Kisah Pesugihan: Gagal Tumbalkan Anak Gadis, Berujung Gila

Konten dari Pengguna
15 September 2020 17:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pesugihan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi pembunuhan (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pembunuhan (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sebenarnya, Tono dahulunya kiai. Ia cukup kondang setidaknya setingkat kecamatan. Nama lengkapnya Wahyutono Ahmad. Orang kampung biasanya menulis nama KH. Wahyutono Ahmad di tiap dokumen ke-kiai-annya.
ADVERTISEMENT
Bukan cuma jadi penceramah belaka, Tono bahkan sempat menjadi ketua pengurus masjid kecamatan. Ia diandalkan jika soal urusan keagamaan. Masyarakat kampungnya sangat menghormati Tono.
Namun, itu semua dulu. Kini, Tono tak lagi mau beridentitas sebagai kiai. Ia "putus hubungan" dengan urusan religi sejak ia ditinggal selingkuh oleh istrinya. Kiai kampung itu mengaku kecewa dengan Tuhan karena istrinya diam-diam punya lelaki lain.
Tono total meninggalkan keagaaman. Ia seakan mencopot semua ke-kiai-annya. Untuk menghindari hujatan warga sekitar, ia pindah rumah menjauhi kampung yang sebelumnya ia tinggali.
"Aku mau menetap di suatu tempat yang tidak satupun mengenalku."
Meski Tono sudah tak mau lagi jadi kiai, hal itu tak menular kepada putri gadis satu-satunya. Putrinya, Siti Amirah Widyaningsih, tetap berpegang teguh dengan ajaran agama yang dianutnya. Bahkan, mereka kerap bersitegang akibat beda pendapat.
ADVERTISEMENT
"Bapak yang dulu mengenalkanku dengan Tuhan. Kini, mengapa justru bapak yang meninggalkan?" begitulah kalimat Amirah jika sedang bertengkar dengan ayahnya sendiri.
Meski terkesan mudah, meninggalkan status sebagai tokoh agama ternyata sulit. Tono yang sejak muda memang ingin berkomitmen dengan keagamaan memilih untuk tidak bekerja. Ia ingin mengabdi kepada masyarakat dan agamanya.
Karena itulah, sejak ia tak mau lagi jadi kiai, ia kehilangan pendapatan. Biasanya, banyak orang memberi sedekah jika usai berceramah. Sebenarnya Tono tak pernah mematok nominal honor ceramahnya, bahkan ia cenderung menolak. Namub, pemberian warga memang harus dihormati.
Saat ini keluarga beranggotakan ayah dan anak itu murni mengandalkan keuangan Amirah. Amirah yang profesinya sebagai guru sebuah taman kanak-kanak tentu tak pernah punya uang yang cukup.
ADVERTISEMENT
Apalagi, hutang Tono sejak kehilangan istrinya mendadak meroket. Ia menghabiskan uangnya untuk mabuk-mabukan dan pergi pelesir entah ke mana. Suatu kebiasaan yang dahulu tak pernah Tono lakukan.
Gaji Amirah yang cuma Rp 250 ribu saja jelas-jelas hanya cukup untuk membeli makanan barang setengah bulan. Sisanya, mereka bertahan hidup dari hasil pinjaman.
Maka dari itu, hutang keluarga terus bertambah seiring berjalannya waktu. Tono jelas-jelas kelimbungan melihat keadaan demikian. Ia bukan tak cari cara, Tono hanya pusing memikirkan bagaimana keluarganya mendapatkan uang.
***
Suatu hari, Tono mendengar tetangganya bisa kaya mendadak dari hasil pesugihan. Tetangganya yang dahulu penarik becak, kini mendadak jadi orang kaya. Kabarnya, si tetangganya itu melakukan pesugihan untuk memperbaiki keuangannya.
ADVERTISEMENT
Tanpa melakukan cek terhadap kebenaran gosip tersebut, Tono kontan-kontan percaya. Lebih dari percaya, ia terpancing untuk melakukan hal yang sama.
Tidak begitu rumit bagi Tono untuk mencari tahu soal pesugihan. Ia cukup mencari cara di internet dan mencari kontak dukun yang bisa dihubungi. Berhari-hari ia mencari kontak, akhirnya ia menemukan satu dukun yang review-nya sangat bagus.
Tono kemudian menghubungi dukun tersebut untuk menanyakan tentang pesugihan. Ia diminta mendatangi dukun tersebut beberapa hari ke depan. Tono menyanggupinya tanpa pikir panjang. Amirah tak tahu menahu apa yang sedang dilakukan ayahnya. Tono tak bercerita kepada siapapun termasuk putrinya sendiri.
***
Malam itu hujan turun begitu lebat. Petir menyambar-nyambar tiada hentinya. Amirah gelisah menunggu kepulangan ayahnya yang sejak ia pulang mengajar sudah tak ditemukan di rumah.
ADVERTISEMENT
Ponselnya tak bisa dihubungi sama sekali. Amirah hanya bisa menunggu sembari berharap ayahnya baik-baik saja. Ia banyak duduk bersimpuh kepada Sang Maha Kuasa untuk mendoakan keselamatan ayahnya.
Berjam-jam Amirah menunggu, ayahnya tak kunjung kembali. Hingga sekitar pukul 02.00 malam, seseorang menggedor-gedor pintu rumah. Amirah yang saat itu sudah tertidur tersentak kaget. Namun, ia ingat bahwa ayahnya belum kembali.
"Astaghfirullah. Mudah-mudahan itu bapak."
Dibukakanlah pintu rumahnya oleh Amirah. Betapa kagetnya ia melihat ayahnya berantakan. Tubuhnya basah karena kehujanan akibat hujan lebat semalam.
"Ya Allah. Bapak dari mana saja? Kenapa basa kuyup begini?"
Belum lagi Amirah kembali untuk mengambilkan handuk, tiba-tiba Tono mengacungkan sebilah golok. Ia hendak menggorok Amirah, darah dagingnya sendiri yang ia rawat sejak kecil.
ADVERTISEMENT
Seketika Amirah berteriak kencang menyebut nama Tuhan sembari memejamkan mata. Tiba-tiba, Tono terpental jauh dan jatuh pingsan. Amirah yang masih merasa kaget buru-buru berlari menghampiri ayahnya.
"Ya Allah, Bapak! Kenapa Bapak melakukan ini pada Amirah?"
Amirah menangis tersedu-sedu sembari berusaha menggotong ayahnya masuk. Tubuhnya yang kecil jelas tak mampu menopang berat badan ayahnya yang agak gempal.
***
Pagi ini cerah. Seperti biasa, Amirah sudah bersiap-siap berangkat mengajar ke taman kanak-kanak tempatnya bekerja. Tidak seperti hari-hari sebelumnya, mulai hari ini ia mesti membawa bekal makanan dan pakaian untuk ayahnya.
Amirah sudah bertekad, setiap siang hari sepulang mengajar, Amirah akan menjenguk ayahnya yang dirawat di rumah sakit jiwa. Ayahnya kehilangan kewarasan sejak terpental di malam yang menyeramkan itu.
ADVERTISEMENT
Cerita ini hanya fiktif belaka. Kesamaan nama tokoh dan latar hanyalah kebetulan.