Kisah Pesugihan Warung Sate yang Membakar Pemiliknya Sendiri

Konten dari Pengguna
30 Juni 2020 17:25 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pesugihan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi sate. Foto: kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sate. Foto: kumparan
ADVERTISEMENT
Kekayaan hampir selalu jadi incaran banyak orang, apalagi dengan cara yang instan. Hidup selalu menuntut orang untuk terus-menerus memenuhi keinginannya, dan menjadi kaya dengan tanpa susah payah ialah sebuah keinginan yang niscaya.
ADVERTISEMENT
Hal semacam itu pernah dilakukan oleh, sebut saja, Anang. Lantaran pikiran yang sempit dan hidup yang berada di ujung kebuntuan, ia nekat melakukan ritual pesugihan. Dari sekian cara pesugihan yang konon tersebar di masyarakat, ia memilih untuk berjualan sate burung hantu. Menu aneh itu ia persembahkan kepada makhluk gaib.
Konon kata banyak orang, sate burung hantu ialah menu yang paling disukai mahluk gaib, tak peduli berapa harga satu tusuk sate itu. Bayaran yang diperoleh Anang dari makhluk gaib itulah yang dalam hal ini merupakan uang hasil pesugihan.
*
Di siang yang panas itu, Anang dirundung kekecewaan yang amat besar. Di perusahaannya, ia termasuk dalam korban pengurangan karyawan alias terkena PHK. Sebagai ganti atas bencana itu, ia hanya diberi pesangon oleh perusahaan dengan jumlah uang yang hanya cukup untuk hidup selama sebulan.
ADVERTISEMENT
Berbagai usaha Anang lakukan untuk bisa menyambung kehidupannya karena kejadian itu. Ia pun rela melakukan apapun, selain sesuatu yang melanggar hukum guna tetap mendapatkan uang.
Mengetahui Anang berada dalam kondisi terpuruk, seorang temannya datang dan menawarkan sebuah bantuan.
“Aku punya cara untuk menolongmu. Tapi, ini mungkin akan kamu anggap tak masuk akal.” Kata temannya itu kepada Anang.
Lewat obrolan itu, diberikanlah kepada Anang cara yang memang tak masuk akal untuk mendapatkan uang: berjualan sate burung hantu. Tanpa pikir panjang, Anang pun menerima tawaran itu.
Gayung bersambut, sesaat setelah menerima ajakan itu, Anang diberi syarat untuk bisa berjualan sate burung hantu. Salah satu syarat tersebut ialah Anang harus berjualan di tempat yang amat sepi, gelap, atau angker. Selain itu, waktu berjualan yang sejatinya merupakan ritual pesugihan itu juga hanya bisa dilakukan di malam Jumat kliwon.
ADVERTISEMENT
*
Maka, setelah berminggu-minggu Anang menyiapkan banyak ubo rampe yang terdiri dari bunga tujuh rupa, dupa, juga burung hantu yang ia peroleh dengan berburu, ia pun memulai petualangannya melakukan ritual gaib itu.
Sebagaimana orang berjualan, ia berteriak-teriak menawarkan sate di sebuah tempat yang amat gelap dan sepi. Di tempat itu, terdapat sebuah pohon besar yang tampak amat tua.
Setelah beberapa saat menawarkan sate sambil menahan rasa merinding sekujur tubuh, tiba-tiba sesosok makhluk yang amat tinggi dan besar mendatangi tempat Anang berjualan. Tak seperti aroma sate yang dijual di warung pada umumnya, yang dilakukan Anang saat itu justru memunculkan aroma bunga yang dekat dengan nuansa kuburan.
“Apa yang kau lakukan di sini?” Tanya makhluk itu. Mendengarnya, Anang seperti hendak jatuh pingsan.
ADVERTISEMENT
“Aku membakar sate untuk kalian.”
Tak menyangka, mendengar jawaban Anang itu, makhluk gaib yang ada di depannya justru amat murka. Sepertinya, alih-alih merasa dihargai dengan dibakarkan sate burung hantu, ritual yang dilakukan Anang di situ dinilai si makhluk menggangu ketenangannya. Itu mungkin dianggapnya sebuah perilaku yang amat tak sopan bagi dunia lain. Sebuah tingkah usil yang kurang ajar.
Ilustrasi burung hantu. Foto: kumparan
Maka, dilatarbelakangi perilaku Anang itu, ia tak menyangka bahwa pada saat itulah, makhluk gaib yang tinggi dan besar itu membuat lapak Anang terbakar. Api yang berkobar besar lalu seperti muncul tiba-tiba. Sementara bersamaan dengan datangnya api itu, suara sesosok makhluk gaib yang tertawa terbahak-bahak terdengar amat jelas.
Tak menyangka bahwa niatnya mencari pesugihan akan berakhir pada keapesan, karena api yang terus membesar, Anang yang berada di dalamnya pun tak bisa menyelamatkan diri. Ia tewas dalam keadaan terbakar sekujur tubuh, meninggalkan jasad yang sulit dikenali sekalipun oleh orang yang paling mengenalnya.
ADVERTISEMENT
Di pagi hari, tempat itu didatangi warga dan polisi. Melihat jasad seorang manusia, burung hantu, dan beberapa sesaji yang telah hangus terbakar, mereka amat merinding dan berpikir bahwa telah terjadi sesuatu yang amat mengerikan: dan itu memang betul-betul terjadi.
Tulisan ini merupakan rekayasa. Kesamaan nama dan tempat kejadian hanya kebetulan belaka.