Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Kisah Pesugihan: Konsekuensi karena Tak Serahkan Tumbal ke Siluman Ular
11 Oktober 2020 18:09 WIB
Tulisan dari Pesugihan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Kusdian, atau biasa dipanggil Kusdi, adalah orang paling kaya di kampung Cisaat. Mobilnya saja ada banyak. Mungkin lima atau enam. Tak ada yang tahu tepat. Yang pasti, ia kaya.
ADVERTISEMENT
Orang-orang menganggap Kusdi kaya dari gajinya sebagai pegawai negeri dan hasil warisan. Padahal, posisi Kusdi hanya staf biasa di sebuah kantor dinas. Jika dihitung-hitung, gajinya tak akan cukup untuk membeli semua barang mewah itu.
Istrinya, Mutiah, tak kerja sama sekali. Ia hanya ikut-ikutan dalam organisasi wanita istri-istri pegawai kantor suaminya. Ya, boleh dibilang itu perkumpulan ibu-ibu sosialita.
Pasalnya, kalau tak tentang kapal pesiar, paling-paling mereka selenggarakan agenda amal yang sengaja dibuat untuk posting status di media sosial. Semua itu dilakukan untuk sekadar pamer kekayaan belaka.
Anak-anak Kusdi juga penuh kasus. Kusdi punya dua anak lelaki. Sebenarnya tiga, tetapi yang ketiga itu tewas karena minuman oplosan saat usianya masih seumuran bocah SMP. Dua anak lelakinya kini tak kerja, tak pula sekolah. Mereka berdua telah lulus kuliah beberapa tahun lalu.
ADVERTISEMENT
Keduanya kerap ditangkap polisi karena kedapatan ikut balap liar atau pesta miras. Namun, karena power yang dimiliki Kusdi, kedua putranya kerap lepas dari jeratan hukum.
Artinya, tak ada satupun sumber kekayaan yang masuk akal yang dapat memenuhi kehidupan mewah Kusdi. Kata orang-orang yang waras, jika tak korupsi, pasti Kusdi bisa kaya dari hasil pesugihan.
***
"Lebih baik Anda jujur kepada kami, Pak. Segerombolan preman yang ditangkap minggu lalu karena kasus pembunuhan, mengatakan bahwa mereka mendapat perintah dari Anda."
Begitulah pernyataan yang dilontarkan penyidik kepolisian saat melakukan interogasi kepada Kusdi. Kusdi ditangkap polisi atas tuduhan pembunuhan berantai yang ramai akhir-akhir ini.
Meski ia kuat di kampung halamannya sebagai pegawai negeri di sebuah dinas, dan punya harta melimpah, Kusdi bukan apa-apa di kantor kepolisian daerah. Semua penyidik, perwira, atau atasan-atasan di tingkat Polda tak ada yang mengenalnya. Ia hanya menjadi subjek hukum biasa di sana.
ADVERTISEMENT
Namun, pengacara sewaan Kusdi memang pandai. Mungkin, Kusdi menggelontorkan banyak uang untuk menyewanya. Walau begitu, rangkaian penyelidikan yang berlarut-larut itu tetap mengarahkan sangkaan yang kuat kepada Kusdi.
Seberapapun kerasnya tim pengacara Kusdi membela kliennya. Atau, seberapa besarpun Kusdi menyogok semua perangkat hukum di sana, ia tetap ditangkap dan didakwa sebagai otak di balik peristiwa pembunuhan berantai. Kusdi divonis penjara seumur hidup karena perbuatannya.
Pertanyaan terbesar adalah, ada motif apa di balik kasus pembunuhan berantai tersebut? Hampir semua orang tak mengetahui dengan pasti. Namun, putusan hakim mengatakan, bahwa Kusdi membunuh atas dasar hasutan makhluk gaib.
Hampir saja ia dibawa ke RSJ karena itu. Namun, tak ditemukan kelainan jiwa di tubuh Kusdi. Ia murni membunuh dalam keadaan sadar. Sejak saat itulah, dalam setiap forum cibiran, warga kompak mengatakan bahwa sumber kekayaan Kusdi berasal dari pesugihan.
ADVERTISEMENT
***
"Ah. Tolong. Sakit. Tolong! Siapapun tolong! Pergi kau! Jangan kau dekati aku lagi. Pergi!"
Seperti itulah teriakan Kusdi tiap malam Jumat di dalam kamar perawatannya. Setelah dimasukkan ke dalam penjara, nyatanya Kusdi dianggap benar-benar punya gangguan mental. Akhirnya ia berhenti di kamar perawatan Rumah Sakit Jiwa.
Selalu saja, setiap malam Jumat, ia berteriak-teriak kesakitan. Lalu, ujug-ujug saja spermanya berceceran di lantai-lantai sel. Kepala sipir sudah muak dengan perilaku Kusdi. Atas izin pengadilan, Kusdi dibawa ke Rumah Sakit Jiwa dan tak lagi kena vonis penjara. Ia resmi disebut Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ).
Jika ditanya oleh perawat apa yang terjadi dengannya jika ia sedang berteriak-teriak, Kusdi menjawab bahwa ia kerap dicabuli oleh siluman ular bersosok wanita yang ia pelihara untuk pesugihannya dahulu kala.
ADVERTISEMENT
Tentu saja, dunia medis tak mengenal itu. Akhirnya, Kusdi total dianggap orang tidak normal. Pasca kejadian itu, keluarganya hancur berantakan.
Putra pertamanya menghilang entah ke mana akibat kasus narkoba. Putra keduanya juga berakhir di penjara karena menabrak orang hingga tewas dalam sebuah balap liar. Sedangkan Mutiah, istrinya, berpaling hati dan menikahi pria lain.
Cerita ini hanya fiktif belaka. Kesamaan nama tokoh dan latar hanyalah kebetulan.