Kisah Tuyul Pemilik Kos yang Mengambil Harta Para Penghuninya

Konten dari Pengguna
10 Juli 2020 18:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pesugihan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi kamar kos. Foto: kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kamar kos. Foto: kumparan
ADVERTISEMENT
Aku memang sudah biasa berada di indekos sendiri. Di akhir minggu, mayoritas temanku yang rumahnya tak jauh dari kota hampir selalu pulang. Sementara aku, satu-satunya mahasiswa perantau yang datang dari pulau lain, terpaksa tetap tinggal di indekos sendirian. Maklum, melihat kemampuan ekonomi orang tuaku yang tak seberapa, aku hanya bisa mudik setahun sekali ketika lebaran.
ADVERTISEMENT
Malam itu aku sendirian. Ketika seluruh temanku berangkat pulang di Sabtu sore, pada Sabtu malamnya, di dalam kamar aku hanya bermain handphone sambil sesekali menengok atap, melihat cicak yang kadang melintas.
Di indekos yang bernama “Putra Adian” itu, harus kuakui, aku ialah mahasiswa yang paling rendah kemampuan ekonominya dibanding yang lain. Mayoritas mereka berangkat kuliah menggunakan mobil, sementara aku yang telah memasuki tahun ketiga perkuliahan ini tetap tak mengubah apapun soal kendaraan: kugunakan motor butut yang dikirim ayah dari kampung menggunakan kapal selama tiga tahun ini.
Soal fasilitas indekos, misalnya, hampir semua temanku memasang AC di dalam kamar mereka. Setiap kali musim penghujan datang dan udara panas menyergap kamarku yang begitu sempit dan pengap, tak jarang aku menumpang tidur di kamar salah satu dari mereka selama beberapa hari. Perihal barang kepunyaan pribadi pula, semua temanku kudapati memelihara barang-barang mewah, mulai dari handphone, laptop, jam tangan, dan masih banyak lagi. Semua barang-barang itu mereka simpan di kamar indekos yang luasnya hampir dua kali lipat dari luas kamarku itu.
ADVERTISEMENT
Di masa ketika mereka semua pulang seperti ketika akhir minggu ini, mereka semua membiarkan barang-barang itu tetap di dalam kamar. Mengetahui perangaiku selama bertahun-tahun, mereka semua percaya untuk menitipkannya padaku. Bahkan, semua kunci kamar mereka pun berada di tanganku.
Maka, menerima amanah itu, kujaga barang-barang mereka dengan sungguh-sungguh. Kota tempat kami berkuliah memang cukup besar, sehingga rawan terjadi kejahatan bahkan pencurian.
*
Aku terbangun di tengah malam oleh suara yang mirip dengan gerakan hewan. Suara itu terdengar persis seperti seekor kucing yang sedang mengobrak-abrik tempat sampah, atau tikus yang sedang berjalan di atap rumah, namun dalam bentuk yang jauh lebih keras. Ku dengar dengan teliti, suara itu datang dari salah satu kamar milik temanku.
ADVERTISEMENT
Dilatarbelakangi rasa penasaran, aku langsung mendatangi kamar itu. Tak ada keraguan sama sekali, langsung ku buka pintu kamar yang kuncinya juga sedang aku simpan.
Namun, ketika membuka pintunya, bulu kudukku semuanya merinding.
Dengan mata kepalaku sendiri, sedang ku lihat seorang anak kecil dengan kepalanya yang tak ditumbuhi rambut merangsek barang-barang mewah kepunyaan temanku. Melihatnya, tanpa bisa melakukan apapun lantaran ketakutan, aku hanya berlari menuju kamarku sendiri.
Di titik ini, ku rasa, aku tak lagi menjadi orang yang amanah ketika menerima perintah. Tetapi, astaga, bagaimana lagi, untuk pertama kalinya dalam hidup, kulihat langsung seorang anak kecil dengan hanya berpakaian celana dalam, hampir seluruh tubuhnya berwarna putih, dan kepalanya botak. Mungkin, yang kulihat saat itu ialah apa yang banyak disebut orang-orang sebagai tuyul.
Ilustrasi tuyul. Foto: kumparan
Namun, apa itu tuyul? Telingaku sendiri bahkan belum akrab mendengar nama itu. Tapi, apabila yang ku lihat memanglah tuyul, maka ku yakin dengan sangat, makhluk itu ialah milik penghuni indekosku yang amat kaya raya itu. Pasalnya, saban hari, kudapati ia sebagai orang yang amat misterius, dan di lingkungan sekitar indekosku, ia punya satu ruangan yang tak boleh dimasuki oleh siapapun. Mungkin, ruangan itulah yang ia gunakan untuk memelihara si tuyul dan melakukan ritual.
ADVERTISEMENT
Maka, dilatarbelakangi fakta itu, telah separuh bukti tersedia bahwa amat mungkin, pemilik indekosku yang amat misterius itu telah memakai pesugihan. Tetapi, astaga, tetap saja, belum kutemukan jawaban sama sekali ketika teman-temanku kembali ke indekos, dan mendapati semua barang-barang mewah mereka menghilang.
Tulisan ini merupakan rekayasa. Kesamaan nama dan tempat kejadian hanya kebetulan belaka.