news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Kisah Pesugihan: Kandungan Hilang Karena Bersekutu dengan Siluman

Konten dari Pengguna
16 September 2020 18:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pesugihan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi kandungan (Foto: Shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kandungan (Foto: Shutterstock)
ADVERTISEMENT
Haris dan Iyah adalah sepasang suami istri yang baru saja menikah setahun lalu. Saat ini, Iyah sedang mengandung anak pertama mereka. Kandungan mereka sudah berjalan 8 bulan. Sebentar lagi, sepasang muda itu akan jadi orang tua.
ADVERTISEMENT
Pemasukan keluarga mereka adalah dari berjualan mainan. Namun, itu bukan sebenar-benarnya pemasukan. Haris dan Iyah telah lama mengamalkan sebuah pesugihan berupa persekutuan dengan siluman ular.
Keduanya bahkan telah melakukan hal itu jauh sebelum menikah. Mereka melakukan itu agar cepat kaya. Hasil pesugihan tersebut bahkan dijadikan modal untuk menikah.
Cara kerjanya mudah. Haris dan Iyah tinggal diam saja di rumah. Uang beserta perhiasan akan tiba di sebuah kotak khusus yang sudah mereka simpan setiap malam. Katanya, uang dan perhiasan tersebut didapat dari siluman ular.
Untuk mengganti biaya uang dan perhiasan tersebut, Haris dan Iyah akan menyiapkan darah segar kelinci yang ditaruh di dalam sesajen. Di akhir tahun, mereka harus menumbalkan bayi yang baru lahir. Jika tak terlaksana, siluman ular tersebut akan menghilang.
ADVERTISEMENT
Begitulah tahun-tahun Haris dan Iyah berlalu. Sudah hampir 5 orang bayi yang jadi korban mereka. Sebenarnya, Haris dan Iyah tidak membunuh bayi tersebut, mereka hanya akan memberi tahu sang siluman di mana letak rumah si jabang bayi.
Karena pesugihan itulah, keuangan Haris dan Iyah selalu terjaga baik bahkan meningkat setiap waktunya. Modal untuk jualan mainannya pun selalu bertambah seiring waktu. Keduanya menjadi pasangan muda yang kaya.
***
Di suatu sore, Iyah menangis tersedu-sedu. Ia mengatakan kepada Haris agar tidak lagi melanjutkan pesugihannya. Iyah tak mau jika tiba-tiba harus bayinya lah yang menjadi tumbal.
Haris kemudian menenangkan Iyah. Ia menjanjikan bahwa Iyah tak akan kehilangan bayinya. Suaminya berjanji akan selalu menemukan bayi untuk ditumbalkan kepada sang siluman.
ADVERTISEMENT
Meski mendengar janji Haris, Iyah tetap tidak tenang. Ia tetap takut ada hal-hal yang tidak diduga-duga terjadi. Lagi-lagi Haris menenangkan istrinya. Sembari berjanji, suara dalam hatinya pun bertekad agar pesugihan ini tak menyakiti istrinya sama sekali.
***
Pergantian tahun Jawa sudah di depan mata. Tak lama lagi matahari akan terbenam. Haris kelabakan karena ia tak kunjung mendapat informasi bayi mana yang akan ia tumbalkan.
Keringat dingin mengucur tanda tegang. Jantung Haris terus berdegup kencang. Ia kelimbungan di dekat sesajian yang sudah disiapkan Haris. Ia terus menenangkan diri dan mencari tahu siapa yang sedang hamil.
Entah mengapa, Haris pun kebingungan, bagaimana bisa dalam satu waktu, di sebuah daerah seluas kota yang ditinggali Haris, tak ada satu orangpun yang sedang hamil. Entah apakah ini kutukan, atau hanya kebetulan.
ADVERTISEMENT
Haris tak terlalu mau lama memikirkan hal itu, ia lebih fokus pada bagaimana caranya ia mendapatkan informasi tersebut. Hingga akhirnya matahari terbenam, Haris hanya bisa diam.
Datanglah sosok siluman ular yang ia tunggu. Siluman tersebut tak akan tampak jika bukan dengan mata Haris, mata sang sekutu. Haris memejamkan mata dan menundukkan kepalanya. Ia berkomat-kamit seperti sedang berkomunikasi.
Tak lama, Haris membuka matanya dan berdiri. Ritual tersebut berlangsung singkat. Sang siluman sudah pergi. Haris pun terduduk lemas. Istrinya bertanya kemudian.
"Bagaimana bisa kau mendapat informasi tentang bayi yang ditumbalkan?"
Haris tak menjawab, ia hanya duduk melamun dengan pandangan yang kosong. Istrinya yang duduk di sampingnya tak ia hiraukan. Haris hanya terdiam. Lama kelamaan Haris menangis, seperti tanpa sebab.
ADVERTISEMENT
"Kang, ada denganmu? Kang?"
Tangisan Haris semakin terdengar keras. Air matanya terus meleleh deras. Kedua tangannya menutupi wajah dan kakinya meringkuk. Haris masih menangis, istrinya terus bertanya. Hingga tiba-tiba istrinya teringat sesuatu.
"Kang? Jangan bilang kau korbankan bayiku! Jangan bilang kau lenyapkan kandunganku!" seketika Iyah berteriak dan mencengkeram keras tubuh Haris.
Haris tak menjawab dan tetap menangis. Iyah pun jatuh pingsan. Sejak malam itu, kandungan Iyah lenyap entah ke mana. Bidan mengatakan, rahim Iyah terlalu lemah sehingga tak terjadi pembuahan sejak awal. Suatu hal yang mustahil untuk kandungan berusia delapan bulan.
Cerita ini hanya fiktif belaka. Kesamaan nama tokoh dan latar hanyalah kebetulan.