Kisah Pemilik Barber Shop Kaya, Pakai Rambut Pengunjung untuk Jimat Pesugihan

Konten dari Pengguna
28 Mei 2020 18:18 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pesugihan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
foto: kumparan
zoom-in-whitePerbesar
foto: kumparan
ADVERTISEMENT
Secara berkala, orang seringkali mendatangi tempat potong rambut. Bagi mereka yang tak mau rambutnya gondrong, mereka rutin mendatangi tukang potong langganan mereka. Meskipun begitu, tukang potong tentu saja hanya mendapatkan penghasilan pas-pasan mengingat kebanyakan, tarif sekali potong rambut tak pernah lebih dari Rp 20 ribu.
ADVERTISEMENT
Sehari-hari, Pak Ari menggantungkan hidupnya pada profesi itu. Membangun sebuah kedai di pinggir desa dengan peralatan yang sederhana, sehari-hari Pak Ari mendapatkan uang dari memotong rambut banyak orang.
Namun, tak seyogyanya tukang potong pada umumnya, profesi itu menjadikan Pak Ari hidup tak sebagaimana orang desa pada umumnya. Di desa tempat ia tinggal itu, ia telah membangun setidaknya dua rumah, dan semuanya tergolong rumah yang mewah.
Terlihat dari cara hidup sehari-harinya pula, segala yang dipunyai Pak Ari jauh dari yang dibayangkan orang mengenai seorang tukang potong. Kekayaannya melimpah ruah. Namun anehnya, dengan semua yang dimilikinya itu, Pak Ari tak pernah merenovasi kedai miliknya yang ia gunakan untuk memotong rambut. Dari tahun ke tahun, ia biarkan kedai itu menjadi bangunan yang tua, bahkan terlihat kurang terawat. Akibat adanya hal itu, banyak orang bertanya-tanya dan menyimpan kegelisahan.
ADVERTISEMENT
***
Sehari-hari, kehidupan desa itu penuh dengan ketenangan. Jarang ada hal-hal yang membuat suasana desa menjadi ramai atau gegap gempita. Letaknya yang jauh dari kota juga semakin menambah kesunyian desa itu.
foto: kumparan
Namun, kesunyian itu berubah seketika waktu orang-orang mendapat kabar bahwa di pinggiran desa, kedai potong rambut satu-satunya yang dimiliki Pak Ari itu kebakaran. Orang-orang satu desa berbondong-bondong menyelamatkan kedai itu, menyiraminya dengan banyak air.
Setelah semuanya selesai, betapa kagetnya orang-orang ketika mendapati mayat Pak Ari mati penuh dengan luka bakar. Kulit di sekujur tubuhnya mengelupas dan penuh dengan luka. Satu hal yang paling aneh dan membuat mata semua orang terbelalak, rambut yang ada di kepala Pak Ari hilang seketika di mayat itu. Rambut itu hilang bukan seperti akibat terbakar oleh api yang panas, melainkan seperti dikupas dengan sengaja. Dan memang tampak hanya rambutnya yang dikupas.
ADVERTISEMENT
Bagi Pak Emil, seorang ustaz dan tokoh masyarakat desa di situ, kejadian itu memberinya banyak pelajaran. Tahu mengenai apa yang terjadi, ia memilih mengucapkan istighfar dalam hati dan tak membeberkan apa yang ia tahu kepada siapapun. Akibat kejadian itu, Pak Emil paham bahwa Pak Ari telah menggunakan pesugihan untuk menjalankan bisnisnya.
Namun, niat Pak Emil untuk merahasiakan semua hal yang ia tahu itu sia-sia. Sesaat setelah mayat itu dibawa ke rumah sakit terdekat, pemuda yang bernama Andi, sebut saja begitu, malah membeberkan semuanya.
Kepada penduduk, Andi menceritakan pengalamannya selama berlangganan potong rambut di tempat Pak Ari.
“Pak Ari tak pernah membuang rambut pengunjung yang ia potong. Ia tak pernah menyapunya. Suatu saat, saya melihat tumpukan rambut yang besar sekali ditempatkan di ruang pribadi Pak Ari di kedai potong itu. Di depannya, ada berbagai macam sesajen.” Kata Andi.
ADVERTISEMENT
Sejalan dengan cerita Andi, di kedai Pak Ari yang sudah terbakar itu, ditemukan banyak sisa-sisa rambut. Hal itu terlihat dari baunya. Singkatnya, rambut-rambut yang digunakan Pak Ari sebagai jimat itulah yang justru mengakibatkan kejadian kebakaran itu.
Berawal dari kejadian sekaligus cerita Andi itu, semua orang tahu apa yang dilakukan Pak Ari selama ini.
Tulisan ini merupakan rekayasa. Kesamaan nama dan tempat kejadian hanya kebetulan belaka.