Kisah Penjual Angkringan yang Gunakan Pesugihan, Ada Belatung di Nasinya

Konten dari Pengguna
8 Agustus 2020 19:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pesugihan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi penjara. Foto : kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi penjara. Foto : kumparan
ADVERTISEMENT
Selepas keluar dari penjara, Dewi bingung mau kerja apa. Statusnya sebagai manajer keuangan di perusahaan farmasi sudah berakhir tanpa pesangon. Kesalahan fatal yang telah dilakukan dengan menggelapkan uang perusahaan memaksanya hengkang meninggalkan semua impian karirnya. Kehilangan kepercayaan sama saja kehilangan separuh nyawa. Akan sulit baginya untuk menemukan lagi pekerjaan yang sesuai dengan latar belakang pendidikannya sebagai sarjana akuntansi.
ADVERTISEMENT
Parahnya lagi, Dewi keluar penjara saat masa pendemi penyakit Covid-19 tengah melanda seluruh dunia. Kondisi ekonomi sungguh sulit untuk menemukan bisnis yang cocok dan mampu berdiri di saat pandemi.
Dewi pusing. Ia tak lagi memiliki uang untuk kebutuhan sehari-hari. Sementara usaha suaminya juga bangkrut akibat dampak pandemi penyakit Covid-19.
Keadaan itu membuat Dewi berpikir untuk menjalankan pesugihan. Ia teringat akan seorang temannya saat di penjara. Roro Asih, perempuan paruh baya dengan penampilan eksentrik itu, memiliki aura mistik. Roso Asih pernah berjanji untuk membantu Dewi jika menemui kesulitan hidup.
Ilustrasi menu yang ada di angkringan. Foto : SEP via Karja.id
**
Roro Asih hanya memberikan petunjuk bagi Dewi untuk membuka warung angkringan di rumahnya. Pesugihan sesuai petunjuk Roro Asih tak bisa dijalankan tanpa adanya sebuah usaha ekonomis. Sebuah warung angkringan solusi tepat sesuai kondisi lingkungan tepat tinggal Dewi. Perhitungan waktu sesuai primbon Kejawen menjadi titik pangkal untuk memulai usaha. Dipilihnya hari Jumat Kliwon.
ADVERTISEMENT
Sebuah lapak tenda biru angkringan digelar di depan rumah Dewi. Makanan khas nasi kucing dan minuman teh nasgitel tersaji berdampingan dengan aneka camilan gorengan. Dengan ramah Dewi melayani pembeli yang datang.
Hari pertama dibuka, tak semua dagangan yang disiapkan habis terjual. Masih ada separuh tersisa, pun tidak kembali modal. Begitupun hari-hari selanjutnya. Menjual angkringan tak seindah cerita jatuh cinta di drama korea.
Namun bukan itu tujuan Dewi berdagang lapak angkringan. Lebih penting bagi Dewi adalah kamuflase atas pesugihan yang dijalankannya.
Sesuai dengan petunjuk Roro Asih, Dewi hanya boleh membuka kotak uang hasil penjualannya tepat jam 12 malam. Tak boleh lebih dan tak boleh kurang. Benar saja, setelah mengucap mantra, kotak itu mampu melipatgandakan uang penjualan.
ADVERTISEMENT
Setiap malam Dewi menumpuk harta uang yang berlipat-lipat. Begitu pula hari-hari selanjutnya. Meski jualan lapak angkringan sepi pembeli, uang ghain terus mengalir ke kantongnya.
Suatu hari, ada seorang pengunjung laki-laki yang datang ke angkringannya. Memesan es teh dan memakan nasi bungus. Baru membuka bungkusan nasi itu, si laki-laki tak jadi memakannya. Ia memilih untuk membungkus nasi nya itu.
Usut punya usut, ternyata lelaki itu mampu perbuatan Dewi. Bila dimata orang asing nasi bungkus itu tidak ada yang salah. Tetapi dimatanya, nasi itu mengandung belatung-belatung kecil yang sangat banyak.
Bila dikonsumsi terus-menerus, nasi bungkus angkringan Dewi dapat menimbulkan orang lain sakit. Meski begitu, pria itu tak berkata seucap pun. Ia memilih membayar dan cepat-cepat pergi dari angkringan berpesugihan itu.
ADVERTISEMENT
Tulisan ini hanya rekayasa. Kesamaan nama dan tempat hanyalah kebetulan belaka.