Kisah Pesugihan Tukang Kayu yang Nyaris Celakai Istrinya

Konten dari Pengguna
12 Agustus 2020 17:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pesugihan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi bangku kosong. Foto: rmol.id
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bangku kosong. Foto: rmol.id
ADVERTISEMENT
Pesugihan ialah cara yang bisa ditempuh seseorang jika ingin kaya tanpa harus kerja keras. Dan hal semacam itulah yang dilakukan oleh, sebut saja, Pak Agus.
ADVERTISEMENT
Rasa nafsu ingin kaya begitu membelenggu jiwanya. Padahal, menurutku, kehidupannya tak kurang menyenangkan sama sekali. Tetapi, tetap saja, keinginan memang seringkali tak bisa membuat orang berhenti melakukan segala hal.
Mungkin banyak orang tak pernah menyangka, cara Pak Agus untuk mendapatkan kekayaan ini terasa amat sepele. Ia adalah seorang tukang kayu, dan, media yang ia gunakan untuk memakai pesugihan pun tak jauh-jauh dari urusan yang selama ini ia geluti. Konon, beberapa orang menyebut cara itu sebagai pesugihan bangku kosong.
Tak seperti ritual yang biasanya dilakukan di tempat angker, ritual pesugihan tersebut dilakukan Pak Agus hanya dengan membuat sebuah kursi. Ia membuatnya, jika diperkirakan sejauh ini, setiap dua minggu sekali.
Tapi, tentu saja, kursi satu ini bukanlah kursi biasa. Ia adalah kursi yang, ketika seseorang membelinya dan membawanya pulang, sebuah musibah besar akan mendatangi orang itu. Ketika ada orang menduduki kursi itu, ia akan apes. Bahkan, yang dimaksud apes di sini acapkali ialah kematian. Singkatnya, tumbal pesugihan Pak Agus ialah para pembeli yang duduk di atas bangku atau kursi kosong itu.
ADVERTISEMENT
*
Suatu malam, seperti biasanya yakni setiap dua minggu sekali, Pak Agus sedang dalam proses membuat bangku kosong itu. Untuk menghindari kursi pembawa musibah itu tertukar dengan kursi lain, ia selalu menandai kursi tersebut dengan memberikannya cat warna merah kecil di salah satu kaki penyangga kursi.
Namun, meski ditandai, cat merah itu tak akan pernah diketahui oleh jangkauan kasat mata orang paling jeli sedunia sekalipun. Jadi, meski telah berusaha untuk tak membuat barang itu tertukar, potensi kursi kosong itu untuk membahayakan orang yang bukan menjadi tujuan Pak Agus tetaplah ada.
Dan, benar saja, hal itu betul-betul terjadi.
Ketika pada malamnya, Pak Agus kelelahan tertidur di ruang kerjanya yang terletak di belakang rumah, di pagi harinya, ia melihat istrinya sendiri duduk di kursi kosong itu sambil terlihat mengumpulkan niat untuk ikut membereskan ruang kerja Pak Agus yang berantakan.
ADVERTISEMENT
Masih belum melihat istrinya duduk di kursi itu lantaran masih mengantuk, Pak Agus lantas mengucek matanya. Dan, setelah melihat bahwa yang di depannya adalah istrinya sendiri, ia pun berteriak-teriak.
Ilustrasi tukang kayu. Foto: pikist.com
“Bapak kenapa?” tanya istri Pak Agus.
“Kenapa ibu duduk di situ?” jawab Pak Agus. Ia marah, jengkel, namun juga bercampur rasa sedih, hendak menangis menjawab pertanyaan istrinya yang polos itu.
Dan, pagi harinya, hal buruk benar-benar menimpa istri Pak Agus.
Tak sampai kehilangan nyawa, sepulang dari pasar, istrinya ditabrak oleh sebuah mobil yang melaju dengan kecepatan amat kencang. Ia pun dirawat di ruang gawat darurat rumah sakit terdekat.
Mengetahui musibah itu menimpa istrinya, Pak Agus menyesal sejadi-jadinya. Ia khawatir, meski beberapa waktu lagi istrinya telah pulang dari dirawat dan sembuh, sesuatu yang buruk terjadi pada salah seorang yang ia sayangi karena kejahatan dan ketelodorannya sendiri soal bangku kosong pemberi musibah itu.
ADVERTISEMENT
Tulisan ini hanyalah rekayasa. Kesamaan tempat dan kejadian hanyalah kebetulan belaka.