Kisah Kandasnya Harapan Kaya karena Tertipu Dukun Pesugihan Palsu

Konten dari Pengguna
26 Oktober 2020 19:06 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pesugihan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi uang gaib (Foto: Time.com)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi uang gaib (Foto: Time.com)
ADVERTISEMENT
"Terimakasih, Mbah. Uang gaibnya telah saya terima. Saya telah menarik uang Rp 700 juta dari bank. Maaf sebelumnya telah meragukan Mbah Muridan."
ADVERTISEMENT
"Iya tidak apa-apa, Nak. Yang penting sekarang sudah terbukti kebenaran Mbah, bukan?"
Begitulah isi chat Mursyad dengan Mbah Muridan. Mursyad mengucapkan terimakasih kepada Mbah Muridan karena ajian uang gaibnya telah berhasil. Mursyad sangat senang karena kini ia akan menerima uang Rp 1 miliar. Rekeningnya telah terisi Rp 700 juta hingga saat itu.
"Semua hutang-hutangku akan lunas. Sisa Rp 300 jutanya akan aku habiskan untuk memulai hidup baru."
Mursyad berencana menikahi Ipah, wanita pujaannya. Tak cuma meminta uang gaib, Mursyad juga memohon jimat untuk memelet Ipah. Pasalnya, kemiskinan dan kemalasan Mursyad membuat Ipah terus menerus menolak cintanya.
"Kini aku sudah berlimpah harta. Ipah juga sudah ku pelet. Mana mungkin ia menolak kemauanku sekarang. Bulan depan pasti aku akan melamarnya."
ADVERTISEMENT
Mursyad benar-benar percaya diri Ipah akan menerimanya. Kepercayaannya itu semakin besar setelah Mbah Muridan membuktikan kesaktiannya melalui uang gaib. Mursyad seperti tak merasa akan ada rintangan lain.
"Kalau Ipah tak menerimamu juga, kau mau apa, Syid?"
"Mana mungkin, Gotek. Gila saja kau. Mbah Muridan itu sakti sekali. Kamu masih tak percaya?"
"Bukan begitu, Syid. Semua pasti ada errornya. Bukan tidak mungkin dukun pujaanmu itu akan menemui error."
"Huss! Kau mau kualat? Dia bisa mendengar pembicaraan kita dari jarak ribuan kilometer."
Mursyid selalu percaya kepada Mbah Muridan sejak awal. Bahkan, kalaupun ia tidak diberikan uang gaib, pasti Mursyid tetap akan percaya. Entah karena apa, pandangan Mursyid tentang Mbah Muridan seperti sudah dibutakan. Ia fanatik buta.
ADVERTISEMENT
***
"Gila kau! Kau mau mengawini anak ku dengan modal apa? Kau tak tahu diri, ya?"
"Maaf tuan Mursyid. Ipah tentu menghargai apa yang tuan Mursyid lakukan dengan melamar Ipah. Namun, Ipah sudah punya lelaki lain. Maafkan Ipah, Tuan."
Betapa sakit hati Mursyid mendengar penolakan itu. Ia kaget bercampur marah. Kaget karena pelet Mbah Muridan yang dipujanya itu ternyata gagal. Marah karena ditolak seorang perempuan.
"Mbah? Bagaimana ini? Mengapa Ipah malah menolakku? Apa yang harus aku lakukan?"
Mursyid mengirimkan pesan kepada Mbah Muridan terkait kegagalan pertunangannya. Di dalamnya berputar berbagai pertanyaan. Apakah ia yang gagal menjalankan ritual, ataukah ia ditipu oleh sang dukun.
"Aku tak yakin bahwa aku tertipu. Mbah Muridan telah memberiku uang gaib yang begitu banyaknya. Bulan depan, sisa uangnya akan aku ambil sebanyak Rp 300 juta. Mana mungkin ia menipuku?"
ADVERTISEMENT
Mursyid berpikir keras akan apa yang terjadi. Darimana seorang dukun yang tua renta bisa mendapatkan uang sebanyak itu kalau bukan bantuan gaib? Begitu pikirnya. Maka, pelet yang gagal pun ia yakini berasal dari kesalahan ritualnya.
Dua hari kemudian, sekelompok orang menggedor-gedor kediaman Mursyid. Saat itu, Mursyid masih melakukan ritual untuk memperbaiki peletnya. Berbagai macam sesajian telah tersimpan di hadapannya.
"Permisi! Kami dari kepolisian, hendak menangkap atas nama Bapak Mursyid. Apakah bapak orangnya?"
"Apa salah saya, Pak? Saya tak melakukan apapun."
"Kami menemukan ada transaksi gelap ke rekening atas nama Bapak sebesar Rp 700 juta."
"Transaksi gelap apanya, Pak?"
"Lebih baik bapak jelaskan saja di kantor."
***
"Dengan ini, Subagjo Muridan terbukti melakukan penggelapan dana pajak bernilai Rp 5 triliun."
ADVERTISEMENT
Putusan hakim telah dibacakan. Orang yang dahulu dikenal sebagai "Mbah Muridan" itu ternyata memanfaatkan para klien praktik palsunya untuk menjadi pelindung uang hasil korupsinya. Ia divonis penjara selama 5 tahun saja.
Ia adalah Subagjo Muridan, pengacara dari mantan Bupati yang ditangkap akibat korupsi dana perpajakan beberapa tahun lalu. Kabarnya, Muridan menyamar menjadi dukun untuk melindungi aset-aset juragannya melalui praktik uang gaib tipuan.
"Dasar koruptor sialan. Hampir saja aku mendekam di balik jeruji. Harusnya hukumannya lebih dari itu karena ia juga telah menipu orang-orang kecil seperti kami," kata Mursyad marah-marah.
Cerita ini hanya fiktif belaka. Kesamaan nama tokoh dan latar hanyalah kebetulan.