Kisah Pesugihan Tuyul: Peliharaannya Taubat, Sang Pemilik Ikut Taubat

Konten dari Pengguna
17 Oktober 2020 18:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pesugihan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ikustrasi tuyul (Foto: Wikiedia Common)
zoom-in-whitePerbesar
Ikustrasi tuyul (Foto: Wikiedia Common)
ADVERTISEMENT
"Tuyul sialan, mengapa ia tak lagi memberiku setoran? Aku membayar mahal untuk mendapatkannya agar ia mendatangkan banyak uang."
ADVERTISEMENT
Anjar mencak-mencak. Ia marah lantaran tuyul peliharannya tak kunjung memberikannya setoran. Padahal, hampir 90 persen kekayaannya berasal dari pesugihan tuyul.
Menjadi orang kaya memang tidak enak. Banyak tagihan yang harus dibayar Anjar. Itulah yang membuatnya kelimbungan kalau tuyulnya tak memberikannya uang.
"Tuyul sialan. Padahal sudah terus menerus ku beri makan enak. Namun, ia tak memberiku timbal balik yang setimpal. Dasar sialan!"l
Istrinya, Aminah, hanya bisa melihat sembari menahan tangis. Ia tak berani melawan suaminya karena Anjar terlampllau kasar. Salah sedikit, bisa-bisa Aminah ditampar sampai merah
***
"Tuan, aku sudah tak mau lagi mengerjakan itu. Aku minta maaf, Tuan. Sekarang aku sudah tenang, hidup damai, aku tak mau lagi mencuri. Ikutlah denganku."
ADVERTISEMENT
Kata-kata itu terus terlintas di benak Anjar. Sekali waktu ia pernah bertemu dengan peliharaannya di dalam mimpi. Entah mengapa, suara tuyul peliharaannya yang biasanya kecil, saat itu menggelegar bagaikan petir.
Saat terbangun dari mimpi aneh itu, Anjar berkeringat deras. Ia bahkan berteriak-teriak kencang saat tertidur sampai-sampai istrinya ikut terbangun.
"Astaghfirullah. Astaghfirullah."
Sesaat setelah terbangun dan berkeringat, Anjar mengucapkan kalimat istighfar. Sungguh, itu tak biasa terucap dari mulutnya. Bahkan, Aminah sampai sedikit merasa senang melihat suaminya tampak mengalami mimpi buruk.
"Kenapa, Kang? Ada apa?"
"Tuyul sialan itu. Ia mengajakku bertaubat. Saat ini ia tampak lebih terawat. Ia tak lagi bertubuh kecil, wajahnya tampan, dan suaranya amat kencang bagaikan petir. Aku gemetar melihat dia."
ADVERTISEMENT
"Apakah karena itu tuyulmu tak mau memberikan setoran, Kang?"
"Benar, bisa jadi karena itu."
***
"Ampun. Tolong aku. Beri aku waktu kembali hidup, aku akan memperbaiki semua kesalahanku. Aku minta ampun."
"Jangan minta ampun padaku, minta ampunlah pada Allah."
Anjar dicambuk berkali-kali di sebuah ruangan gelap. Ia tak paham mengapa ia sampai di ruangan yang sangat gelap itu. Di hadapannya, telah berdiri sesosok bertubuh besar, berwarna hitam, dan matanya melotot. Sosok itu terus menerus mencambuk Anjar.
"Ampun! Ampuni aku ya Allah. Aku akan memperbaiki semua kesalahanku."
"Sudah terlambat. Kau tak akan diberikan lagi kesempatan kedua."
***
"Sosok hitam itu terus mencambuki ku berhari-hari tanpa henti. Cambuknya begitu besar. Di julur cambuknya, tertempel ribuan duri yang aku lihat seperti besi. Aku amat takut sekali, Aminah."
ADVERTISEMENT
Anjar menceritakan apa yang ia alami saat mengalami koma akibat kecelakaan kala mengendarai motor bulan lalu kepada istrinya. Kaki kirinya terlindas truk muatan berat sehingga harus diamputasi. Ia kini hanya punya satu kaki.
Untuk berjalan, Anjar harus ditopang oleh tongkat atau menggunakan kursi roda. Karena kecelakaan itu, Anjar harus mengalami masa koma selama berhari-hari. Ia tak sadarkan diri.
"Barangkali, masa koma yang ku alami adalah jalan untuk ku bertaubat. Saat berada di ruangan gelap itu, si sosok hitam besar mengatakan bahwa seperti itulah alam kubur. Jika aku tak bertaubat, aku akan mengalami itu selamanya hingga akhir zaman. Aku sangat takut, Minah."
"Namun, ketika si sosok hitam itu mencambukku dengan sejulur cambuk yang tampak beda, berwarna putih, bersih dan bercahaya, aku tiba-tiba terbangun dari masa koma. Mungkin, karena itulah aku sadar dan sembuh hingga hari ini."
ADVERTISEMENT
"Syukurlah, Kang. Kita patut bersyukur atas apa yang kita alami. Aku senang kau kini kembali sehat dan kembali kepada jalan Allah."
"Terimakasih, Minah, karena terus sabar untukku. Terimakasih."
***
"Tuan, aku senang kau ikut denganku sekarang. Kau akan mengalami kedamaian yang sama dengan yang aku alami saat ini. Selamat tinggal, Tuan. Sampai bertemu di surga Allah kelak."
Anjar terbangun malam itu. Ia lagi-lagi bermimpi bertemu dengan tuyul peliharaannya dahulu. Namun, kini ia tak lagi ketakutan dan berkeringat, melainkan tersenyum dan bahagia.
Cerita ini hanya fiktif belaka. Kesamaan nama tokoh dan latar hanyalah kebetulan.