Kisah Pesugihan Urut Enteng Rejeki

Konten dari Pengguna
27 Juni 2020 19:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pesugihan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pijatan pada tangan. Sumber: Pixabay
Sepertinya keuntungan memang tidak berpihak pada Gunawan. Ia pintar, tapi kariernya mandeg. Ia tak berpindah posisi dari 7 tahun yang lalu. Ia juga tak berani untuk pindah ke perusahaan lain.
ADVERTISEMENT
Saat pertama ia mendaftar ke perusahaan itu, Gunawan masih muda. Ia hanya menanggung kehidupan dirinya sendiri. Orangtuanya yang berkerja sebagai PNS di daerah dan memiliki beberapa petak tanah merdeka secara finansial. Sedangkan adiknya sukses mengembangkan usaha kos-kosan di kota asalnya. Mereka tak butuh bantuan finansial dari Gunawan.
Tapi kini hidup Gunawan tak seperti 7 tahun lalu. Kini ia telah menikah dengan Linda, kekasih SMAnya. Sudah 3 tahun mereka menikah. Kini Linda tengah hamil tiga bulan. Gunawan kelimpungan bagaimana mencari tambahan uang untuk biaya persalinan anaknya. Menikah kemarin saja masih utang tetangganya.
Gajinya hanya UMR Ibu Kota. Tak cukup membiayai kehidupan Linda yang boros. Ditambah Linda ingin mengadakan acara baby shower yang memakan biaya.
ADVERTISEMENT
Dari awal Gunawan sudah tahu bahwa Linda adalah orang yang boros dan tak pandai menabung. Ia pikir ketika sudah menikah, sikap Linda akan berubah dengan sendirinya. Tetapi ternyata tidak. Linda justru makin boros.
Raut lesunya ditangkap oleh Hadi, kawan sekantornya. Hadi dan Gunawan sudah berteman sejak lama. Pertemanan mereka terjalin ketika keduanya sama-sama interview di perusahaan itu. Setelah diterima, keduanya pun saling akrab. Berbeda dengan Gunawan, karier Hadi melejit. Ia bak kodok di sungai yang terus melompat. 7 tahun berselang, Hadi kini menjadi kepercayaan si bos.
Baby shower Ayu Dewi. Foto: (Instagram/mrsayudewi)
“Ada apa sih bro, udah semingguan ini kok lesu terus?” tanya Hadi
“Gak papa sih sebenernya. Cuma bingung aja cari tambahan duit gimana. Linda bunting, jalan bulan ke tiga. Duit lahiran aja belum ada, tapi dia udah minta baby shower ala-ala artis” keluhnya.
ADVERTISEMENT
“Oh gitu.. sebenernya aku bisa bantu sih. Tapi kalo kamu mau” tutur kawannya itu.
“Hah yang bener? Boleh deh” jawab Gunawan semangat
“oke tapi ini agak sakit ya” ijin Hadi
Belum bisa menjawab, tangan Gunawan diambil olehnya. Jari kiri kelingkingnya ditekuk hingga terkilir.
“aaaa.. kurang ajar banget sih” teriak Gunawan.
“Emang harus gitu bro.. nih sekarang kamu pijat berobat ke sini” Hadi mengulurkan kartu nama.
Tukang Urut Tradisional
Mbah Karsim
Alamat : Jalan Pahlawan no. 9. Gang pertama belok kiri. Rumah Hiaju
Sepulang kantor, Gunawan menyempatkan pijat ke tempat yang dimaksud. Di sana ramai sekali untuk sebuah tempat pijat. Ia kemudian mengambil antrian. Ia menunggu 50 giliran di depannya.
Namanya dipanggil. Gunawan masuk, duduk berhadapan dengan Mbah Karsim. Ia ditanyai apa yang ia inginkan. “Ingin sembuh mbah, ini terkilir” jawabnya.
ADVERTISEMENT
Sontak Mbah Karsim terbahak keras. Kumisnya masih bergoyang saat dirinya menjelaskan.
“Bukan begitu maksudnya, saya tahu kamu terkilir. Coba sini lihat jarinya. Oh ini pasti kerjaan Hadi ya? Kamu kenal Hadi kan? Karier dia lancar kan? Itu saya yang bantu. Pakai pijat urat ini. Nah sekarang kamu mau apa? Mau karier lancar? Atau mau jodoh? Atau mau apa?”
Kaget Gunawan dibuatnya. Ia tak percaya akan berhadapan langsung dengan pelaku pesugihan. Tapi ia mengangguk. Mengatakan bahwa dirinya ingin punya uang banyak lewat kariernya yang lancar.
Mbah Karsim megangguk tipis. Diusapnya jengot tebal berwarna putih di dagunya kemudian ia mulai memijat kelingking Gunawan. Gunawan menyengrit kesakitan. Ia tak tahan sakit dan memilih menutup kedua matanya. Diantara pejaman matanya, Gunawan melihat tabibnya merapal mantra. Tapi ia memilih diam saja.
ADVERTISEMENT
Tak lama kemudian jari Gunawan telah selesai dipijat. Gunawan lega. Mbah Karsim juga demikian. Ia tersenyum melihat Gunawan. Seperti seorang bapak yang bangga melihat anak balitanya mampu bersepeda.
“Niscaya kariermu akan lancar” ucapnya.
Gunawan pun pergi, ia mengucapkan terima kasih dan pamit. Tak lupa ia meninggalkan uang untuk sang tabib di kotak yang telah disediakan. Merasa janggal, ia langsung pulang.
**
Tiga bulan setelah pijatan itu, karier Gunawan benar meroket. Gajinya dua kali lipat dari gaji sebelumnya. Ia dapat menabung dan telah siap untuk kelahiran jabang bayi. Usia kandungan Linda kini sudah bulan keenam. Persiapan persainan sudah rampung. Kini hanya menunggu si bayi datang.
Hadi pun melihat Gunawan dengan bangga. Ia senang melihat kawannya bahagia dengan keluarga kecilnya. Hadi dan Gunawan harus saling mematahkan jari mereka untuk kemudian diurut tiap 1 bulan sekali. Tetapi mereka tak masalah. Selama uang mengalir deras ke kantong, mereka mau melakukan apa saja.
ADVERTISEMENT
Tulisan ini merupakan rekayasa. Kesamaan nama dan tempat kejadian hanya kebetulan belaka.