya kehilangan ASI, melainkan juga energi spiritual yang membuat seseorang bisa punya nyawa dan menjalani hidup.
ADVERTISEMENT
Dan, benar saja, hal itu dialami oleh Karin.
Suatu malam, ketika Karin sudah berada dalam puncak kekayaan, banyak orang dibuat gaduh dengan kabar bahwa ia meninggal di dalam kamarnya secara misterius. Malam itu adalah malam Jumat Kliwon.
Dari kabar burung orang-orang yang diperoleh dari cerita keluarga Karin sendiri, janda itu diketahui meninggal sesaat setelah melakukan ritual menyusui tuyul peliharaannya: ia kehilangan energi dan nyawanya karena kekayaan yang dikejar-kejar dari dulu.
Tulisan ini hanya rekayasa. Kesamaan nama dan kejadian hanyalah kebetulan belaka.