Kisah Tetangga yang Selamat dari Pesugihan Setan Tetangga Barunya

Konten dari Pengguna
24 September 2020 18:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pesugihan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi kuntilanak (Foto: Shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kuntilanak (Foto: Shutterstock)
ADVERTISEMENT
Aku adalah seorang janda beranak dua. Suamiku sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. Sedangkan, anak-anakku sudah meniti karirnya masing-masing di kota besar. Dan benar, aku sekarang hidup sendirian.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, aku tidak pernah bersedih. Tidak ada yang salah dengan hidup sendirian. Lagipula, anak-anakku masih sering mengirimiku uang dan juga mengunjungiku saat ada waktu luang.
Aku juga bahagia-bahagia saja hidup sederhana seperti ini. Terlebih, aku bisa punya waktu banyak untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.
Namun, ketenangan hidupku itu diusik oleh kedatangan seorang tetangga yang baru pindah dari luar kota. Katanya, suaminya dulu adalah pengusaha sukses. Namun, usaha suaminya tiba-tiba bangkrut membuat mereka terpaksa pindah ke rumah di desa yang harganya lebih murah.
Aku memang sengaja tidak menyapa mereka duluan karena budaya di sini adalah siapa yang datang, dialah yang permisi duluan. Terlebih, aku lebih tua dari mereka jadi merekalah yang harus bergerak untuk setidaknya menunjukkan hormat sebagai tetangga baruku.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, sampai dua minggu lamanya, mereka masih diam saja. Tidak ada tanda-tanda sedikitpun mereka mau menyapaku. Apakah memang begini tabiat orang kota? Aku sebenarnya tidak suka melabeli orang, tapi tetangga baru itu benar-benar tidak sopan.
Karena geram, aku memutuskan untuk menyapa mereka duluan, sekalian memperingati untuk belajar sopan dengan tetangga yang lebih tua. Namun, niat itu tidak berjalan sesuai rencana. Pasalnya, aku tidak bertemu tetangga baruku, melainkan sosok yang mengerikan.
Pagi itu, aku sudah menyiapkan kolak pisang yang akan kuberikan kepada mereka. Lalu, aku langsung menuju dapur untuk menemui istri tetangga baru itu. Sesampainya di sana, aku melihat istrinya sedang memasak di dapur membelakangiku.
Kemudian, aku menyapa dia melalui pintu dapur yang dibuka setengah.
ADVERTISEMENT
“Assalamualaikum, Lastri. Ini ibu bawakan kolak pisang,” sapaku lembut.
Sapaanku itu tidak segera mendapat jawaban. Aku mengulanginya lagi.
“Assalamualaikum, Lastri. Ibu sudah repot-repot ke sini membawakan kolak pisang untuk kamu loh, masa menjawab salam saja kamu masih tidak mau?” ulangku.
Sekali lagi tidak ada yang menjawab. Wanita itu masih saja cuek melanjutkan kegiatan masaknya dalam hening. Aku semakin geram karena wanita ini semakin melampaui batas. Lalu, aku memberanikan diri untuk menerobos pintu itu.
Namun, belum sejengkal aku melangkah, wanita itu berbalik. Alangkah terkejutnya aku saat melihatnya. Wajahnya pucat dan penuh darah. Rambutnya pun menjadi berantakan semua.
“Astaghfirullahaladzim,” aku menyebut dan langsung lari terbirit-birit.
---
Kejadian itu membuatku sedikit terguncang. Belum pernah selama hidupku aku melihat sosok yang menyeramkan seperti itu. Setelah kejadian itu, aku langsung membentengi diri dengan doa-doa agar dijauhkan dari kekuatan jahat.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, kejadian itu cukup membuatku menaruh curiga kepada tetangga baru itu. Dari sikap yang cuek hingga ada makhluk halus bertengger di rumahnya, sudah pasti ada yang tidak beres dengan keluarga mereka.
Kecurigaanku itu kian bertambah ketika suatu malam aku mencium bau wangi kembang dan dupa yang berasal dari rumah sebelah. Aku yang penasaran lalu memberanikan diri untuk mengintip apa yang sedang mereka lakukan.
Ilustrasi gubuk di belakang rumah (Foto: Pixabay)
Aku kemudian melangkahkan kakiku ke arah bau-bauan itu. Ternyata, bau itu mengantarkanku pada sebuah ruangan kecil di belakang rumah mereka. Ruangan yang hanya berdindingkan bambu itu terlihat diterangi oleh cahaya merah remang-remang.
Samar-samar, aku mendengar mereka merapal sesuatu yang aku tidak paham artinya. Tiba-tiba, suara itu berhenti tatkala mereka mendengar aku yang tidak sengaja menginjak sebuah ranting pohon. Mereka kemudian keluar dari ruangan itu.
ADVERTISEMENT
“Apa yang kau lakukan di sini wanita tua?” bentak sang suami.
“Astaghfirullahaladzim, kamu ini sudah melakukan dosa, malah kurang ajar sama saya!” aku membentaknya balik.
“Hey, camkan ya wanita tua! Kalau saja kau membocorkan apa yang kami lakukan, kami tidak segan-segan menjadikanmu tumbal. Bersyukurlah kau masih bisa hidup sampai sekarang,” kata sang istrinya sambil menyeretku pulang.
---
Semenjak kejadian itu, aku menjaga jarak dengan mereka. Aku juga masih percaya dengan Tuhan kalau kekuatan semacam itu tidak bisa mengalahkan kekuatan Tuhan. Namun, beberapa hari setelah kejadian itu, aku jatuh sakit.
Hari-hari kulalui dengan tidur di ranjang. Aku hanya bisa makan dan melakukan kegiatan seadanya. Aku tidak mau curiga tetanggaku bersungguh-sungguh akan menjadikanku tumbal dari ritual kleniknya. Sekarang, aku hanya bisa berdoa kepada Tuhan agar diberikan kesembuhan.
ADVERTISEMENT
Namun, aku tidak kunjung sembuh. Bahkan, aku semakin mengalami hal aneh. Pada malam hari, aku bermimpi hal yang tidak pernah aku pikirkan. Tiba-tiba saja, aku berada di ruangan tempat tetangga baruku melakukan ritual pesugihan.
Aku berdiri tepat di belakang mereka. Di depanku, mereka sedang membaca mantra-mantra untuk memuja setan. Tiba-tiba, aku melihat sosok wanita yang pernah kulihat di dapur muncul di depan mereka.
Namun, yang kulihat selanjutnya adalah hal mengejutkan. Tubuh wanita itu tiba-tiba saja terbakar. Ia meraung kesakitan. Kemudian, pasangan suami istri di depanku itu menoleh ke belakang dan memperlihatkan wajah marahnya kepadaku.
Lalu, mereka berjalan ke hadapanku dengan mengarahkan tangannya ke depan, seakan ingin mencekikku. Namun, hal itu tidak terjadi. Aku terbangun dengan keringat sekujur tubuh.
ADVERTISEMENT
“Ibu, apa ibu tidak apa-apa?” Rina, salah satu anakku di perantuan tiba-tiba saja muncul di depanku.
Aku masih memegangi kepalaku yang masih sakit. Kemudian, Rina memberiku air putih untuk diminum.
“Ibu tahu tidak kalau ibu sudah pingsan selama beberapa hari?” tanya Rina.
Aku menggeleng. Aku benar-benar tidak tahu apa yang sedang terjadi.
“Semalam, tetangga kita ada yang meninggal bu karena kebakaran. Aku mendapat telepon dari Pak RT untuk segera pulang karena saat mereka berusaha memadamkan api, mereka menemukan ibu pingsan di belakang rumah itu,” kata Rina.
Aku tidak bisa berkata apa-apa. Ternyata kejadian itu benar terjadi seperti apa yang ada di mimpiku. Aku lega karena mereka gagal menjadikanku sebagai tumbal pesugihan.
ADVERTISEMENT
Tulisan ini hanya rekayasa. Kesamaan nama dan tempat kejadian hanyalah kebetulan belaka.