Kisah Meninggalnya Pelaku Pesugihan Siluman Kura-Kura yang Tidak Patuhi Syarat

Konten dari Pengguna
6 September 2020 17:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pesugihan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi kura-kura (Foto: Kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kura-kura (Foto: Kumparan)
ADVERTISEMENT
Sudah sebulan kampung Jembung mengadakan lockdown akibat pandemi Covid-19 yang melanda seluruh dunia. Karena dibatasinya kegiatan, banyak orang kehilangan pekerjaannya. Bahkan, orang sekelas Sholeh pun dibuat megap-megap oleh situasi ini. Ia adalah pemuka agama yang tersohor di wilayah Klaten.
ADVERTISEMENT
Sholeh memang pemuka agama. Tapi, ia juga mengandalkan identitasnya itu untuk mencari uang. Awalnya, ia tidak sengaja menjadikan titel “Ustad” sebagai mata pencahariannya. Saat itu, ia mengadakan pengajian di masjid terdekat yang dihadiri oleh beberapa orang saja.
Namun, Sholeh tak menyangka bahwa ia diberikan pesangon selepas pengajian itu. Karena jumlah yang lumayan, Sholeh akhirnya rutin mengadakan pengajian di masjid itu. Singkat cerita, Sholeh menjadi Kyai terkenal dan diundang pengajian di mana-mana. Dari situlah, ia akhirnya menjadikan pengajian sebagai mata pencahariannya.
Tapi, kalau ditelusuri lagi, sebenarnya Sholeh tidak memiliki ilmu agama yang mumpuni. Bisa dibilang, ia tidak punya sanad ilmu, atau turunan ilmu dari siapapun. Ia hanya belajar dari Ustad dan Kyai yang menyiarkan dakwahnya di YouTube. Sholeh hanya menyebarkan ulang pengetahuan yang ia dapat dari situ. Istilah bekennya, dia hanya “merepost” konten-konten di YouTube itu.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, akhir-akhir ini Sholeh kesulitan mendapatkan undangan pengajian. Tak lain dan tak bukan karena pandemi Covid-19 ini. Peserta pengajian yang biasanya bergumul menyebabkan pengajian dilarang sementara waktu.
Dalam arti lain, Sholeh kehilangan penghasilan utamanya. Sholeh juga tak bisa menyiarkan pengajiannya di media sosial karena sudah pasti nanti dia diserang karena ketahuan menjiplak.
Kemarin, istri Sholeh juga mengeluh karena persediaan dapur sudah menipis. Cicilan rumah dan motor pun semakin mendekati jatuh tempo. Bahkan, utang-utang Sholeh tidak bisa menutupi biaya itu semua. Malahan, Sholeh jadi punya banyak utang yang tak bisa dibayar karena nol penghasilan.
Karena terdesak, Sholeh pun mencari cara lain untuk memenuhi biaya hidup sekaligus menambal utangnya. Hanya ada satu cara yang bisa membuat keinginannya terkabul, yaitu pesugihan. Memang pilihan ini sempat bikin konflik batin buat Sholeh.
ADVERTISEMENT
Tapi, apa daya, doa-doanya yang selama ini ia panjatkan tak kunjung dikabulkan. Ia berniat menjadikan ini salah satu jalan untuk mengharap ridho-Nya. Sholeh kemudian memberanikan diri mendatangi dukun Warno untuk meminta pertolongan.
“Loh, Ustad Sholeh, ada keperluan apa-“
“Sstt, saya ke sini mau minta tolong sama kamu, No. Tapi, tolong jangan sebarkan berita kalau aku pernah menginjakkan kaki ke sini. Ini demi reputasiku,” kata Sholeh.
“Wah, baik Ustad. Memangnya Ustad mau minta bantuan seperti apa?” tanya Warno.
“Bantu saya untuk melakukan pesugihan yang mudah,”
“Hmm. Saya tahu pesugihan yang mudah dan tidak membutuhkan tumbal. Pesugihan ini sangat jarang dilakukan oleh klien saya, jadi saya belum tahu pasti efeknya apa. Tapi yang pasti, ini cara paling mudah di antara pesugihan yang lain. Ustad harus melakukan pesugihan ini sampai akhir hayat. Kalau berhenti di tengah jalan, Ustad bakal menerima konsekuensinya,” jelas Warno.
ADVERTISEMENT
Kemudian Warno menjelaskan bahwa pesugihan itu adalah meminta pertolongan kepada siluman kura-kura. Siluman itu berada dalam sebuah sendang atau kolam keramat di tengah Kampung Jembung.
Ilustrasi Sendang Jembung (Foto: inibaru.id)
Konon, siluman kura-kura itu adalah suami istri jelmaan penunggu kolam bernama Kyai dan Nyai Poleng. Mereka akan memberikan kekayaan kepada peziarah yang memberikan kalimat pujian.
Warno mengatakan Sholeh harus bertapa dan memuji siluman itu setiap malam 1 Suro. Kemudian, Warno memberikan secarik kertas yang berisi tentang pujian-pujian berbahasa jawa yang harus dilontarkan Sholeh kepada siluman itu. Tanpa berpikir panjang, Sholeh langsung menyetujui syarat itu dan melakukan ritual sesuai arahan Warno.
---
Kehidupan Sholeh berangsur membaik setelah tiga kali ia melakukan rutinitas barunya. Ia sudah bisa membiayai kebutuhan rumah tangganya. Bahkan, utang-utang Sholeh sudah bisa ia lunasi. Tak tanggung-tanggung, Sholeh sekarang malah mampu merenovasi rumahnya menjadi rumah yang lebih besar.
ADVERTISEMENT
Selan itu, kini Sholeh mulai mendapatkan undangan pengajian lagi dengan syarat, peserta pengajian harus melaksanakan protokol kesehatan. Karena sumber penghasilannya kembali, Sholeh akhirnya berhenti melakukan pesugihan itu.
Ia sadar bahwa meminta pertolongan kepada siluman adalah perbuatan syirik. Sholeh bertobat dan berjanji tidak akan melakukan ritual klenik itu lagi.
Suatu hari, saat ia pulang dari pengajian, Sholeh mendapati bercak putih di tangannya. Ia tidak tahu bercak apa itu. Sholeh juga tidak merasakan sakit apa-apa. Kalaupun itu panu, biasanya malah sering muncul di punggung Sholeh.
Tapi, semakin hari, bercak itu tumbuh makin banyak. Di punggungnya, di perutnya, di kakinya, bahkan sedikit demi sedikit merambat ke wajahnya.
Sholeh yang tidak tahu menahu tentang penyakit bergegas pergi ke dokter untuk memeriksakan diri. Ternyata, Sholeh mengidap vitiligo. Kata dokter, penyakit itu tidak dapat disembuhkan, tapi bisa dicegah agar tidak melebar. Sholeh diberi obat oleh dokter dan dilarang untuk beraktivitas di bawah sinar matahari langsung.
ADVERTISEMENT
Namun, obat dokter tidak mempan. Sudah dua minggu Sholeh rutin meminum obat dan menghindari sinar matahari. Tapi, bercak putih di tubuhnya semakin melebar. Ia malah terlihat seperti manusia albino. Kini, badan, tangan, dan kakinya sudah memutih seluruhnya. Tinggal separuh wajah Sholeh saja yang belum memutih.
Hingga suatu hari, istri Sholeh berteriak minta tolong. Ia menangis sesenggukan karena suaminya tiba-tiba saja terbujur kaku di atas tempat tidur. Ternyata itu adalah konsekuensi yang harus diterima Sholeh karena berhenti memuji siluman kura-kura. Ia lupa, pesugihan adalah salah satu cara makhluk halus mencari tumbal, termasuk juga pelakunya.
Tulisan ini hanya rekayasa. Kesamaan nama dan tempat kejadian hanya kebetulan belaka.