Kisah Seorang Lelaki yang Selamat dari Penginapan Bekas Pesugihan

Konten dari Pengguna
11 November 2020 18:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pesugihan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi penginapan (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi penginapan (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
“Permisi Pak, mobil saya mogok. Bisa diperbaiki cepat ndak ya?” tanya Bejo kepada seorang montir di bengkel itu. Setelah mendengar permintaan Bejo, montir tersebut bergegas mengecek mobilnnya.
ADVERTISEMENT
“Wah, sepertinya tidak bisa ini Pak. Baru bisa selesai besok,” kata montir itu setelah beberapa saat.
Sial, Bejo dalam masalah besar. Dia sedang dalam perjalanan menuju rumah adik perempuannya yang akan melangsungkan akad nikah dua hari lagi. Dan sekarang dia harus menunggu mobilnya yang mogok di siang bolong itu untuk diperbaiki.
Bejo benar-benar panik. Apalagi adik perempuannya itu bakal merengek terus kalau abangnya tidak datang tepat waktu. Lagipula, aneh sekali tiba-tiba mobilnya mogok di tengah hutan seperti ini. Padahal, Bejo baru saja memoles mobilnya itu agar tahan di perjalanan jauh.
Untung saja Bejo menemukan bengkel satu-satunya yang ada di jalan hutan ini. Meski agak aneh karena bangunannya seperti gubuk dan cuma ada satu montir di sini, Bejo tak punya pilihan.
ADVERTISEMENT
Dan satu lagi masalah yang dihadapi Bejo sekarang. Di mana ia akan bermalam kalau mobilnya baru selesai diperbaiki besok?
“Mampir ke rumah saya saja Mas,” kata seorang wanita tua seakan bisa membaca pikiran Bejo. Wanita itu sudah beruban dan memakai pakaian serba hitam khas wanita Jawa. Wanita itu lalu tersenyum ke arah Bejo, memperlihatkan barisan gigi yang ompong di balik bibir yang mulai menghitam.
“Kebetulan saya yang punya bengkel ini. Saya juga membuka penginapan karena seringkali orang-orang yang mogok mobilnya tidak menemukan tempat untuk bermalam,” kata wanita itu dengan menunjuk bangunan di belakang bengkel.
Bejo baru menyadari kalau ada penginapan di situ. Setelah menimbang-nimbang, Bejo akhirnya menerima tawaran wanita itu. Ia lalu membawa barang-barangnya ke penginapan tersebut.
ADVERTISEMENT
Saat memasuki bangunan tersebut, Bejo disambut dengan bau menyan yang sangat menyengat. Meski aneh, Bejo tidak ingin berburuk sangka. Bisa jadi nenek itu memang menyukai bau-bauan seperti ini. Bejo lalu dipersilahkan duduk di ruang tamu penginapan tersebut.
Nenek tersebut pergi ke dapur untuk mengambilkan minum. Saat mata Bejo mengikuti langkah nenek itu, ia menemukan seseorang yang sedang duduk di kursi goyang yang sedang menonton televisi di depannya. “Ah, mungkin itu suaminya,” pikir Bejo.
“Berapa tarifnya untuk semalam kalau menginap di sini Bu?” tanya Bejo setelah nenek itu menaruh segelas air putih di meja.
“Lima puluh ribu saja Nak. Nanti dapat makan malam dan sarapan,” sahut nenek.
Ilustrasi kemenyan (Foto: Pixabay)
Bejo jelas kaget sekali mendengarnya. Tarif itu terlampau murah untuk penginapan yang terlihat lumayan ini. Apalagi ditambah dua kali makan. Tentu Bejo tak berpikir lama untuk mengiyakan. Setelahnya, Bejo langsung diantarkan ke kamarnya yang kebetulan ada di lantai dua.
ADVERTISEMENT
Kamar itu sederhana. Hanya ada kasur dan meja kursi. Bagi Bejo itu tak masalah. Ia hanya butuh kasur untuk tertidur lelap. Setelah menaruh tas, Bejo lantas keluar untuk melihat pemandangan.
Entah mengapa, lorong kamar-kamar penginapan itu terlihat sepi. Seperti tak ada penghuni lain selain dirinya. Semua pintu kecuali kamarnya tertutup rapat.
“Ini kan di tengah hutan. Mana mungkin juga banyak yang menginap di sini. Ini karena aku lagi apes aja kali,” gumam Bejo berusaha menghibur diri.
Tak lama, waktu makan malam tiba. Bejo lalu turun untuk makan malam. Ternyata, makanan sudah disiapkan nenek di meja. Bejo yang sangat lelah hari itu bergegas menuju hidangan yang baunya terlampau sedap di hidungnya.
ADVERTISEMENT
Menu hari itu adalah rawon daging. Pas sekali karena itu makanan kesukaan Bejo. Ia lalu makan itu dengan lahap. Namun, tiba-tiba lidah Bejo merasakan rasa yang aneh dari makanan itu. Ia lalu merogoh mulutnya untuk mencari asal rasa yang tidak enak itu.
Betapa terkejutnya Bejo tatkala ia menemukan gumpalan darah. Mulutnya kini berlumuran darah. Perutnya tiba-tiba bergejolak. Bejo lalu buru-buru ke dapur untuk memuntahkan isi perutnya.
“Bu, mohon maaf tapi kok ada darah di rawonnya?” tanya Bejo sedikit kesal.
“Maaf Nak. Ibu kurang teliti saat membersihkan dagingnya,” balas nenek itu merasa bersalah. Peristiwa itu lalu menghilangkan selera makan Bejo. Ia lalu pergi ke kamar untuk tidur.
---
Keesokan harinya, Bejo bersiap-siap untuk pergi. Setelah membereskan barang-barangnya, ia pamit kepada nenek itu. Bejo berterima kasih dan bersalaman dengan nenek. Pemilik penginapan itu kemudian memanggil suaminya yang sedang menonton televisi untuk menemui Bejo yang akan pamit.
ADVERTISEMENT
Saat suami nenek itu berdiri dan berjalan menuju mereka berdua, Bejo melihat kakinya yang diseret. “Astaghfirullah,” Bejo melihat dengan mata kepalanya sendiri kalau ada anak jin yang memeluk kaki suami nenek itu.
Bejo lalu buru-buru keluar. Ia menyalakan mobil dan menginjak gas secepat mungkin dari tempat terkutuk itu. Namun anehnya, rumah adik perempuannya terlihat sepi. Seperti sudah tak ada lagi hajat beramai-ramai.
“Mas, dari mana saja kamu? Ini sudah seminggu dari pernikahanku,” kata adik Bejo yang terlihat marah.
“Hah, seminggu? Perasaan aku baru saja menginap semalam,” balas Bejo heran.
“Kamu menginap di mana emang?” tanya adiknya yang kini bergantian heran.
“Di penginapan yang ada di tengah hutan itu,” jawab Bejo polos.
ADVERTISEMENT
Adik Bejo lalu memanggil pamannya yang mengetahui hal ghaib. Ternyata, Bejo selama ini tinggal di penginapan bekas pesugihan. Penginapan dan bengkel itu dulunya memang ada.
Tapi keluarga pemilik tersebut sudah meninggal lantaran jadi tumbal pesugihan yang dilakoni sendiri. Pertama mereka menumbalkan anak mereka sendiri.
Lalu mereka menyusul karena memang iblis yang berjanji untuk memberikan kekayaan hanyalah menipu siapapun yang terjebak oleh tipu dayanya. Kata paman Bejo, ia beruntung bisa keluar dari tempat itu karena biasanya banyak orang hilang setelah menginap di tempat itu.
Tulisan ini hanya rekayasa. Kesamaan nama dan tempat kejadian hanyalah kebetulan belaka.