Kisah Pesugihan yang Menghilangkan Nyawa Nakhoda di Malam Sura

Konten dari Pengguna
1 Juli 2020 17:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pesugihan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi kapal nelayan. Foto: kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kapal nelayan. Foto: kumparan
ADVERTISEMENT
Suatu hari di awal bulan Sura, seorang pemuda yang namanya sebut saja Danu, pergi ke tempat majikannya. Ia kini genap berusia 35 tahun dan bekerja sebagai nakhoda kapal sehari-harinya. Tinggal di sebuah daerah yang sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai nelayan, pekerjaan itu jadi pilihan paling mungkin yang bisa dilakukan Danu, mengingat ia sendiri tak punya cukup modal untuk membeli kapal sendiri.
ADVERTISEMENT
Seperti kebiasaan yang ia lakukan sehari-hari, sebelum melaut, ia pergi ke rumah majikan pemilik kapal atau yang biasa disebut juragan kapal. Ia pergi ke sana untuk meminta raman atau bekal untuk perjalanan melaut. Biasanya, si juragan memberikan bekal berupa makanan dan beberapa puluh liter jeriken solar.
Tahu bahwa malam ini ialah malam Sura, Danu mengerti bahwa mungkin saja ketika di laut nanti, ia bakal mendapati banyak kejadian mistis. Hal itu disebabkan karena awal bulan Sura memang terkenal dengan aura mistisnya. Dalam kasus-kasus yang terburuk, para nelayan yang sedang melaut di malam itu ada yang mengalami sakit perut kemudian mati, sakit kepala lalu mati, tiduran di kapal dan mati, hingga banyak penyakit sepele lainnya yang tiba-tiba bisa mengantarkan mereka pada kematian.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, oleh orang-orang, bos pemilik kapal tempat Danu bekerja telah terkenal dengan perilakunya yang dekat dengan dunia mistis. Bahkan, beberapa orang percaya bahwa ia memiliki pesugihan dengan Nyi Roro Kidul.
Di kesempatan ketika tak ada satu pun nelayan yang melaut, misalnya, bos Danu itu amat sering pergi ke tengah laut sendiri dengan kapalnya sendiri, tak ditemani oleh siapapun. Ia akan pulang sekitar seminggu setelah kepergiannya dan membawa banyak sekali uang.
Hal itu pernah diketahui oleh seorang warga yang tinggal di pinggir pantai sendiri: ia melihat bos Danu membawa segepok uang seratus ribuan saat pulang dari pergi ke tengah laut seorang diri. Padahal, bagi orang-orang yang berpikir, di mana seseorang bisa mendapatkan uang sebanyak itu di tengah laut?
ADVERTISEMENT
*
Sepulangnya Danu dari rumah juragannya, ia berangkat untuk melaut seorang diri. Kali itu, ia berpikir bahwa telah terjadi sesuatu yang tak beres: di samping beberapa roti dan solar sebagai bekal melaut, Danu juga dibawakan dengan satu plastik bunga. Untuk pergi ke laut pula, si juragan mengharuskan Danu memakai pakaian berwarna biru. Padahal, biru—di samping juga hijau, kita tahu, adalah warna kesukaan Nyi Rodo Kidul.
Dengan harapan bahwa tak akan ada hal buruk apapun terjadi pada dirinya, Danu lalu membulatkan keberaniannya untuk melaut, malam itu, sendirian.
Ilustrasi kapal nelayan, berukuran kecil. Foto: msn.com
Sesampainya di laut, hal pertama kali yang dilakukan Danu ialah melakukan apa yang dipesankan juragannya: ia harus menaburkan bunga-bunga itu ke tengah laut. Semacam sebuah ritual yang mirip dengan ziarah. Berpakaian warna biru, diliputi ketakutan setengah mati dan harapan untuk tetap hidup, Danu lalu menaburkan bunga-bunga itu ke laut lepas.
ADVERTISEMENT
Namun, tak disangkanya, saat ia hendak mulai menaburkan bunga-bunga itu, seperti ada kekuatan gaib yang terasa sangat menarik-narik tangannya untuk tercebur ke dalam laut. Kekuatan itu amat jelas dirasakan Danu, membuatnya sempat terlibat dalam semacam adu kekuatan.
Adu kekuatan itu berlangsung cukup lama. Namun, seiring berjalannya waktu, makhluk gaib yang iseng menggeret tangan dan kini tubuh Danu ke dalam laut itu tak kunjung hilang.
Akhirnya, lantaran kelelahan dan tak sanggup lagi mengeluarkan kekuatan untuk melawan, Danu lalu kalah. Ia tercebur ke dalam laut, lengkap dengan bunga yang ada di tangannya dan kaus biru yang masih menempel di tubuhnya.
*
Beberapa hari setelahnya, warga pantai dihebohkan dengan kabar bahwa hingga sekarang, Danu belum pulang ke daratan. Mengira pasti ada suatu hal yang tak beres terjadi, mereka langsung menuju rumah juragan kapal tempat Danu bekerja. Di sana, mereka melakukan protes dan mengatakan bahwa si juragan menjadikan Danu sebagai tumbal pesugihan: ia hilang dan mungkin saja tenggelam di tengah laut.
ADVERTISEMENT
Dan, sebagaimana hanya Tuhan, ia, Danu, dan kita yang tahu, hal itu memang betul-betul terjadi.
Tulisan ini merupakan rekayasa. Kesamaan nama dan tempat kejadian hanya kebetulan belaka.