Kisah Pesugihan Kandang Bubrah, Ritual yang Mensyaratkan Renovasi Rumah

Konten dari Pengguna
12 Agustus 2020 17:59 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pesugihan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi renovasi rumah. Foto: Khairul S/kepripedia.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi renovasi rumah. Foto: Khairul S/kepripedia.com
ADVERTISEMENT
Di era yang serba modern ini, masih banyak masyarakat Jawa yang memiliki kaitan erat dengan klenik. Fenomena ini yang menjadi keseharian sebagian masyarakat Jawa ketika sedang terhimpit ekonomi. Bahkan seorang sutradara kelas kakap Garin Nugroho mengangkat tema ini di salah satu pameran seninya.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya Garin yang percaya praktik itu masih ada. Pak Bayu juga yakin betul tetangganya melakukan hal serupa. Sebab, sudah 10 tahun lamanya sebuah kavling di perumahan itu terus di rombak.
Pak Bayu tinggal di perumahan kecil pinggir Jakarta. Kompleksnya termasuk dalam perumahan padat dengan tipe rumah yang tak gede-gede amat. Gang di kompleksnya sudah penuh dihuni warga. Tetapi ada satu rumah yang tak dihuni.
Lantaran menjadi salah seorang pembeli terlama, Pak Bayu mengetahui rumah itu. Rumah itu dibeli oleh seorang pengusaha yang berasal dari Solo tiga tahun setelah Pak Bayu mendiami rumahnya.
Ilustrasi renovasi rumah. Foto : Kumparan
Hanya rumah nomor 13 itu yang tak dihuni. Rumah itu bahkan terus menerus dilakukan proyek renovasi. Padahal dari segi bangunan dan model, masih bagus semua.
ADVERTISEMENT
Di tahun ke sepuluh rumah itu dibangun, Pak Bayu yakin bahwa pemiliknya melakoni ritual pesugihan kandang bubrah. Meski begitu dirinya toh diam saja.
Dari sepengetahuan Pak Bayu, pesugihan kandang bubrah mewajibkan para pengikutnya untuk terus menerus merombak rumah mereka. Dengan cara itu, cuan akan terus mengalir ke berbagai usaha yang mereka geluti.
**
Seperti halnya dengan tetangga Pak Bayu. Pak Slamet, pria pemilik rumah itu diketahui memiliki beberapa bisnis yang sukses. Ia memiliki butik, salon, dan toko mobil mewah di Jakarta Utara.
“Apa kabar Pak Slamet? Udah lama nih gak ketemu” sapa Pak Bayu membuka pembicaraan.
“Alhamdulillah baik pak, Iya nih, jadwalnya lagi padet. Lagi banyak pesenan. Pak Bayu sendiri gimana kabarnya? Katanya anaknya sudah mau lulus SD ya pak?” tanya Pak Slamet melanjutkan obrolan.
ADVERTISEMENT
Keduanya mengobrol seru layaknya tetangga pada umumnya. Lantaran penasaran Pak Bayu memberanikan diri untuk menanyakan tentang renovasi rumahnya.
“Pak Slamet hobinya renovasi rumah, jangan-jangan mau direnovasi jadi mal ya?” tutur Pak Bayu sembari bercanda.
“Ah Pak Bayu bisa aja. Iya nih Pak, kebiasaan dari ibu saya sih sebenarnya. Tiap sedang tidak ada rejeki, kita pasti selalu renovasi rumah” jelasnya.
“Bukannya untuk merenovasi rumah justru mengeluarkan biaya pak?” tanya Pak Bayu bingung.
“Ah itu kan tergantung niatnya. Kalau niat bisa dapat rejeki dari renovasi rumah mah ya bisa saja Pak, hehe” tutur Pak Slamet mengelak.
Pak Bayu pun pura-pura menyetujui segala ucapan Pak Slamet. Dari percakapan keduanya, Pak Bayu meyakini bahwa tetangganya itu melakoni pesugihan kandang bubrah. Terlebih obrolan dengan para tukang yang merenovasi juga tak nyambung.
ADVERTISEMENT
Ketika ditanya, para tukang bangunan itu hampir tak pernah menjawab. Seperti tak menggubris. Hanya melihat orang yang bertanya tanpa menjawab pertanyaan mereka.
Aktivitas para tukang juga tak wajar. Seperti misalnya di hari-hari tertentu, para tukang justru melakukan aktivitas penukangan di malam hari sampai sebelum subuh. Kerennya lagi, mereka melakukan aktivitas itu hanya dibantu dengan penerangan yang seadanya.
Belum lagi bau kemenyan yang sering menyebar dari rumah itu. Tiap hari Kamis pahing, rumah itu seperti menghasilkan bau kemenyan yang terbakar dan bau kentang rebus.
Meski sudah mengetahui yang sebenarnya, Pak Bayu enggan berkata-kata. Ia memilih merahasiakan temuannya ini dari para tetangga sekitar. (Bersambung)
Tulisan ini hanyalah rekayasa. Kesamaan tempat dan kejadian hanyalah kebetulan belaka.
ADVERTISEMENT