Kisah Setan Gentayangan di Warung Nasi Padang Berpesugihan

Konten dari Pengguna
18 Juni 2020 17:32 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pesugihan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi nasi padang. Dok: kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi nasi padang. Dok: kumparan
ADVERTISEMENT
Pekerjaanku selalu menuntut perjalanan. Hampir setiap hari, aku berangkat pagi pulang petang, dengan hasil yang juga tak seberapa. Namun, terlepas dari semua kesederhanaan itu, aku tetap mensyukuri semuanya.
ADVERTISEMENT
Bekerja sebagai seorang penjual roti, waktu hampir selalu kuhabiskan di luar rumah. Alhasil, untuk urusan makan pun, tak pernah aku sempat merasakan makanan buatan istri di rumah. Setiap kali di tengah berkeliling menjual rotiku, kusempatkan mampir di warung makan terdekat, bisa warteg, angkringan, atau apa pun, sepanjang harga seporsi makanan di sana cukup bersahabatan dengan isi dompetku.
***
Hari itu, hatiku amat berbunga-bunga. Sejak mulai berjualan dari pukul enam pagi, roti yang kujual langsung ludes di pukul dua belas siang. Rezeki di hari itu terasa seperti mengejar-ngejarku. Maka, sebagai wujud rasa syukur, aku berniat mendatangi warung nasi padang untuk makan siang. Di warung itu pula, sudah kuniatkan membungkus seporsi rendang untuk istriku, memberinya kejutan. Kami memang jarang sekali makan enak.
ADVERTISEMENT
Masuk ke warung, banyaknya pilihan menu membuat lidahku seperti menjerit-jerit. Selera makanku terasa amat bergairah, ditambah dengan kelelahan berkeliling menjual roti selama hampir enam jam non-stop. Maka, kupilih menu ayam pop yang ada di atas piring warung, dan seperti niatku sebelumnya, kupesan seporsi rendang yang akan kuberikan pada istri.
Pelayan warung yang merupakan seorang perempuan cantik melayaniku dengan amat baik. Ia menanyaiku hendak minum apa dan mengirimkan pesananku ke atas meja. Kecantikannya betul-betul seperti menyirih semua laki-laki yang memandangnya. Dan, betul kata orang, menu masakan di warung itu amatlah enak.
Tak ada yang aneh sama sekali sampai ketika aku selesai menyantap ayam pop yang amat lezat itu. Namun, ketika hendak membayar, pelayan cantik tadi menerima uangku, dan wajahnya terlihat amat pucat. Tak tahu mengapa, dengan tak berlebihan sama sekali, bisa kubilang bahwa wajahnya hampir tampak seperti seorang mayat.
ADVERTISEMENT
Seluruh badanku merinding. Maka, berbekal rasa penasaran dengan apa yang terjadi pada perempuan cantik itu, kubawa seporsi rendang yang tadi kupesan untuk istri dan keluar dari warung.
***
Ilustrasi kecelakaan maut. Dok: kumparan
Dalam perjalanan pulang, sudah amat tak sabar aku memberikan seporsi rendang itu pada istriku. Namun, tak jauh dari warung, aku melihat banyak orang berkerumun. Mereka berdiri seperti membentuk lingkaran di pinggir jalan raya, memandangi seseorang yang sedang tergeletak.
Dari apa yang kulihat, kusimpulkan bahwa saat itu baru saja terjadi sebuah kecelakaan maut. Orang beramai-ramai mendatangi kerumunan dan banyak darah tercecer di jalan raya. Maka, guna menghapus rasa penasaran, aku pun ikut mendekatinya.
Dan, betapa kagetnya.
Setelah kulihat korban kecelakaan yang sedang dikerumuni banyak orang itu, kulihat wajah perempuan pelayan warung nasi padang tadi. Mukanya penuh dengan darah, dengan wajah yang hampir separuhnya hancur, namun masih bisa kukenali: ia masih memakai pakaian yang sama.
ADVERTISEMENT
Namun, anehnya, kecelakaan itu terasa tak masuk akal karena ketika aku keluar dari warung, si perempuan cantik tak terlihat hendak pergi ke mana-mana. Lebih-lebih lagi, dari informasi salah seorang di tempat kejadian, perempuan itu datang dari arah yang berlawanan dari warung.
Maka aku lalu mendapat kesimpulan mengerikan: kemungkinan besar, pelayan yang aku lihat tadi bukanlah seorang manusia. Kepucatan wajah yang aku lihat ketika hendak membayar di kasir adalah petunjuk bahwa ia adalah setan gentayangan, dan, sebagai bukti, di depanku sekarang kulihat perempuan itu telah mati dalam sebuah kecelakaan maut.
Melihat kejadian itu dengan pikiran yang melebar ke mana-mana, seluruh badanku merinding. Karena penasaran, kulihat kembali nasi rendang yang hendak kuberikan pada istriku. Dan melihatnya, aku hampir pingsan.
ADVERTISEMENT
Tak lagi dalam bentuk sebagaimana seharusnya sebuah bungkus makanan, nasi padang itu telah dikerumuni oleh banyak sekali belatung. Dan, yang lebih mengagetkan lagi, uang kembalian yang kudapat dari si pelayan tadi telah berubah menjadi daun.
Dari semua petunjuk itu, kusimpulkan bahwa warung makan padang yang amat enak itu memakai pesugihan. Kematian perempuan itu ialah tumbal atas perilaku sang pemilik warung yang biadab.
Tulisan ini merupakan rekayasa. Kesamaan nama dan tempat kejadian hanya kebetulan belaka.